Share

8. Janji Seorang Anak

Pria bersepatu dan Hendrawan sangat kesal karena tidak menemukan kalung liontin di sekolah.

“Bocah ingusan itu telah menipu kita,” kata Hendrawan.

“Kau tidak perlu khawatir, Hendra. Meskipun kalungnya tidak ditemukan, kasus ini akan tertutup rapi. Tidak ada saksi hidup yang tersisa, anak Chandra sekarang pasti sudah ada di perut seekor anjing ... Tugasmu hanya mengurus di kantor polisi.” sahut pria bersepatu. 

Mendengarnya, perlahan senyum mengambang di bibir Hendrawan, “Benar, kita gak perlu repot-repot mencarinya. Sisanya serahkan padaku. Aku seorang polisi, sangat mudah bagiku menutup kasus ini.”

Sementara itu,

Aldan mengusap mulutnya yang dipenuhi darah dengan tetap menatap nanar pada seekor Anjing yang berhasil dibunuhnya. Perlahan kedua tangannya bergerak di perut binatang itu.

“yaakkkkkkkk ...” Aldan berperilaku seperti seekor binatang buas. Dia mencakar dan mengoyak hingga akhirnya berhasil membelah perut Anjing. 

Aldan mengeluarkan isi perut Anjing dan menatapnya dengan mata penuh dendam. Matanya penuh amarah yang membuncah, “Seperti ini! Kubuat isi perut kalian keluar berhamburan.”

“Papa, Mama, tidurlah dengan tenang. Aldan janji akan membunuh mereka. Mereka harus mati dengan cara mengenaskan!” desis Aldan dengan mata penuh dendam. “Itu janjiku sebagai seorang anak!”

“Akkkhhhhhh ...” Aldan  menjerit sekuat-kuatnya, seperti mengeluarkan kesedihan dalam hatinya. Dia membayangkan seekor anjing adalah para penjahat yang membunuh kedua orang tuanya. Dia mencabik-cabik bintang itu dengan penuh amarah yang begitu besar. “Tunggu pembalasanku. Aku pasti akan datang membunuh kalian!”

Setelah puas melampiaskan amarahnya pada seekor Anjing, Aldan berdiri dengan susah payah. Dia berjalan tertatih-tatih menahan sakit yang luar biasa. Beruntung pintu kandang tidak digembok, hanya dikunci dengan pengait biasa.

Air mata Aldan jatuh menetes membayangkan kedua orang tuanya, “Papa! Mama!” 

“Aww sakit,” jerit Aldan dengan suara yang tak begitu nyaring. Meskipun berhasil melumpuhkan Si Anjing, dia harus tetap waspada karena bisa jadi di rumah itu masih ada penjahat lain yang menjaga. Dia baru sadar barusan sudah berbuat kesalahan, teriakannya bisa saja mengundang penjahat menangkapnya kembali.

“Aku gak boleh tertangkap lagi.” Aldan mengambil sebuah jaket dewasa untuk menutupi tubuhnya yang penuh luka cakaran dan gigitan Anjing, pakaiannya juga terkoyak tak terbentuk.

“Aku harus segera pergi sebelum mereka datang.” Bermandikan darah dengan luka di sekujur tubuhnya, Aldan berusaha berjalan mengendap-ngendap keluar dari rumah itu. Tentu saja kekuatan untuk terus tetap hidup, bukan tak lain karena ingin balas dendam atas kematian kedua orang tuanya.

Tidak ada penjagaan satu orang pun di rumah itu, memudahkan Aldan melarikan diri. Sebelum benar-benar pergi, dia kembali menatap tempat yang digunakan untuk membunuhnya.

“Aku akan datang! Kalian harus menerima penderitaan yang aku alami. Kalian harus membayar semua yang telah kalian lakukan padaku dan Papa Mamaku. Ya suatu saat kalian harus merasakan sakit dan penderitaan ini,” gumam Aldan sembari mengepalkan tangannya di udara.

Aldan melanjutkan perjalanannya kembali. Dia menghindar dari orang-orang yang melintas karena takut mereka bagian dari anggota si penjahat, “Sementara waktu, aku harus pergi dari kota Jakarta.”

“Papa! Mama! Maafkan Aldan tidak bisa menemani kalian ke tempat peristirahatan terakhir kalian.” Aldan tak bisa menahan tangisnya. Dia ingin datang dan memakamkan kedua orang tuanya, tetapi itu tidak mungkin. Jika dia nekat, maka para penjahat akan kembali menangkapnya.

Aldan tak punya pilihan lain. Saat ini tidak ada orang yang bisa dipercaya, bahkan seorang polisi ikut terlibat dalam pembunuhan kedua orang tuanya. Awalnya dia ingin pergi ke rumahnya karena pasti Kakek Neneknya sudah tiba disana mencarinya, tetapi dia urungkan niatnya karena yakin para penjahat berada di sekeliling rumahnya.

Di saat bersamaan, ada sebuah truk barang yang terparkir di pinggir jalan. Aldan memanjat badan truk dengan susah payah sebelum si supir datang, “Aku harus selamat. Aku tidak tau truk ini kemana, yang penting aku menjauh dari Kota Jakarta.”

Di dalam truk, Aldan terbaring menatap langit. Lalu dia mengambil kartu nama yang masih ada di sakunya.

“Hendrawan? Kepolisan daerah Jakarta Barat?  Aku akan menemui buat menuntut keadilan,” gumam Aldan menatap nanar pada kartu nama yang merupakan satu-satunya petunjuk untuk balas dendam suatu saat nanti.

***

Itu sudah 10 tahun berlalu. Kini Aldan telah kembali! 

“Lalu apa yang terjadi selanjutnya, Bos?” tanya Faizal sembari menyeka air matanya setelah mendengar kisah pilu Aldan.

“Truck barang itu membawaku ke Bandung. Aku tinggal di panti asuhan. Tapi baru sehari tinggal di sana, ada berita di tv memberitakan aku yang telah membunuh kedua orang tuaku. Mereka sangat kejam sudah membalikkan fakta. Hendrawan adalah aktor utamanya. Dia sangat piawai berakting. Berkat seragam polisi yang melekat di tubuhnya, dia berhasil menipu seluruh dunia, termasuk sanak familiku, ” jawab Aldan dengan tatapan mata berkilat iblis membayangkan wajah para pelaku. “Aku menjadi buronan, tapi syukur ada seorang wanita datang ke panti asuhan dan membawaku pergi dari Indonesia.”

Faiz yang mendengarnya meneteskan air mata dengan wajah memerah. Sebelum ini, dia tidak pernah semarah ini. Dari tatapannya, dia sudah tidak sabar ingin menghabisi para pelaku yang sudah merenggut kebahagiaan Aldan. Baginya, Aldan bukan hanya sekedar Bos. Pimpinan pasukan white master itu seperti saudara kandung. Bahkan Faiz rela mempertaruhkan nyawanya demi Aldan

“Izinkan aku menghabisi mereka, Bos.” Faiz mengepalkan tangan kuat-kuat. Jantungnya berdetak kencang tak beraturan dengan keringat dingin membasahi dahi. Dia sudah gatal, ingin segera mencari para pembunuh itu.

Aura pembunuh Aldan lebih mengerikan, seperti api yang akan membakar habis mangsanya, “Aku kembali. Aku kembali untuk menepati janjiku. Kubuat mereka mati mengenaskan. Itu janjiku! Janji seorang anak yang menyaksikan nyawa kedua orang tuanya direnggut paksa.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status