Share

64. Bapak Sudah Menentukan Pilihan?

Lukman tersenyum licik, “Kau masih saja terlihat sombong. Aku ingin tahu seberapa tahan lama kesembonganmu itu.”

“Remukkan tulangnya, sekarang,” titah Lukman kemudian. Dia tidak mau menunggu lama lagi.

Sepuluh orang anak buah Lukman maju ke depan, tetapi Aldan memberi isyarat pada Faizal untuk berlari lewat pintu ke belakang.

Tentu saja Lukman tertawa sekeras-kerasnya karena mengira Aldan berlari karena takut, “Mampus. Mana katanya mau menyambutku? Gertakan doang, itu akibatnya jika berani melawan Lukman Wafa. Kejar mereka! Jangan biarkan mereka kabur.”

Aldan dan Faizal berlari ke arah lapangan futsal yang rusak, masih di daerah sana. Mereka berhenti dan memutar badan, menatap sepuluh orang yang tengah mengatur napas yang saling memburu.

“Kalian mau lari kemana, hah?” tanya salah satunya dengan mata melotot.

“Ya mau ajak kalian pemanasan lah sebelum berperang. Aku membawa kalian kesini biar tetanggaku gak ada yang terganggu tidurnya. Tapi masak lari 3 menitan, napas kalian sudah kayak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status