Share

Bab 4. Didatangi Bos Proyek

"Apaaa? Uang dari mana kamu belanja begitu banyak, haa ...?"

Spontan aku menoleh pada suara yang sangat aku kenal. Kak Norma dan Kak Lina telah berdiri di belakangku sambil berkacak pinggang.

"Kamu pasti mencuri uang Ibu!" Lagi-lagi kedua iparku yang nggak ada akhlaq ini memfitnahku seenaknya.

Sontak para pengunjung warung Teh Ika menoleh padaku.

"Kalian nggak punya  kerjaan selain memfitnah aku terus?" ujarku tenang sambil dengan sengaja membuka dompetku yang penuh dengan lembaran uang seratusan ribu. Meraihnya beberapa lembar dan memberikannya pada Teh Ika.

Sempat aku melirik pada kedua iparku yang masih ternganga melihat isi dompetku. Mereka saling colek dan berbisik. Aku tersenyum puas melihat ekspresi wajah mereka.

"Ini uangnya. Saya tunggu barang-barangnya ya Teh!" ujarku seraya menutup dompetku kembali.

Tanpa menoleh lagi pada kedua kakak iparku, Aku dan Raihan beranjak meninggalkan warung Teh Ika.

"Sombong sekali kamu, Salma! Baru punya uang segitu aja udah nggak mau nengok! Tunggu aja nanti kalau kita dapat warisan, kamu bakal mohon-mohon sama kami!"

"Kamu tidak akan mendapatkan sedikitpun harta warisan dari Ibu. Jadi kamu jangan pernah berharap!"

Terdengar teriakan Kak Norma di belakangku, di susul bisikan-bisikan mereka. Entah kenapa mereka senang sekali mempermalukan dirinya sendiri.

Aku terus melangkah tanpa menoleh dan peduli pada ucapan mereka.

.

.

.

Kamar kontrakan yang terdiri dua ruangan ini cukup untuk aku dan Raihan. Semua perlengkapan memasak sudah aku pasang dan susun  dengan rapi. Sebaiknya malam ini aku tidur lebih cepat. Untungnya kontrakan ini tidak  jauh dari puskesmas dimana tempat aku berjualan besok. 

Beruntung tukang sayur langgananku mau mengantarkan pesanan belanjaanku besok sebelum subuh. Karena biasanya selama aku tinggal di rumah ibu, si abang tukang sayur itu setiap pagi juga mengantarkan pesanan belanjaan Ibu mertuaku.

Pukul enam pagi aku mulai memasak. Raihan masih terlelap. Sesekali anak itu terjaga dan tidur lagi setelah kuberi ASI. Mulai fari memotong sayuran dan ikan, meracik bumbu, menggoreng, menanak nasi dan lainnya aku kerjakan sendiri dengan cepat. Dalam hal memasak, sejak remaja memang aku hobi menciptakan menu-menu baru. Semoga saja para pembeli suka dengan masakanku.

Pukul sepuluh pagi semua sudah siap. Satu persatu makanan yang sudah masak aku masukkan ke dalam gerobak dan aku susun dengan rapi agar tidak tumpah saat membawanya nanti. Seperti biasa Raihan aku gendong dengan kain panjang yang diikat kencang. Anak ini sangat mengerti dengan kesulitanku. Raihan sama sekali tidak rewel. Kini saatnya aku membawa gerobak ke halaman depan puskespas tempat aku berjualan.

Bismillah ..., Sepertinya aku mulai terbiasa mendorong gerobak ini sendiri sambil menggendong Raihan. Suatu saat nanti aku akan berterima kasih pada kakek pemilik gerobak ini.

Sebuah meja berukuran kurang lebih satu meter dipinjamkan Pak Cahya padaku.. Beliau dan istrinya memang sangat baik. 

Semua masakan sudah aku susun. Pesanan catering makan siang karyawan puskesmas juga sudah aku antar. Raihan terkadang rewel, namun sebentar kemudian tenang kembali.

