Amel bersidekap menatap kesal suaminya. Raffa yang mendengar itu mengembuskan napas, tangannya mencari sesuatu di lemari lalu benda itu langsung terbuka. "Astagfirullah ... kamu ngapain," pekik Amel. Wanita itu langsung menjauh. Raffa ingin sekali tertawa melihat wajah terkejut istrinya. Ia langsung memegang tangan Amel membikin dia kaget dan langsung hendak berlari."Kamu mau ngapain Mas! Mau nyakitin aku, biar kamu bisa nikah sama tante-tante itu," bentak Amel. Raffa yang mendengar tuduhan Amel hanya menghela napas. Melepaskan pegangannya membuat wanita itu langsung berlari dan hendak keluar tetapi berhenti mendengar suara sang suami. "Kamu suuzon aja sama suami sendiri, apakah aku seburuk itu." Ucapan Raffa begitu dingin, membuat Amel merasa mengigil. Ia berbalik, menatap paras suaminya."Apakah kamu tidak memberikan sedikitpun kepercayaan padaku, Mel?" tanya Raffa. Amel merasakan jika detak jantungnya semakin cepat, tangannya mengepal. Rasa bersalah hingga kala melihat ria
Amel langsung memalingkan wajah mendengar itu. Karena tidak ingin sang suami melihatnya yang tersipu, mungkin pipi kini sangat merah. "Mas apaan sih! Sekarang pinter banget ngegombal," seru Amel.Raffa yang melihat sekilas Amel yang merona hanya tersenyum. Lelaki itu dengan jahil memegang dahu sang istri dan mengarahkan agar mereka saling bertatatapan. "Kenapa pipi kamu, Mel. Merah banget tau, apa kamu sakit," ledek Raffa.Amel melotot mendengar perkataan suaminya. Langsung menepis tangan Raffa lalu melangkah menuju sofa untuk mendaratkan bokong di sana. "Hey ... udah dong, kita itu baru baikan lho. Masa mau marahan lagi," lontar Raffa. Lelaki itu melangkah dengan santai, tujuannya kini ke laci. Setalah mengambil sesuatu, ia mulai mendekati istrinya. "Aku punya kejutan buat kamu, coba sekarang tutup matanya," ucap Raffa. Amel mendongak memandang Raffa, ia mengeryitkan alis kala melihat sesuatu yang digenggam sang suami. "Apa yang kamu pegang?" tanya Amel. Wanita itu hendak mer
"Amel istriku," gumam Amel. Setelah sadar apa yang dia gumamkan karena membaca deretan huruf itu pipinya langsung memerah."Iya, memang Amel itu istriku," ucap Raffa. Amel langsung memandang suaminya yang hanya mengulas senyum memamerkan giginya. Wanita itu menetralkan jantung yang berdebar lagi. "Duh, apa gue harus ke dokter ya. Kenapa jantung berdebar kenceng terus," batin Amel.Raffa yang melihat sang istri terus terdiam. Ia berinisiatif menyentil dahi Amel membuat wanita itu memekik kaget."Mas ini apa-apaan sih! Maen sentil-sentil aja," keluh Amel. Wanita itu mengusap keningnya sedangkan Raffa tidak menampakan raut bersalah. "Salah sendiri ngapain ngelamun, aku takut kamu kesambet," balas Raffa.Amel yang mendengar perkataan suaminya hanya memutarkan bola mata dengan malas."Mas mau keluar dulu ya, ada kerjaan yang harus dikerjain. Kamu kalau mau di sini, disini aja sepuasnya. Ini villa punya kamu juga," tutur Raffa.Amel mengangguk, ia mendekati wajah sang suami lalu mengec
Kayla menoleh melirik sekilas sang Mama, dan melangkah meninggalkan dua manusia itu. Membuat mereka penasaran dan lekas mengikuti perempuan tersebut sampai masuk ke kamar. "Ayo dong, kenapa kamu jadi badmood gitu? Ngedumel terus diliatnya, apa gara-gara Amel." Mila menebak tepat sasaran, apalagi saat melihat raut wajah Kayla. Dia menghela napas lalu duduk di samping anaknya. Menatap perempuan itu dengan tatapan penuh dengan rasa penasaran. "Mas Raffa beliin kalung buat cewek tengil itu, Mah!" adu Kayla. Kedua perempuan itu langsung saling adu pandang kala mendengar aduan Kayla. Mengeryitkan alis bingung di mana letak yang membuat Kayla marah. "Emang kenapa sih? Ada yang salahkan, wajar dong dibeliin sama Raffa kan dia istrinya, lagian pasti cewek itu yang minta dibeliin. Namanya juga orang miskin," lontar Mila. Mendengar perkataan Mamanya ia langsung mengangguk menyetujui. "Iya pasti dia yang minta dibeliin, matre banget sih! Pasti mau manas-manasin aku bilang kalau Mas Raffa y
