"Tapi gak sopan lah, Bos," seru Dimas. Amel menghela napas mendengar perkataan Dimas. Ia menatap malas lelaki itu. "Kalau diluar bicara formal apalagi di kantor laki gue, kalau cuma kita-kita aja ya gak usah lah. Gak nyaman gue," jelas Amel.Dimas mengangguk paham, mereka kini berjanji akan menjadi teman. "Gimana kakak ipar gue, baek bukan. Makanya jangan termakan sama gosip!" seru Shilla. Gadis itu sangat senang menggoda Dimas. "Udah deh, jangan mulai lagi. Mendingan kalian habisin itu makan, habis itu anterin kami pulang," ujar Amel. ***Waktu berputar begitu cepat, kini malam tiba. Jam tengah menunjuk angka sebelas. Raffa masih berkutak di meja kerjanya, ia sesekali melirik jam tangan melihat pukul berapa sekarang. "Akhh ... akhirnya selesai juga, pasti Amel menungguku," ujar Raffa. Lelaki itu lekas bangkit dari duduk dan mulai melangkah keluar. Ia berpamitan pada sekuriti dan mulai melajukan kendaraan roda empat miliknya."Tunggu aku, Sayang. Aku sangat merindukanmu," seru
Raffa terkejut mendengar teriakan sang istri, ia langsung membekam bibir wanita itu. Lalu menunduk agar wajah mereka sejajar. "Jangan teriak, nanti kalau Shilla denger pasti ke sini lho," ucap Raffa. Amel berusaha melepaskan bekaman sang suami. Tetapi masih tidak dilepaskan lelaki itu."Aku bakal lepasin kalau kamu gak teriak."Raffa memberikan syarat pada sang istri. Amel langsung mengangguk sebagai jawaban. "Mas ini, kok keluar cuma pake handuk aja sih," omel Amel. Perempuan itu menatap nyalang mata sang suami. Dengan gerakan kesal ia memukul lelaki tersebut tapi malah membuat handuk Raffa melorot."Mas!" pekik Amel. Raffa yang mendengar teriakan sang istri lagi ia langsung bergegas membelit handuk di pinggang. Dan berlari mengunci pintu kamar. Selang beberapa menit suara ketukan terdengar. Sepasang suami istri itu saling pandang. "Aku sudah bilang jangan teriak," tekan Raffa. Raffa bergegas mencari pakaian dan memakai dengan tergesa-gesa. Ia langsung membuka pintu dan menata
Kedua perempuan itu terkejut mendengar ucapan Raffa. Shilla langsung memegang bulu matanya dan berperaga seperti merapikan. "Ini lho, Ka. Kayanya ada bulu mataku yang copot deh," sahut Shilla. Sedangkan Amel, ia juga berusaha mengalihkan perhatian sang suami. "Mas, boleh ya kami ke kantormu." Amel mengedipkan mata dengan wajah memohon. Raffa terlihat menghela napas dan mengusap wajahnya."Ya udah boleh, tapi kalau kamu capek mendingan langsung pulang aja ya, kita." Amel mengangguk dengan semangat, membuat Raffa yang melihat itu mengulas senyum."Oh iya, hari ini biar aku yang jemput. Tapi nanti kalau aku sibuk, boleh ya si Dimas lagi yang jemput kamu," tutur Raffa.Amel hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia langsung mendaratkan kecupan di pipi pria itu lalu keluar dari mobil. Wanita tersebut mencari ke sekitar tidak menemukan adik iparnya.Wanita itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Karena dia kini fokus melahap makan. Setelah sarapan, mereka diantar oleh Raffa. "Makasih, Ka. S
Gala yang sebenarnya tau semua itu karena memang memerintahkan salah satu siswa kelas ini untuk memberitahu apapun apa yang dilakukan Amel. Senyuman terukir di bibir pria tersebut, lalu ia masuk ke sana dan mendekati meja Amel. "Ada apa ini? Kenapa kalian di sini?" tanya Gala. Kedua wanita itu langsung menoleh sedangkan Amel hanya cuek. Perempuan tersebut memilih duduk di kursinya. "Ini lho, Gala. Dia gigit jari aku," adu cewek itu. Amel hanya melirik perempuan itu sekilas, lalu mulai mengeluarkan buku karena melirik jam sebentar lagi masuk. "Masa sih, Amel gigit jari lo. Pasti lo aja yang cari gara-gara sama dia," balas Gala. Lelaki itu mata kini memandang Amel yang sibuk dengan dirinya sendiri. Ia mengacuhkan mereka yang berada di dekatnya."Kalau lo pengen ngadu pergi sana! Bentar lagi kelas ini mulai," usir Amel. Dua senior perempuan itu melotot ke arah Amel. Sedangkan Gala hanya menyeringai. Ia menarik baju dua cewek teman sekelasnya ini dan menarik agar ikut keluar. "Lo
