Baru saja Raffa hendak menjawab. Suara seseorang membuat mereka menoleh. "Wah ... Mas Raffa, kenapa gak chat kalau mau ke sini. Kalau kami tau pasti masak yang enak lho, buat nyambut," seru wanita itu. Amel memiringkan kepalanya, ia memandang wanita itu yang tengah mengajak berbincang sang suami. Dari tatapan pada Raffa, sudah terlihat jika dia menyimpang rasa. Rasa cemburu langsung hinggap, Amel dengan gerakan cepat memeluk lengan Raffa."Mas, aku pegel. Masa berdiri terus," kata Amel.Mendengar ucapan Amel, Ibu panti langsung mengajak ke ruang tamu. Tetapi, Raffa menoleh, ia menggeleng."Kami ke sini mau main sama mereka, Bu. Oh iya, nanti sebentar lagi. Ada asisten saya yang bawa beberapa mainan dan cemilan, itu buat anak-anak," ujar Raffa.Ibu panti itu mengangguk kepala, ia hendak pamit membuatkan kopi. Tetapi, ditahan Raffa terlebih dahulu, membuat wanita tersebut menoleh. "Nanti dulu, Bu. Saya belum kenalin Amel, ini istri saya Bu. Doain kami biar langgeng ya."Kedua wanita
Raffa sangat bersyukur karena tidak jadi menjawab seruan sang istri. Wanita itu teralihkan saat beberapa anak panti mendekat dan mengajak bermain. Mereka lekas mengajak Amel dan tawa memenuhi tempat ini. "Ahh ... semoga aja istriku mau hamil nanti pas dari sini," gumam Raffa.Lelaki itu tidak menyadari, kala bergumam demikian. Ada Ayu yang mencuri dengar, wanita tersebut berada di ambang pintu. Seringai muncul di bibir putri pemilik panti ini. "Ini bisa jadi kesempatan gue jadi istri Mas Raffa, jadi istri simpenan pun gak papa," batin Ayu. Wanita itu menaruh sebentar nampan yang ia bawa ke lantai. Merapikan penampilan terlebih dahulu, setelah dirasa sudah memuaskan. Dia segera mengambil benda tersebut lalu mengeluarkan suara menyapa Raffa. "Ini, Mas Raffa. Semoga selalu nikmati di lidah Mas," goda wanita itu. Raffa terkejut, lelaki itu langsung menoleh ke asal suara. Dia mengeryitkan alis saat melihat Ayu seperti bergaya menggoda di hadapannya. Ia hanya menyeringai menanggapi hal
Mendengar penjelasan sang suami Amel langsung mengulas senyum. Wanita itu mendekat dan memeluk sayang Raffa. Suara ledekan para anak panti menggema, membuat perempuan tersebut melepaskan dekapan."Cie ... Om sama Kakak pacaran aja nih," goda salah satu dari mereka.Lelaki itu terkekeh mendengar ledekan anak panti. Dia bangkit dari duduk lalu berlari ke ada mereka. Semua langsung memekik dan berhamburan takut tertangkap oleh Raffa."Tuan sangat baik, bahkan dia sangat menyayangi anak panti di sini," lontar Ibunya Ayu.Amel menoleh mendengar suara tersebut. Terlihat wanita itu langsung duduk di kursi, menatap istri Raffa yang mengangguk sebagai jawaban."Ya. Mas Raffa memang baik, memang dia terlihat sangat menyayangi mereka," balas Amel.Pemilik panti itu langsung meraih tangan Amel. Membuat wanita tersebut terkejut dan mengerutkan kening. "Kamu belum siap hamil, kan. Tolong izinin anakku jadi istri kedua Tuan. Ayu sangat mencintai suamimu, dan ... lagian, Tuan bukannya ingin segera m
Waktu berlalu begitu cepat, kini seminggu sudah berada di kediaman baru mereka. Amel sangat menyukai design tempat ini. Istri Raffa sangat jahil pada Diana, dia sangat puas saat memandang wajah kesal perempuan tersebut."Diana ... udah masak belum, bentar lagi gue telat lho masuk kampus," teriak Amel. Wanita itu mendaratkan bokong ke kursi, lalu memandang Diana yang tengah sibuk memasak. Amel hanya menggelengkan kepala melihat kefokusan teman sekampusnya. Ditemani handphone yang menayangkan video resep makanan. "Bentar lagi, gue bikin resep baru. Pasti lo suka, dan lo bisa spill gimana cara gaes cowok," balas Diana. Amel memutarkan bola mata dengan malas, ia memilih memainkan handphone untuk mengusir kejenuhan. "Yey ... udah siap, gue mau sekalian bawa bekel buat Gala ah," gumam perempuan itu. Diana segera menghidangkan makanan ke meja. Amel mengeryitkan alis melihat apa yang dimasak perempuan itu. "Lo masak apa, sih! Kok bentukannya begini, lagian ... ini motong sayuran kenapa
