Share

7. Bermain Dengan Anjing

“Lepaskan aku!” Aldan memberontak sekuat tenaga. Namun, kekuatannya tak sebanding, cengkraman pria bersepatu sangat kuat.

Pria bersepatu melemparkan Aldan ke dalam kandang, “Aku menepati janjiku padamu, nak. Bermainlah, kamu pasti menyukai permainan ini.”

“Apa yang Om mau dariku? Jangan sakiti Aldan.”

“Siapa yang mau menyakitimu,nak? Kami gak bakalan menyentuhmu,” respon Hendrawan mengulas senyuman licik. 

Aldan tidak percaya, dia sangat yakin kedua orang jahat itu sudah mempersiapkan suatu yang buruk untuknya. Mungkin sebentar lagi dirinya akan menyusul Chandra dan Yuyun ke surga.

“Tolong lepaskan Aldan, Om.” Berulang kali Aldan memelas mengharap belas kasihan, tetapi itu tidak ada artinya.

“Itu tergantung dirimu, nak. Kamu sendiri yang menentukan nasibmu,” kata pria bersepatu.

“Apa maksudmu, Om? Aldan gak ngerti?” tanya Aldan yang terlihat semakin gusar.

Hendrawan menjawab dengan bertepuk tangan berulang kali, seolah memberi isyarat pada seseorang. Hal itu membuat jantung Aldan memompa lebih cepat, pandangan waspada melihat ke berbagai arah.

Guk ... Guk ... Guk ...!

Tiba-tiba ada suara anjing menggonggong datang mendekat dari dalam rumah. Ada seorang pria tambun yang menuntun binatang itu menggunakan tali. Tentu saja hal itu semakin membuat tubuh Aldan bergemetar. 

“Tidak!” 

Aldan melangkah mundur dengan tubuh bergetar hebat. Dia sangat yakin Anjing galak itu akan dimasukkan ke kandang untuk memangsanya.

Seorang itu berhenti bersama Anjingnya di tengah-tengah pria bersepatu dan Hendrawan. Terlihat jelas binatang itu hanya menurut pada Tuannya, dia sangat agresif dan ingin menyerang siapapun yang dia lihat, termasuk pada kedua penjahat itu.

“Inilah kejutannya, nak. Kamu akan bermain dengannya. Aku beri kesempatan padamu untuk tetap hidup,” ujar pria bersepatu tersenyum menatap Aldan yang tengah ketakutan.

“Tapi mustahil kamu selamat. Anjing ini sangat buas, dia hanya jinak pada pemiliknya saja. Aku menyewanya untuk menemanimu bermain,” sambung Hendrawan. Lalu dia tertawa renyah, wajahnya begitu semringah. “Silahkan loloskan dirimu dari maut, bocah kecil.”

Tubuh Aldan semakin bergetar hebat, bahkan dia kesulitan menggerakkan tubuhnya. Apalagi anjing itu terus menggonggong tanpa henti, “Tidak! Tidak! Jangan ... Jangan bunuh Aldan.”

Namun, Hendrawan justru memberi isyarat pada seseorang itu untuk melepaskan anjingnya, “Selamat menyusul orang tuamu, bocah.”

Sang pemilik menuntun anjingnya. Di depan pintu kandang, dia melepas tali yang mengikat pada leher binatang peliharaannya.

Guk ... Guk ... Guk! 

Anjing itu seperti tidak sabar ingin segera memangsa Aldan.

“Tidak! Jangan lepaskan talinya,” pinta Aldan. Terlihat jelas rasa takut yang begitu besar menyelimuti dirinya. Detak jantungnya sangat menyiksa, seolah tidak sanggup berada di tubuh anak itu.

“Tutup pintunya!” titah Hendrawan, dan seseorang itu pun menurut setelah melepas tali anjingnya.

Saat ini di dalam kandang hanya ada Aldan dan seekor anjing yang tengah menatap buas padanya.

Guk ... Guk... Guk!