Banyak pasien yang membeli daganganku sambil menunggu nomor antriannya dipanggil.

"Mbak Salma, mau nasi ramesnya tiga bungkus ya."

"Aku mau juga Mbak tiga bungkus."

"Saya makan disini dua piring, Mbak Salma."

Semakin siang puskesmas ramai oleh pasien. Daganganku pun semakin ramai. Pembeli yang rata-rata adalah warga kampung sini, sudah mengenal baik denganku.

"Salma ..."

"Bang Adam?"

Aku terperanjat saat tiba-tiba Bang Adam berada diantara pembeli.

Tiba-tiba Raihan mendadak rewel setelah melihat pamannya. Sepertinya dia ingin minta gendong dengan Bang Adam.

"Hai Raihan! Yuk sini sama Ayah Adam!" Laki-laki itu meraih Raihan dari gendonganku. Bocah itu nampak kegirangan.

Aku masih terus melayani pembeli yang tak henti-hentinya datang. Sementara Raihan masih tenang digendong oleh Bang Adam.

Setelah pembeli mulai sepi, Aku menyendokkan sepiring nasi serta lauk pauk kesukaan Bang iparku itu.  Walau laki-laki itu sangat pendiam, aku sangat tau makanan apa yang disukai olehnya.

"Makan dulu, Bang. Sini Raihan sama Bunda lagi." Aku meraih Raihan kembali.

"Masakan kamu memang tiada duanya, Salma. Sejak kamu pergi, masakan dirumah sering bersisa banyak dan terbuang. Kami mendadak tidak nafsu makan karena rasanya yang kurang pas."

Hei, tumben sekali Abang iparku ini berbicara banyak.

"Bang Adam bisa aja. Kalau mau makan ke sini aja, Bang!"

"Boleh?"

"Boleh dong! Asal jangan lupa bayar! Hahaha ... becanda, Bang."

Kami tertawa bersama. Raihanpun ikut tertawa. Padahal bocah itu pastilah belum mengerti.

Tiba-tiba ada sebuah mobil mercy berwarna hitam berhenti di seberang  puskesmas.  Tak lama kemudian keluarlah seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap dengan memakai jas berwarna abu silver, celana jeans dan sepatu sport. 

Laki-laki itu langsung menjadi  pusat perhatian warga sekitar. Bukan hanya karena mobil mewahnya, namun juga karena wajahnya sangat tampan seperti  artis-artis di televisi.

Ternyata pria tampan itu tidak sendiri. Tapi ditemani oleh beberapa orang yang  sepertinya karyawannya.  

"Itu loh orang yang katanya mau beli tanah-tanah warga di sini."

"Iya, ternyata orang kaya . Pantas saja mau beli tanah dalam jumlah banyak."

Tedengar obrolan-obrolan dari para pasien yang sedang menunggu nomor antrian.

"Nasi ramesnya, Tuan. Cuma sepuluh ribu perbungkus."

Aku memberanikan diri menawarkan nasi bungkus  pada pria itu.

Namun dia tak menyahut. Matanya memandang masakanku.  Kemudian menatapku. Astaga! Kenapa jantungku terasa mau copot ditatap oleh pria itu?

"Saya mau semuanya! Bungkus, lalu tolong bagikan ke  para pekerja proyek diujung jalan ini!"

"S-semua , Tuan?"

"Ya!"

Pria itu meletakkan lima lembar uang seratusan ribu. Kemudian berlalu menuju mobilnya .

Bagaimana ini. Aku belum sempat menghitung harganya.

"Tuan ... tuan ..., ini terlalu banyak!"

Namun laki-laki itu sama sekali tidak menghiraukanku.

Comments (7)
goodnovel comment avatar
Novitra Yanti
alhamdulillah...rezeki
goodnovel comment avatar
Midah Amir
Seru banget
goodnovel comment avatar
Emeli Emelia
pasti lelaki itu suruhan Kakek yg kamu tolong nya,,atau jangan-jangan cucu nya atau bisa juga anaknya si kakek itu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status