Istri Raffa langsung melotot mendengar ucapan Diana. Dia melancarkan aksi mencubit ke pinggang wanita itu karena gemas. "Sialan lo! Gue nyuruh move on juga jangan suami gue yang jadi gebetan selanjutnya dodol," omel Amel.Diana langsung tertawa mendapatkan respon begitu. Seraya meringis menahan rasa nyeri akibat cubitan sang majikan. "Gue bercanda ih, gue gak doyan laki orang. Tapi, kalau suami lo ada temen yang sama gitu orang kaya, bisa di spill. Kali aja jadi pelarian gue dari Gala gitu," celetuk Diana.Amel mendengkus ia menatap kesal Diana. Wanita itu memejamkan mata dan bersandar, dan buka jendela untuk menikmati semilir angin."Berhenti kalau ada tukang gorengan ya, gue Lagi pengen jajan ini, mayanlah kalau abis lima juga bisa ganjel perut," seru Amel.Diana menatap Amel dengan kesal, ia pernah sekali menuruti kemauan wanita itu. Dan dia diomeli habis-habisan oleh Raffa, karena lelaki tersebut menyuruh orang untuk mengintai mereka."Gak ah, nanti gue diomelin laki lo lagi. Se
Diana tidak menanggapi Amel, ia masih mengikuti wanita itu. Sesekali melihat jam dan merogoh ponsel di tas. Setelah sampai di depan kelas, dia langsung memotret sang majikan lalu pamit. "Kayanya dia gantiin gue ngelaporin semua kegiatan lo deh," celetuk Shilla. Wanita itu berkata demikian saat Amel baru saja mendaratkan bokong di kursi. Mendengar hal tersebut, istri Raffa menyipitkan mata dan menoleh memandang adik iparnya."Ha, apa maksud lo. Lo jadi mata-mata Mas Raffa kah," cecar Amel. Tatapan tajam tertuju pada Shilla, membuat perempuan itu memukul bibirnya sendiri. "Aish ... dasar, ngomong gak bisa di rem," omelnya pada diri sendiri. Shilla menggaruk kepalanya dan memamerkan seringai membuat Amel berdecak kesal. Perempuan itu langsung mendekati sang kakak ipar lalu memegang pundak istri Raffa. "Aishh ... jangan marah dong, ini kan berarti Kakak gue selalu pengen liat keadaan lo," ujar perempuan tersebut.Amel menguap dan memilih menghindari kontak mata dengan adik iparnya.
Gala hanya melirik Diana, ia tidak melontarkan satu kata pun. Lelaki itu memilih duduk dan memasang handset di telinga, membuat Diana memanyunkan bibir karena tidak dianggap."Rasain lo, dikacangin kan. Sakit kan dikacangin gitu," sembur sang teman. Diana hanya mengembuskan napas kala mendaratkan bokong ke kursi."Lo coba jangan berisik, gue capek tau!" sewot Diana.Kala perempuan itu berkata demikian, dosen tiba. Mereka mulai memperhatikan kakak Diana yang memberikan penjelasan."Gala! Kenapa kamu malah tidur di jam saya mengajar," tegur lelaki itu.Gala yang ditegur masih memejamkan mata sebentar, dia tidak terlelap. Hanya menyalakan music dengan volume tinggi. Kakak Diana yang geram akan tingkah lelaki itu, ia langsung mendekat dan menjewer telinga pria tersebut. Terlihat benda yang ditempel di kuping membuatnya geram."Dalam pelajaran saya, bukannya menyimak malah mendengar lagu, kamu bener-bener gak menghargai saya ya. Jangan mentang-mentang kamu disukai adik saya, saya gak akan
Diana terkejut mendengar bentakan Gala, belum mengeluarkan suara. Ia sudah diomeli oleh pria tersebut, tiba-tiba bola matanya langsung berkaca-kaca. Sedangkan Amel yang lewat lapangan dan melihat hal tersebut, dia segera berlari menarik Diana dalam dekapan. "Lo gila ya bentak cewek! Bahkan suara lo sampe kedengaran ke gue," geram Amel. Gala yang mendengar itu hanya memutarkan bola mata malas. Dia memiringkan kepala menatap sinis Diana, begitupun Amel. Ia sudah tidak menyukai perempuan tersebut, karena diomeli oleh Papanya. "Semenjak main sama lo, kenapa Diana jadi cengeng gini. Dasar!" ejek Gala. Lelaki itu menggibaskan tangannya lalu mulai melakukan kegiatan tadi lagi. Melaksanakan hukuman dari dosen. Peluh bercucuran dari kening, apalagi cuaca sangat teriak."Cowok kaya gitu apa lo masih suka, ayo ikut gue!" geram Amel.Perempuan tersebut meneriak lengan Diana, dia mengajak untuk pergi."Lo suka cowok kasar gitu, kalau gue digituin mah. Udah gue tendang dia," lontar Amel.Diana