Share

Bab 5. Pesanan Tuan Tampan

"Tuan ... tuan ..., ini terlalu banyak!"

Namun laki-laki itu sama sekali tidak menghiraukanku.

"Tuan ... Tuan ...!"

Namun pria tampan itu sudah masuk ke dalam mobilnya. Lebih baik kembaliannya nanti aku antar ke proyek saja.

Gegas aku buatkan pesanannya, selagi Raihan masih di gendong Bang Adam.

Setelah semuanya selesai, Aku segera membereskan perlengkapan daganganku dan memasukkannya ke dalam gerobak.

Setelah semua rapi, Aku meraih Raihan yang sudah tertidur di pangkuan Bang Adam.

"Loh, bukannya kamu mau antar pesanan Bos proyek tadi?"tanya kakak iparku itu.

"Iya, Bang. Raihan aku bawa aja."

"Biarlah Raihan sama aku dulu. Sana kamu antar pesanannya!"

"Jangan Bang! nanti ngerepotin. Proyeknya jauh. Nanti kelamaan aku ninggalin Raihan."

"Repot apa, udah sana jalan!"

"Ya udah deh kalau maksa. Aku jalan dulu ya, Bang."

Bang Adam mengangguk masih tanpa senyum. Kenapa laki-laki baik itu susah sekali untuk senyum. Namun Raihan selalu merasa nyaman setiap bersamanya.

Aku berjalan kaki membawa dua puluh bungkus nasi rames Tak lupa beserta kembalian tuan tampan tadi.

Letak proyek itu cukup jauh di ujung jalan ini. Proyek yang katanya sedang membangun sebuah perkantoran itu  memiliki para pekerja bangunan puluhan orang, yang berasal dari luar kota.

Aku memasuki kawasan proyek yang ramai dan bising. Saat aku masuk, hampir semua mata tertuju padaku.

"Permisi ..., saya mau antar nasi bungkus pesanan Tuan ...eh, Tuan yang pake mobil itu." ujarku seraya menunjuk mobil mewah yang terparkir di depan kantor kecil di bagian depan proyek.

"Eh, si Neng, cantik-cantik kok jualan nasi?"

"Hai Cantik, jadi pacar abang aja ya!"

"Wah cantik banget, Neng. Kayak artis sinetron."

Para pekerja itu bergantian menggodaku. Aku jadi risih karena menjadi pusat perhatian di sini. Bagaimana tidak, tempat seluas ini isinya laki-laki semua. Sekalinya ada perempuan masuk, mereka seperti melihat mata air di tengah-tengah gurun pasir.

"Pesanan nasi bungkus ya? Mana sini!" Seorang laki-laki berpakaian lebih rapi dari pada yang lain, memanggilku.

Aku menghampiri laki-laki itu yang mungkin adalah mandor proyek ini.

"Ini, Pak!" ujarku seraya menyerahkan dua kantong plastik besar nasi bungkus.

"Sudah dibayar belum?"

"Sudah, Pak mandor," ujarku pada laki-laki yang didadanya tertera nama Mandor Haris.

"Baiklah ...!"

"Pak Mandor, sebentar!" sanggahku ketika laki-laki itu hendak berbalik badan.

"Saya mau bertemu dengan yang punya mobil itu," pintaku seraya menunjuk mobil mercy hitam yang terparkir di depan kantor proyek.

"Mbak ini mau ketemu Tuan Yuda?" tanyanya lagi dengan wajah tak percaya.

Nama pria itu ternyata Yuda .

Aku mengangguk.

Pak Mandor itu terlihat ragu. Sesekali melirik ke kantor proyek yang terletak beberapa langkah dari tempatku berdiri, sesekali memandangku tak percaya.

Kemudian laki-laki itu masuk ke dalam kantor proyek, dan tak lama kemudian keluar kembali menemuiku.

"Maaf Mbak, Tuan Yuda tanya ada keperluan apa?"

Astaga! Sombong sekali. Tidak bisakah dia keluar sebentar?

"Aku hanya ingin mengembalikan uangnya!"

