Amel yang merasa ponselnya terus bergetar akhirnya mengambil benda pipih itu dari saku. Ia mengeryitkan alis lalu memilih duduk di kursi dan tak lupa menaruh botol ke dalam kulkas lagi. "Wah, gila! Ada kouta nyasar nih, gede lagi sampe 200 GB," pekik Amel. Setelah membuka pesan, ia langsung bergegas mengecek kouta di aplikasi. Senyumannya melebar saat memang benar, bukan penipuan. "Gue bisa nonton drakor sepuasnya nih," serunya. Istri Raffa itu memiringkan kepala saat melihat ada notifikasi dari aplikasi hijau. Ia bergegas melihat siapa yang mengirim pesan takut ada pemberitahuan di grup kampus. Wanita tersebut memajukan bibir kala membaca nama sang suami."Baca gak ya, chat dari Mas Raffa. Tapi lagian ngapain sih! Padahal kita seatap tapi malah ngirim pesan bukannya langsung ngomong aja," ujar Amel. Perempuan itu malah kini berbicara sendiri, mengomentari sang suami. Suara telepon terdengar dari handphone membuat ia melihat benda pipih tersebut. Dia menggelengkan kepala saat mel
Lelaki itu terkejut mendengar suara jeritan sang istri yang nyaring. Raffa tadinya terlelap dengan tenang, kini langsung duduk tegak. Dia menoleh memandang sang istri."Ini semua gara-gara kamu, Mas!" omel Amel. Istri Raffa itu menatap mata sang suami dengan tatapan penuh kemarahan. Saat mengingat mereka akan telat, ia langsung turun dari ranjang. "Kamu mau ke mana?" tanya sang suami. Amel yang mendengar itu menjawab seraya memanyunkan bibir."Mau mandi, lah! Masa mau nari," sinis Amel. Raffa bergegas mengikuti sang istri, ia meraih boxer yang tergeletak di lantai. "Tunggu, Mel! Kita mandi bersama biar gak telat," seru Raffa. Amel yang tengah mengunci kamar mandi, ia langsung membukanya lagi. Kepalanya menyembul di pintu yang dia buka sedikit. "Kalau gitu, cepet! Lelet banget sih," cecar Amel. Setelah masuk ke bilik mandi, mereka bergegas membersihkan diri. Raffa terlebih dahulu selesai, lelaki itu lekas keluar untuk memakai pakaian dan melakukan sesuatu. "Cepat mandinya! Jan
Raffa yang mendengar itu hanya memutarkan bola matanya dengan perasaan jengkel. "Terserah, kamu mau bilang apa juga. Lagian kenapa pipimu jadi memerah gitu, perasaan tadi enggak deh," goda Raffa. Amel yang mendengar itu matanya melebar. Ia langsung menggigit roti dan tangan memegang pipi. Raffa melihat tingkah sang istri hanya tersenyum. "Gak usah dipegangin gitu, kalau kamu gak percaya ngaca aja. Atau kamu mau berkaca di mata aku," seru lelaki itu. Amel mendengar itu mencebik kesal, ia memalingkan wajah memilih menatap keluar. Raffa terkekeh mendapatkan respon begitu, setelah memarkirkan kendaraan roda empat tersebut, sang istri langsung keluar tanpa pamit. Membuat Raffa menggelengkan kepala lalu ikut keluar dari mobil. "Semoga nanti kamu gak marah lagi setelah aku jemput, semangat belajarnya!" teriak Raffa. Sudut bibir itu tertarik membentuk senyuman kala melihat Amel semakin mempercepat jalannya. Raffa mengembuskan napas lalu memilih masuk lagi dan mulai melajukan kendaraan r
Diana terus ditarik sampai kelas, tatapan semua orang langsung berpusat pada kedua manusia itu. "Siapa yang bolos dari pelajaran saya!" teriak Dosen tersebut. Semua langsung terdiam mendengar suara menggelegar lelaki itu. Kini Diana berdiri disampinganya. "Ada tiga tas dan tidak ada pemiliknya, siapa yang belum masuk," seru lelaki itu. Ia menjelajahi setiap sudut, semua langsung menunduk mendengar itu. "Jawab! Saya itu bertanya lho," omel lelaki itu. Diana langsung melirik kakaknya dengan tatapan jengkel. Lalu ia menatap sang teman agar bersuara. "Eum ... anu, Pak," ucapan perempuan itu terhenti. Tatapan lelaki itu yang beralih ke sahabat adiknya lalu ia tatapan dia. Teman Diana langsung terdiam mendapatkan pandangan sang Dosen. "Kenapa malah diem aja, apa yang mau kamu katakan," seru lelaki itu. Perempuan itu merapatkan bibirnya, lalu menjawab sang Dosen. "Yang belum ada di kelas itu, Panji, Kevin dan ... Gala," ujarnya. Diana melotot menatap temannya itu. Dan terlihat pe