Anjing itu terus menggonggong membuat bulu kidik Aldan berdiri. Ketakutan terlihat jelas dari mata bocah itu, sementara ketiga orang penjahat tersenyum puas dari luar kandang.

Aldan berusaha mundur perlahan-lahan, tetapi seekor anjing mengikuti gerakannya dengan juga berjalan pelan ke arahnya. 

“Kematian ada di tanganmu sendiri, nak,” ucap santai pria bersepatu, lalu dia pergi meninggalkan tempat bersama dua orang temannya. Terlintas terdengar, mereka ingin mencari kalung liontin ke sekolah.

Sementara seekor anjing sudah semakin dekat dengan mangsanya. Binatang itu memperlihatkan giginya yang tajam. Lalu tiba-tiba mendadak berlari dan melompat menyerang Aldan.

“Akhhhhh ...!” Aldan tentu saja kaget dan tidak siap mendapat serangan. Dia terpaksa merelakan tubuhnya dicakar anjing itu.

Aldan berusaha menghindar dan memutar badannya, tapi si Anjing tidak membiarkan mangsanya lepas.

“Akkhhhhh ...!” Aldan kembali menjerit menahan sakit di punggungnya. Anjing itu kesetanan mencakar dan meenggigit melumpuhkan mangsanya.

“Sakitttt ...!” Jeritan Aldan menyayat hati,  di tubuhnya banyak bekas cakaran panjang dan gigitan Anjing. 

“Papa! Mama!” Sakitnya tak tertahan. Setiap kali Aldan menghindar, si Anjing terus menerkam. Bahkan di kakinya ada luka yang dalam akibat gigitan binatang itu, cakarannnya juga tak kalah mengerikan menembus kulit lembut bocah itu.

“Papa! Mama!” Aldan terus menjerit kesakitan, tangisnya bak hujan yang tak pernah berhenti. “Sakit ...!

Aldan bermandikan darahnya sendiri, membuat si Anjing semakin bernapsu melumpuhkan mangsanya.

“Sakit ...!” Entah berapa kali Aldan menjerit, sepertinya dia sudah tidak tahan lagi menerima serangan mengerikan dari seekor Anjing. 

Namun, Aldan tiba-tiba mempunyai cara untuk melawan si Anjing. Dia melihat sebatang besi tipis dengan panjang perkiraan satu meter. Dia mengambilnya di tengah gempuran serangan si Anjing di kakinya.

Bukk!

Aldan memutar badan dan memukul si Anjing hingga terpental.

“Pergi ...!” titah Aldan, tetapi tatapan si Anjing malah semakin buas dan memperlihatkan gigi tajamnya yang berlumuran darah.

Si Anjing melompat ke arahnya, Aldan pun memberikan pukulan kembali. Namun, lompatan binatang itu lebih dulu sampai sehingga berhasil melumpuhkan sang bocah.

Besi yang menjadi senjata Aldan terlempar, kini si Anjing berada di atas tubuh bocah itu yang tersungkur di bawah.

“Sakit ...!” Aldan mendapat cakaran dan gigitan bertubi-tubi.

Di titik ini, Aldan lebih berani memberikan perlawan. Tubuhnya menggeliat, mereka pun saling bergulat dan bergatian menindih untuk melumpuhkan satu sama lain.

Saat Aldan berada di atas si Anjing, dia memegang kepala lawannya. Tanpa pikir panjang bocah itu menggigit dalam leher binatang yang ingin membunuhnya. 

Layaknya vampir, Aldan menggigit bahkan mengoyak-ngoyak daging leher seekor anjing. Yang tadinya Aldan hampir terbunuh, kini keadaan berubah drastis. Bahkan dia berhasil melumpuhkan dan membunuh binatang itu.

“Aku akan mencari kalian! Kalian akan kubuat menderita dari apa yang kalian lakukan pada Papa dan Mamaku!” gumam Aldan menatap nanar pada seekor Anjing, membayangkan orang-orang yang terlibat membunuh kedua orang tuanya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status