"Kalau  itu, kata Tuan ambil saja kembaliannya!"

"Apaa? ini terlalu banyak, Pak!" sahutku seraya  mengeluarkan uang itu dari dompetku, kemudian memberikannya pada mandor itu.

"Saya permisi!" ujarku seraya berbalik badan.

"Tunggu!" Aku tersentak ketika mendengar suara berat dari seseorang.

"Ada apa?" tanya pria yang bernama Yuda itu.

"Nggak jadi, Tuan. Saya permisi!" Dasar pria sombong. Aku gegas melangkah keluar proyek, kembali ke tempat aku berjualan.

"Mbak ..., Mbak ...!" Terdengar suara mandor itu terus memanggilku.

Dengan berat hati aku berhenti dan menoleh kembali ke belakang.

"Ada apa, Pak mandor?"

"Tuan Yuda mau bicara, Mbak!"

Aku melirik pada pria yang kini berdiri tepat di depan kantor itu seraya bertolak pinggang memandangku.

Hmm ..., dasar orang kaya sombong! Untung tampan.

Aku melangkah menghampiri pria tinggi tegap berkulit sawo matang itu. Mata tegasnya menatapku tajam.

"Tuan panggil Saya?"

"Mulai besok antar lima puluh bungkus makan siang ke proyek ini. Ingat! Setiap hari!"

"Apa? lima puluh? B-baik, Tuan. Terima kasih!"

"Haris, Berikan uangnya!"

Sontak Mandor itu lari ke dalam, lalu kembali menghampiriku memberikan sejumlah uang dalam amplop.

Ya Tuhan. Terimakasih atas rezekimu.

"Terima kasih Tuan!" Aku kembali menoleh pada laki-laki bernama Yuda itu. Tiba-tiba dadaku berdegup kencang. Spontan kami saling membuang muka saat mata kami bertemu.

Aku kembali berjalan menuju pintu keluar proyek ini. Tak kuhiraukan para pekerja itu kembali menggoda dan memanggil-manggilku. Aku meringis,  mengingat mulai besok setiap hari akan masuk ke proyek ini untuk mengantar nasi bungkus.

Raihan sudah terjaga ketika aku tiba di depan puskesmas.

"Anak Bunda sudah bangun. Yuk sini sama Bunda!"

Bang Adam memberikan Raihan padaku.

"Raihan haus, Bunda ..." ujar Bang Adam membuatku menahan senyum.

Sikap Abang Iparku ini banyak berubah sejak aku keluar dari rumah ibu.

"Terima kasih, ya, Bang."

"Kembalilah ke rumah!  Kasian Raihan." ujarnya seraya mengusap-usap kepala anakku.

Sontak mataku mengembun menatap Raihan. Sebenarnya aku juga tidak tega jika Raihan harus mengalami hal ini.

"Aku sudah difitnah dan diusir, Bang. Tidak mungkin aku kembali lagi ke rumah itu," sahutku dengan suara bergetar menahan tangis

Masih terasa sakitnya hati ini ketika mereka memfitnahku. Yang membuatku sangat sedih, ketika ibu mertua yang bergitu aku hormati dan aku sayangi seperti ibu kandungku sendiri, mempercayai fitnah dari kakak-kakak iparku itu.

Bang Adam menghela napas kasar.

"Kamu tidak usah khawatir. Aku akan berusaha bicara dengan Ibu agar mereka bisa menerimamu kembali di rumah."

"Tidak perlu, Bang. Aku tidak akan kembali ke rumah itu. Biarlah aku akan berusaha mandiri hidup bersama Raihan."

Bang Adam menatapku sedih. Seakan ada sesuatu yang hendak ia katakan. Tidak

seperti biasa kakak iparku itu sepertj ini.

"Salma ...,  sebenarnya aku ingin ..."

"Ingin apa, Bang?

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Emeli Emelia
kayanya Adam suka tu sama salma
goodnovel comment avatar
Emeli Emelia
kira-kira bang Adam mau cerita apa y
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Mungkin kah Adam menyukai Salma
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status