Panji langsung memasukan benda pipih itu ke saku. Setelah membaca hal itu, ia mencari Raffa dan menemukan lelaki tersebut tengah menatap dengan tajam. "Mendingan gue pergi aja, disini bikin gue merinding," ucap Panji. Lelaki itu bergegas masuk, sang Mama yang melihat tingkah anaknya langsung menahan pria tersebut. "Kamu kenapa Pan?" tanya wanita itu. Panji melirik ke sekitar dan masih memeluk tubuhnya. "Si Raffa serem banget tau gak, Mah. Dia posesif," tutur pria itu. Sang Mama mengeryitkan alisnya bingung, masa seorang Raffa bisa posesif. "Ahh ... kayanya kamu halu deh, mendingan tidur gih!" cecar wanita itu. Panji mendengkus menatap tak percaya sang Mama. Dengan gerakan cepat langsung menyodorkan ponselnya ke wanita itu. "Ini buktinya, Mah. Raffa itu posesif, padahal Panji cuma ngomong Amel muda dan lumayan cantiK," jelas lelaki itu.Wanita itu mengambil benda pipih milik anaknya. Sedangkan Erika yang lewat mendengar perkataan Panji langsung mendekati mereka. "Kamu ngapai
"Kenapa kamu diam aja, benarkan kata saya. Kamu emang gak pantes sama Raffa, dasar matre!" hina Mila. Saat Mila mengatakan itu, Raffa langsung muncul membuat dia terdiam. Terlihat lelaki tersebut kini melinggarkan tangan di pinggang sang istri. "Jangan menghina dan menuduh kalau gak tau ceritanya, Tan. Kalung ini pemberianku, bukan permintaan Amel." Mendapatkan pembelaan sang suami, Amel langsung tersenyum sinis. Ia menatap Mila dengan tangan bersidekap."Dia pasti main dukun, Raf. Kamu seperti tergila-gila sama dia, bahkan membelikan barang semahal itu cuma buat cewek miskin ini," seru Mila.Raffa langsung menatap tajam Mila membuat nyali wanita itu menciut. "Jaga ucapan Tante, kalau masih mau disini atau bekerja sama dengan Mama, dalam bisnis!" ucap Raffa dingin.Perkataan dingin nan tegas itu membuat Mila terdiam. Ia memilih pergi dan Raffa langsung memandang istrinya. "Maafin aku karna membelikan ini jadi kamu dituduh sama orang, apa aku harus buat berita kalau memberikanmu a
"Petani," jawab Raffa. Amel mengeryitkan alis mendengar jawaban Raffa."Kenapa dia bisa kenal kamu?" tanya Amel sekali lagi. Raffa tidak menjawab, membuat aku kesal dan mencubit lengannya. "Kenapa kamu seneng banget mencubitku," keluh lelaki itu.Lelaki itu menurunkan istrinya karena sudah sampai ke tempat tujuan. Tinggal beberapa meter lagi untuk sampai. "Habisnya kamu nyebelin sih, Mas!" lontar Amel. Wanita itu menampilkan wajah tak bersalah lalu memandang tempat yang memanjakan mata. Netranya memandang seseorang yang berada di dekat kardus besar."Mas, itu orang lagi ngapain ya? Ada kardus besar lagi, jangan-jangan ...."Ucapan Amel terhenti karena Raffa menyentil keninganya membuat wanita itu memekik kesakitan. "Mas! Apa-apaan sih, bales dendam ya sama aku, ihh jadi cowok harusnya ngalah dong," gerutu Amel. Raffa memutarkan bola matanya dengan malas, ia melangkah pergi dan langsung diikuti Amel. "Mas ini kenapa sih, tadi katanya suruh ngikutin kamu. Jalan pelan-pelan dong.
"Mas! Kenapa kardusnya bergerak," pekik Amel. Wanita itu langsung memeluk suaminya, Raffa yang melihat hal tersebut. Seperti berpikir lalu memandang sang istri. "Apa jangan-jangan di dalamnya anak kecil ya," ucap Raffa. Amel yang mendengar itu membulatkan mata, ia langsung melepaskan pelukan pada suaminya. Dan bergegas membuka kardus, dia terkejut karena suara letupan yang biasa ada di pesta atau untuk suprise. "Suprise ... lama banget sih, lo buka kardusnya! Enggap banget tau gue, sampe keringetan gini," cecar Shilla.Gadis itu berdiri saat Amel membuka kardus, makanya ia terkejut apalagi dibarengi letupan benda tersebut. Kala tersadar jika itu adik iparnya dia langsung memandang sang suami dengan tatapan kesal. "Mas! Kamu ngerjain aku ya, berarti dua orang tadi suruhan kamu," omel wanita itu. Shilla akhirnya bersidekap menatap pertengkaran pengantin itu. Ia mengembuskan napas kasar karena letih. "Gak kok, ini buat ngerjain Sayang. Tapi suprise ... aku yang ngerencanain ini, j