Kini mereka selesai melakukan video call setelah memastikan jika Sekar sudah membaik. Raffa menurunkan ponsel sang istri lalu diletakan ke meja, ia menoleh membuat netra keduanya beradu."Ayo, kita lanjutin makan," ajak Raffa. Amel masih terdiam, ia mengkhawatirkan Ibunya. Raffa yang melihat riak sedih sang istri, ia mengulurkan tangan dan memegang bahu wanita itu."Sayang ... jangan sedih dong, masa dikencan kita ini mukanya malah gitu. Emang gak denger apa kata Ibu, ayo kita nikmatin kencan ini, malahan disuruh ke hotel lho," seru Raffa.Lelaki itu berseru seraya menggoda sang istri. Mendengar ucapan terakhir Raffa, Amel mendelik membuat pria tersebut terkekeh."Udah ayo, kita makan lagi, nanti keburu dingin gak enak lho," ucap Raffa.Amel akhirnya mengangguk dan mulai melahap makanan walau dengan riak cemberut. Raffa yang gemas dengan istrinya, memiliki ide jahil agar wanita itu tersenyum lagi."Sayang, pipimu ada apaan tuh? Kok gerak-gerak gitu." Wanita itu langsung memekik, ia
Mila berusaha menenangkan anaknya, ia menatap miris barang dihancurkan Kayla. Terlihat wanita itu menangis, bahkan pipi banjir air mata. Melihat hal tersebut, Mila mendekat dan mendekap sang putri. "Sabar, La. Nanti Mama bakal mikirin gimana caranya dapetin Raffa," bisik Mila. Kayla membalas pelukan Mamanya, ia terisak apalagi saat melihat update foto Raffa yang bersama Amel. Setelah merasa sang anak tenang, wanita itu menyuruh Kayla untuk duduk di ranjang. "Mah ... kenapa Mas Raffa gak melirikku sedikitpun," lirih Kayla. "Apasih kurangnya aku, apa kelebihan gadis tengik itu yang gak ada dalam diriku, Mah ...." Mila menatap wajah anaknya yang sangat menyedihkan. Baru pertama kali sejak beranjak dewasa Kayla menitihkan air mata. "Sayang, tenangkan dirimu, ya. Mendingan kamu tidur aja," perintah Mila. Kayla mengangguk lemah, ia berbaring di ranjang. Mila langsung menyelimuti putrinya. Ia keluar kamar setelah memastikan Kayla terlelap. "Kasian banget anakku, ahh ... apakah piliha
"Kenapa kamu datang dengan dia!" omel Mama Panji. Wanita itu sedang bersantai diluar villa, ia langsung mendekati anaknya dan mendelik pada Mila. Mama Kayla sama sekali tidak memperdulikan hal tersebut, dia malah menerobos masuk. "Lihat, judes banget dia. Kamu jangan deket-deket sama mereka takut ketularan," ujar Mama Panji.Panji langsung memegang kedua bahu sang Mama. Mengajak wanita itu untuk masuk ke villa. "Udahlah, Mah. Gak usah dipikirin, mendingan ayo kita mandi dulu terus jalan-jalan," seru Panji.Wanita itu menatap anaknya, ia melirik jam dan menggeleng."Ngapain jalan-jalan, ini udah malam. Mendingan kita nonton bareng aja," kata sang Mama.Lelaki itu hanya mengangguk sebagai jawaban, ia langsung berlalu pergi ke kamar. Sedangkan sang Mama, menyambut suaminya. Panji bergegas membersihkan diri lalu ke dapur untuk meminum air dan ternyata berpapas dengan Kayla yang hendak minum juga."Eh, cantik. Kayanya baru bangun tidur ya," ujar Panji.Kayla hanya melirik malas Panji,
Raffa hanya menggelengkan kepala mendengar perkataan istrinya. Ia mulai mengikuti langkah Amel dan membantu membawakan stroli. Terlihat perempuan tersebut sibuk memasukan berbagai jenis cemilan dan minuman."Mas! Ambilin troli satu lagi, yang ini udah penuh," perintah Amel.Raffa menatap belanjaan istrinya lalu menggelengkan kepala. Padahal di benda itu sudah sangat penuh bahkan menggunung tapi masih meminta ambilkan satu troli lagi. "Iya, Sayang. Tunggu ya!"Lelaki itu melangkah ke tempat troli berada lalu mendorongnya menuju Amel yang ternyata malah pergi dan meninggalkan benda ini. Raffa menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya, ia meminta petugas untuk membawakan belanjaan ke kasir."Sayang, kamu dimana sih?" tanya Raffa. Lelaki itu malas berteriak nanti malah menjadi pusat perhatian. Amel langsung bergegas ke tempat tadi dan tersenyum memamerkan gigi saat Raffa menatapnya datar."Maaf, Sayang. Aku gak dengerin kamu, aku khilaf pengen liat-liat jajanan," tutur Amel.Raffa m