Diana menelepon seseorang, lalu mengulas seringai kala selesai berbincang. Ia tersenyum miring dan melangkah keluar, bergegas menuju kelas. "Lo ngapain aja sih, lama banget," bisik sang teman. Diana hanya menoleh melirik temannya lalu cuma ngeulas senyum. Sedangkan di kantor Raffa, ia masih menyuruh asistennya untuk mencari dalang dari gosip itu. Dia menggeram kesal karena belum menemukan yang membikin reputasi Amel jelek. "Kenapa lama banget! Bisa kerjanya lebih cepat," omel Raffa. Lelaki itu menatap asistennya yang menunduk. Raffa menghela napas lalu menerintahkan dia pergi. Tak lupa menyuruh membeli bahan bangunan untuk kediamannya."Ahh ... semoga istriku gak tau tentang gosip ini," gumam Raffa pelan.Dengan cepat ia mengerjapkan pekerjaan. Agar jika sang istri sudah berada di sini, Raffa tidak terlalu sibuk. Sesekali lelaki tersebut memijat kening dan terus melirik jam."Bos," panggil Asistennya. Terlihat lelaki itu meringis membuat Raffa mengeryitkan alis. Ia memandang taj
Siska melotot mendengar ucapan perempuan itu. "Jaga sikapmu, Erika! Kamu itu karyawan magang disini," tegur Siska. Erika hanya tersenyum miring mendengar itu. Tatapan perempuan itu semakin berani."Hahaha ... jaga sikap? lo kali yang jaga sikap. Lo cuma gantiin Kakak lo yang abis operasi. Nanti kalau dia udah sembuh total, lo bakal di tendang," cecar Erika.Siska mengepalkan tangan mendengar ucapan perempuan itu. Ia langsung menunjuk-nunjuk wajah Erika dan berlalu memilih pergi."Dasar," cibir Erika. Perempuan itu langsung duduk, ia dengan arogan mendaratkan bokong ke kursi. Sedangkan Siska, gadis tersebut menarik napas dan mengembuskan. Lalu senyuman terukir di bibir, kala mengeluarkan ponsel yang disembunyikan olehnya. "Kena kau," gumam Siska pelan. Dengan gerakan santai ia menyimpan rekaman suara itu. Lalu bergegas mengerjakan pekerjaan, dia langsung bergegas masuk ke ruangan miliknya. "Pasti Bos senang, nanti kasihnya kalau pekerjaan udah beres," ujar Siska. *** Kini Amel
"Apa lo budek ya! Gue udah bilang, kan. Amel itu udah jadi kakak ipar gue, apa lo masih belum paham," hardik gadis itu. Gala melotot ke arah Shilla, ia sangat kesal pada perempuan di hadapannya."Lepas tangan lo, gue gak mau kasar sama cewek!" tekan Gala."Lagian, gue denger kok. Terus kalau gue masih pengen ngejar Amel emang salah. Lagian walau mereka udah nikah kan masih bisa cerai, apalagi belum ada anak bukan," seru Gala.Amel langsung terdiam perkataan lelaki itu. Ia lekas bangkit meninggalkan makanan yang masih lumayan banyak. Wanita tersebut cepat mendekati sang adik ipar. "Shilla, tolong bayarin bakso gue ya. Gue udah gak mood buat makan," ucap Amel.Gala yang mendengar itu berbinar. "Biar gue aja yang bayar," celetuk Gala. Amel langsung melirik dingin Gala. Membuat lelaki itu terdiam, merasakan hawa dingin dari tatapan wanita tersebut."Gue gak minta ke elo, tapi ke adik ipar gue." Perempuan itu berkata dengan nada sedikit tingkah. Lalu ia pergi meninggalkan mereka. "Ah
Pria tersebut langsung membakar kertas itu dan mulai menikmati hidangan. Jam istirahat telah usai, para mahasiswi dan siswa berhamburan masuk ke kelas lagi. Sedangkan Gala memilih untuk bolos, karena hendak balapan liar. *** Raffa kini menunggu diparkiran, ia sesekali melirik jam tangan dan menatap gedung tersebut. Ia sedang bersandar di kendaraan roda empat miliknya dan mengulas senyum kala mendengar suara sang istri. Banyak para perempuan yang memotret dan memandang suami Amel itu. "Akhirnya kalian keluar, ayo cepat masuk!" seru Raffa. Shilla dan Amel langsung masuk, dan Raffa bergegas mengendarain kendaraan roda empat tersebut. Setelah kepergian mereka, Diana membicarakan Amel begitu keras, membuat semua orang mendengar. "Kirain yang diincar Gala cewek baek-baek keliatannya, eh ternyata liar. Pasti mereka simpenan Om-Om." Hinaan meluncur dari bibir Diana. Membuat beberapa orang yang mendengar mengamsumsi seperti pikiran wanita itu. "Tapi cowok itu ganteng juga lho, Diana. P