"Kamu gak papa, kan Sayang?" tanya Raffa. Pria itu memegang pipi Amel dan langsung ditepis wanita itu. "Seneng ya dikhawatirin cewek," sembur sang istri. April mengeryitkan alis melihat intraksi kedua manusia itu. Ia langsung menarik lengan Amel membuat wanita tersebut menoleh. "Kalian udah saling kenal?" tanya April. Raffa dan Amel langsung saling pandang, kedua mengangguk bersamaan. Bahkan lelaki itu kini merangkul Amel, membuat April membulatkan matanya terkejut. "Bukan kenal lagi, kita tuh bahkan udah nikah. Iya gak, Sayang," seru Raffa. Raffa mengedipkan mata memandang sang istri, sedangkan wanita itu langsung menganggukan kepalanya. Ia paham dengan gerak-gerik April, pasti perempuan tersebut menyukai suaminya. "Iyain aja deh. Mas, kamu mau ke mana? Ayo biar aku yang anter," balas Amel. Raffa langsung mencium pipi Amel tanpa rasa canggung sedikit, membuat sang istri yang mendapatkan perilaku begitu mematung dan matanya membulat. Begitupun April sangat terkejut mendapatka
"Tuan tolong, jangan kasuskan kelakuan adikku. Cukup hukum aja," pinta lelaki itu. Raffa tidak menanggapi perkataan lelaki itu, ia memilih mendaratkan bokong dikursi. Tidak lupa mengajak sang istri, melihat tak ada respon dari Raffa. Lelaki tersebut beralih pada Amel. "Tolong, jangan kasuskan kelakuan adik saya. Saya tau dia sangat keterlaluan, tapi kalau adil saya dipenjara masa depannya akan suram," mohon Kakaknya Diana. Amel hanya tidak menjawab atau memberikan kepastian pada lelaki itu. Akhirnya ia hanya pasrah, duduk dilantai dengan wajah tertunduk. Bahkan kini kedua orang tua Diana berada di sini, Raffa yang melihat hal tersebut hanya menyeringai. "Tolong jangan kasuskan kelakuan anakku, dia masih remaja masa depannya bakal hilang kalau dia masuk penjara. Kalau dia dipenjara takut kejiwaan dia terganggu," ucap Mamanya Diana. Wanita itu berjongkok memegang lengan Amel. Ia meminta belas kasihan istrinya Raffa. "Lalu mentalku gimana Bu," seru Amel. Tatapan kesal Amel layangk
Diana yang mendengar itu melotot, ia langsung meminta bantuan pada kakak dan Papanya. Tetapi mereka menggeleng, sebagai jawaban. Diana dengan gerakan cepat mendekati Raffa dan menjatuhkan lutut ke lantai dan memegang kaki Raffa. "Tuan, tolong maafkan saya. Saya tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi, saya tidak akan mengganggu Amel lagi. Tolong jangan masukan saya ke penjara," mohon Diana. Amel menyeringai mendengar itu, ia berjongkok untuk mensejajarkan tatapan dengan Diana. "Lo ngomong gitu karena tau, gue gak bakal pernah melihat lelaki lain karena memiliki suami seperti Mas Raffa," sinis Amel. Diana menunduk mendengar ucapan Amel, dia mengiyakan dalam hati. "Bukannya udah gue bilang! Gue gak pernah deketin Gala," bentak Amel. Raffa menyodorkan tangannya agar Amel berdiri. Setelah membantu sang istri bangkit, ia memandang dalam.wanita itu. "Aku serahkan dia sama kamu, Sayang. Terserah mau kamu apa kan. Langsung masukin penjara juga boleh," lontar Raffa. Diana langsung mem
Amel menghela napas mendengar ucapan Diana. Ia mendaratkan bokong di kursi lalu memainkan handphone. "Itu terserah lo mau nurutin ucapan gue atau enggak, gue udah berbaik hati menawarkan hal itu," seru Amel. Wanita itu melirik jamnya, ia langsung bangkit dan mencium punggung tangan sang suami. "Bentar lagi masuk kelas, Mas. Aku pamit dulu ya," lontar Amel. Setelah kepergian Amel, Raffa bersidekap memandang sinis Diana. "Sebenarnya gak setuju kalau cuma di skors dan menjadi pembantu di rumah, lebih bagus langsung masukin ke penjara aja! terus hubungan kerja sama dengan orang tua lo gue putusin, biar bangkrut! Gak tau diri banget sih, gue yang bantu kalian tau!" geram Raffa. Keluarga gadis itu langsung menunduk, Papa Diana membisikan agar sang anak meminta maaf dan menerima hukuman dari Amel. Dengan cepat mendorong Diana agar cepat berbicara. "Maafkan saya Pak, saya akan melakukan apa yang dikatakan Amel. Tapi jangan putuskan kerja sama dengan keluargaku," cicit Diana. Raffa men