Setelah belanjaan dimasukan ke bagasi, Amel tidak lupa mengucapkan terimakasih. Raffa langsung melajukan kendaraan saat istrinya sudah naik. Setelah setengah perjalanan, ia melirik Amel yang asik memakan cemilan. "Sayang, akukan udah bantuin kamu tadi. Harus ada imbalannya dong, di dunia ini gak ada yang gratis," tutur Raffa.Mendengar perkataan suaminya, Amel langsung menatap dengan alis berkerut. "Bantuin apaan sih," sahut Amel.Raffa langsung melirik ke arah istrinya berada untuk membalas tatapan wanita itu. Dan mulai fokus menyetir lagi. "Itu lho, tadi ngikutin drama kamu. Aku tau kok kamu manggil suamiku soalnya ada cewek yang curi-curi pandang aku kan," jelas Raffa. Wanita yang berstatus istri Raffa itu, menatap kesal suaminya. Dengan gerakan cepat mencubit pinggang pria tersebut. "Kamu ini! Ya jelas harus ngikutin drama lah, kan kamu emang suami aku. Apa kamu selalu tebar pesona gitu, genit banget sih!" omel perempuan tersebut. Raffa hanya memekik kala tangan wanita itu m
Panji terlihat terengah-engah dan menatap kesal Shilla. "Lo ini, gue gak makan cemilan lo ya. Asal nuduh aja deh, Mel jangan percaya kata-kata dia," lontar Panji. Amel memang sudah menoleh saat Shilla mengucapkan kata tersebut. Lalu disusul Panji untuk membela dirinya. Terlihat wanita itu menghela napas dan mengambil beberapa tas belanjaan dan menyodorkan pada Shilla. "Maaf lo jadi tertuduh karena ulah gue, dan ... maaf gue yang ngabisin cemilan lo, La. Tadi dikampus gue lupa bilang karena lagi kesel sama Mas Raffa," ungkap Amel. Mendengar penuturan Amel, Panji langsung tersenyum penuh kemenangan. Sedangkan Shilla menghela napas dan mengambil tas belanjaan yang disodorkan padanya. "Ish ... lain kali bilang dong, lo ini emang kebiasaan sejak dulu, gue lupa kalau biangnya itu pasti elo," cetus Shilla. Amel yang menundukan kepala mendengar suara Shilla yang terdengar ketus. Sedangkan perempuan itu ingin sekali tertawa melihat wajah murung kakak iparnya. "Aishhh lo ini, kenapa muka
Shilla menatap kesal sepupunya, ia akhirnya mendaratkan cubitan pada lelaki itu. "Lo ini, makanya jalan itu pake mata, dodol!" omel Shilla.Panji yang sedang pusing dengan bagaimana membuat Kayla agar memaafkannya. Ia memekik kesakitan saat Shilla mencubit dengan kencang. "Gila! Sakit tau," geram Panji. Lelaki itu menepis tangan Shilla yang mencubit perutnya. Ia langsung mengusap bekas cubitan tersebut."Biarin! Lo aja kegajenan, udah cepet mikirin cara minta maaf ke cewek itu. Udah tau dia tuh galak bener, gue aja bingung kenapa lo bisa suka sama dia," celetuk Shilla.Panji yang mendengar itu menghela napas. "Tadi itu kecelakaan lho, gue gak maksud lakuin itu," jelas Panji. Shilla memutarkan bola matanya, ia memilih melangkah dan diikuti Panji. "Iya emang kecelakaan, tapi lo seneng, kan," cibir Shilla.Panji mengembuskan napas kasar dan menyugarkan rambutnya. "Terserah apa kata lo aja dah, lagian jalan tuh pake kaki bukan pake mata," balas Panji.Mendengar balasan sepupunya,
"Mas, kenapa kamu natap aku begitu? Apa aku salah."Mendapatkan tatapan seperti itu, Amel seperti kesulitan menelan ludah. "Kamu ternyata memperhatikan Panji, ya," kata Raffa.Nada suara Raffa terdengar sangat dingin, Amel merasa suasana terasa tegang."Eum ... anu, dilihat sekilas aja udah ketauan kok. Beneran aku gak merhatiin dia," ucap Amel. Raffa mendengar itu memutarkan bola mata lalu memilih meninggalkan istrinya dengan riak datar."Sayang, kamu jangan marah dong. Aku kan jujur, beneran lho aku gak merhatiin dia," seru Amel. Wanita itu berseru seraya berlari mengejar langkah Raffa yang sangat cepat dan lebar. Ia lekas menarik lengan pria tersebut agar dia membalas tatapannya."Sayang ... jangan gini ah," keluh Amel. Raffa menatap dalam istrinya, ia menghela napas dan memilih melangkah lagi ke mobil lalu mengambil tas belanjaan yang masih banyak. "Ayo cepat bantu!" perintah Raffa. Amel langsung menuruti perintah tersebut, dia juga membawa belanjaan. Melihat bagasi sudah k