Amel terus mengumbar senyuman, ia terlihat begitu bergembira. Kadang berhenti untuk membeli jajanan di pinggir jalan. Dia sama sekali tidak menyadari jika diikuti oleh seseorang, mungkin karena terlalu bungah. "Ah, sial! Segala kebelet lagi," gerundel Gala dalam hati. Lelaki itu memang sedari tadi mengikuti Amel, karena ia yakin jika orang yang diperintahkan Diana akan beraksi. Gala bergegas ke toilet, bahkan dia sampai meninggalkan motornya karena melihat wanita tersebut jalan kaki. Menaruh motor di parkiran kamu dan meminta seseorang untuk mengambil kendaraan roda duanya. Saat melihat Gala sudah pergi, seseorang mendekati Amel. Ia mendekat dengan langkah berlari dan menepuk bahu wanita itu. "Amel, bukan?" tanyanya. Perempuan tersebut berkata dengan santai, Amel langsung menoleh saat merasakan tepukkan tersebur. Ia mengeryitkan alis kala tidak mengenal orang itu. "Kita memang belum saling kenal, tapi gue disuruh Shilla. Buat nemenin lo, gue juga tau di mana tempat lo tinggal. A
Wanita itu mendekat, menyuruh seseorang untuk memilih melakukan video call pada Diana. Ia langsung melayangkan tamparan pada pipi Amel. Membuat istri Raffa meringis, dan bibirnya sobek. "Lo nantangin kami, memangnya lo siapa bisa begitu! Dasar goblok, tadinya kami hanya akan mempermalukan lo, tapi kayanya lo mau dikasarin ya," hardik wanita itu. Setelah menenangkan hatinya, Amel mendongak dan menyeringai menatap sinis wanita tersebut. Tingkah Amel membuat semua geram, mereka langsung mendekat dan hendak melakukan aksi membikin istri Raffa waspada. "Mas, tolong ... aku takut!" Batin Amel menjerit, seseorang hendak melepaskan pakaian Amel. Membuat wanita itu memberontakan sedangkan mereka tertawa. "Kenapa kalian nelepon sih, untung gue ada di toilet!" hardik Diana. Orang yang melakukan itu hanya memamerkan senyuman dengan gigi terlihat, dia langsung mengarahkan video call itu ke kamera belakang. Seringai terukir melihat hal tersebut, Diana langsung memakai handset. "Kenapa, dima
Setelah kejadian itu, Raffa memilih mengantarkan sang kekasih pulang. Ia pun meminta sekertaris agar mengurus perusahaan dan dia akan mengurus kantor lewat aplikasi zoom. "Mendingan kamu tidur aja, nanti setelah makanan mateng aku bangunin," seru Raffa. Raffa mengusap kening Amel, wanita itu berbaring dikasur. Ia melangkah pergi tetapi tangannya dicekal sang istri. "Temani aku sampai terlelap, setelah itu baru masak," pinta sang istri lemah. Lelaki itu menghela napas pelan, ia mengulas senyum lalu duduk di kursi. Tetapi Amel menggeleng sebagai larangan. "Terus aku harus gimana, Sayang?" tanya Raffa. Amel menepuk kasur, ia memandang dengan wajah sendu. Raffa langsung mengangguk sebagai jawaban, lelaki itu akhirnya berbaring di samping sang istri. "Maafin aku, gara-gara aku kamu ninggalin kantor," kata Amel. Wanita itu mendekap pinggang sang suami, sedangkan Raffa membalas pelukan tersebut. "Gak papa, yang paling penting itu sekarang kamu. Karna kamu istri aku, calon ibu anak-a
Mata Amel melebar mendengar itu, ia bergegas mendekati lelaki itu dan mendaratkan cubitan di pinggang sang suami. "Mas tuh, rese banget sih! Udah tua juga," omel Amel. Raffa mengeryitkan alis mendengar itu, ia meringis kala masih merasakan bekas cubitan sang istri. Tatapan kesal masih terus di layangkan wanita tersebut. "Apa hubungannya aku rese sama umur, Sayang." "Kayanya cubitan kamu tuh, makin tambah lumayan aja, harusnya tenaga kamu tuh bukan buat nyiksa aku tapi layani aku dong," kelakar Raffa. Tangan Raffa akhirnya melayang keduanya mencubit pipi sang istri. Lalu tatapan mata lelaki itu jatuh pada bibir wanita tersebut. Ia terdiam memandang benda kenyal itu, tanpa sadar jemarinya beralih menyentuh pada "Jangan pake lipstik merah kalau di depan orang lain, ingat itu! Kamu cukup pake ini kalau kita berduaan aja," seru Raffa. Amel memiringkan kepala saat mendengar sang suami mengatakan demikian. Dahinya mengeryit tanda bingung bahkan bibirnya manyun sebentar. "Maksud kamu