Gadis itu menghentakan kakinya lalu memilih masuk ke kediaman, terlihat banyak orang di sana. "Eh kamu udah pulang, ayo sini," seru Wulan. Sedangkan di mobil, keadaan hening. Akhirnya Dimas memulai pembicaraan untuk memberitahu apa yang menganjal dari tadi. "Mel, gue pengen ngomong sesuatu," tutur Dimas. Amel berdehem mendengar ucapan Dimas, ia tidak lepaskan handphone karena tengah bermain games. "Gue ngomong soal penting nih, Mel," seru Dimas kesal. Wanita itu mendengar penuturan Dimas terkekeh, ia mematikan dan menaruh di tas benda pipih tersebut. Tatapannya terarah ke Dimas yang melihat dari kaca spion. "Apa yang mau lo omongin, Dim," lontar Amel. Dimas mengembuskan napas terlebih dahulu membuat Amel mengeryitkan alisnya. "Lo napa sih, kaya berat banget lo ngomongnya," sembur Amel. Dimas menatap sekilas Amel lagi lalu menatap jalanan. Tangannya memegang erat setir mobil. "Cewek yang demen sama Bos dateng," ucap Dimas. "Sepupunya Erika, siapa tuh namanya gue lupa," lanj
Raffa berusaha menyembunyikan riak senangnya kala melihat wajah cemberutu sang istri. Ia menarik napas dalam dan mengembuskan pelan, bahkan ia sampai mengigit bibir. "Maka dari itu, kita harus nunjukin keharmonisan kita sama mereka. Lagian Mamanya juga tujuannya begitu kok, dia tau kalau Kayla suka sama aku," ujar Raffa. Amel langsung menatap wajah Raffa, ia memperhatikan apa yang di ekpresikan lelaki yang menyandang status suaminya itu. "Ekpesimu kenapa gitu, Mas," cecar Amel. Amel memicingkan matanya, tatapan curiga sangat jelas terlihat. "Kenapa bibirnya gitu, Mas seneng Kayla bakal beberapa hari serumah sama kita. Ohh, iya ... dia itu cewek yang ngejar-ngejar Mas, ya. Jadi ngerasa bangga gitu," cecar Amel. Wajah lelaki itu memucat mendengar penuturan sang istri. Ia langsung menggenggam jemari wanita tersebut. "Mana mungkin, aku hanya menahan senyum karna melihat wajah cemburumu," lontar Raffa. Mendengar penjelasan sang suami, Amel langsung memalingkan wajahnya. Bahkan ia m
Kayla mendengar itu hanya memiringkan kepalanya. Ia mengedikan bahu dan malah langsung masuk ke ruangan Raffa. "Eh, gak sopan banget sih, maen nyelonong masuk aja. Belum juga dipersilakan masuk," cecar Amel. Kayla tidak menanggapi Amel, ia malah mengambil pesanan Raffa dari tangan Erika. Dia langsung menarik lengan lelaki yang masih menjadi incarannya. "Gue lagi ngomong lho, gak ditanggepin banget sih,"omel Amel. Wanita itu mendekat dan melepaskan gandengan Kayla di lengan suaminya. Ia langsung bersidekap menatap nyalang perempuan tersebut. "Bar-bar banget sih,"gerundel Kayla. Perempuan itu mendekat dan berbisik di telinga Amel. "Apa lo takut kalau Mas Raffa berpaling ke gitu, lagian gue lebih segalanya dari lo yang cuma orang miskin," cibir Kayla.Amel melebarkan matanya mendengar penuturan Kayla. Dengan kesal ia mendorong perempuan itu. Membuat dia terjatuh ke lantai. "Aduh, sakit tau!" Raffa juga terkejut dengan apa yang dilakukan istrinya. Ia langsung bergegas membantu Kay
Raffa hanya mendengar itu riak wajahnya berubah, bahkan tangan lelaki tersebut terkepal. Lalu secara spontan meninju meja kaca. "Apa lo bilang, ha! Hanya masalah sepele." Kaca itu pecah, bahkan Amel yang terkejut langsung berdiri. Ia mendekati suaminya dan memeriksa lengan Raffa. "Mas, tangan kamu bedarah," ucap Amel. Raffa meletakan jarinya ke bibir sang istri, isyarat agar dia diam. Tatapan murka masih lelaki itu layangkan pada Kayla, membuat kedua perempuan dihadapannya itu menunduk dan gemetar ketakutan. "Menurut lo dia yang nyebar fitnah tentang istri gue itu, cuma masalah sepele," seru Raffa dengan nada tinggi. Amel yang melihat kemarahan suaminya itu hanya diam di samping Raffa. Dengan tangan masih memegang lengan lelaki tersebut yang berdarah. "Mas boleh aja marahin mereka sepuasnya, tapi ayo duduk! Aku bakal ngobatin tangan Mas," perintah Amel. Raffa menoleh memandang istrinya dengan tatapan tajam, ia mengembuskan napas lalu tersenyum. Dia mengangguk mengiyakan perint