"It--itu mobil mobil Nita,Buk," jawabnya tergagap. "Tetap mobil itu tak akan kuberikan padamu, anggap saja itu bayaran kami tinggal di sini." Ibu tak mau kalah. "Sekarang kamu tinggalkan rumah ini, aku tak sudi punya mantu macam kamu...!""Jangan usir Nita Bu, Deni mohon.""Buat apa sih mas kamu pertahanin wanita mandul kayak Nita. Lagian sudah ada aku yang jelas-jelas sedang hamil anak kamu!" Mila tersenyum mengejak ke arah ku. Ku seka air mata yang jatuh, berlari ke kamar. Akan ku beresi barang-barangku dan pergi dari sini.DEERKubanting pintu kamar, kubuka koper, kutata baju-baju agar muat di dalam koper besar. Ternyata satu koper besar tak muat menampung pakaianku. Belum lagi hijab dan yang lain. Kumasukkan lagi baju-baju dan beragam hijab ke dalam ransel besar. Tinggal sepatu, tas, alat kosmetik. Tapi bagaimana aku membawa semua ini?Aku ingat masih punya tiga tas karung yang biasanya untuk laundry. Kucari di dalam almari.Alhamdulillah ketemu, kumasukan bermacam model tas, d
Pov AnitaAku bangun saat azan subuh berkumandang, mandi pagi dan kulanjutkan aktivitas pagi dengan beres-beres rumah. Barang bawaan, kubiarkan begitu saja, tak kusentuh. Biar nanti saja kutatasetelah sarapan pagi. Kubuka kulkas,zonk. Tak ada apapun, hanya ada air putih saja. Ya Allah... Kok aku bisa sampai lupa, kalau di rumah tak ada bahan makanan. Beras apalagi. Kuambil hijab di dalam almari, tak lupa kaos kaki. Kusambar tas dan ponsel yang ada di atas ranjang. Kemudian aku keluarkan motor. Tak lupa kukunci rumah terlebih dahulu. Aku nyalakan motor, lalu melajukan perlahan menuju pasar tradisional. Sengaja aku memilih berbelanja di pasar tradisional, bukan tanpa alasan selain harga yang lebih miring, sayur dan buah pun lebih segar.Dua puluh menit, akhirnya aku pun sampai di pasar tradisional. Aku mulai membeli beras 10 kg, telur 1kg, ayam 1 kg,dan bumbu dapur dari kecap, garam, gula merica dan lain sebagainya. Kini tinggal membeli sayur dan buah,kuputar arah,kembali ke parki
Pov MilaPertemuan tanpa sengaja dengan cinta pertamaku. Deni Permana, ya, dialah cinta pertamaku, sungguh aku tak pernah bisa melupakannya.Setelah pertemuan itu, aku dan Deni semakin sering bertemu. Dari caranya memandangku, aku tau dia menyukaiku.Pucuk di cinta ulam pun tiba. Hingga terpikir ide gila untuk memilikinya. Saat masuk kerja aku pura-pura pusing dan meminta Deni untuk mengantarku pulang. Untung saja dia juga mau.Sesampainya di rumah, kuberikan secangkir teh hangat yang telah kucampur dengan obat perangsang. Pasti sebentar lagi akan bereaksi.Kutinggalkan Deni untuk ganti baju. Sengaja aku hanya memakai tank top dan Hot pants agar Deni semakin menginginkanku.Aku pura-pura menjerit minta tolong karena ada tikus. Padahal tak ada apapun.Setelah Deni datang, kutarik dia ke dalam kamar. Ternyata tak sia-sia aku memancingnya, dia begitu menikmati setiap sentuhanku. Hingga yang kuinginkan pun terjadi, tak hanya sekali. Kami melakukannya hingga tiga kali.Semenjak kejadian itu
Aku asyik melihat sinetron dicenel ikan terbang sambil tiduran di sofa. Ah, nasibku kenapa bisa persis seperti sinetron yang baru aku tonton.Ditinggal suami selingkuh.Kurang apa sebenarnya diriku ini? Kurang cantik atau semok? Kalau dari sononya sudah begini, mau diapain lagi coba? Huft... Nasib-nasib!Tok... Tok .... "Assalamuallaikum ...."Suara pintu diketuk, disusul ucapan salam dari seorang laki-laki. Aku masih hafal betul suara itu. Suara orang yang berjanji membantuku mengambil mobil dari tangan Mas Deni. Kulangkahkan kaki menuju pintu depan dan membukanya. "Wa'alaikumsalam,mari duduk,Pak." Kutawarkan duduk di teras. Rasanya tidak baik kalau seorang laki-laki bertamu di rumah seorang wanita tanpa adanya orang ketiga. Apalagi malam-malam begini, takut terjadi fitnah. "Kedatangan saya ke sini untuk memberikan mobil dan suratnya,Mbak," ucap Pak Tomo sambil memberikan kunci dan STNK di meja. "Alhamdullillah, terima kasih,Pak. Saya jadi penasaran bagaimana ekspresi Mas Deni saa
"Nita, kok ngelamun?" tanya Indah mengagetkanku."Em ... anu ... Itu ...." Tiba-tiba hilang semua berbagai macam pertanyaan yang ingin ku tanyakan padanya. Semua hilang begitu saja. "Penasaran ya? Kenapa aku bisa bisa dapat foto Mila dengan seorang pria?" Kuanggukan kepala, bertanda menyetujui apa yang dikatakan Indah. "Tadi aku gak sengaja lihat Mila dengan seorang pria bergandengan tangan dengan mesra lewat toko pakaian yang kita masuki tadi. Karena jiwa kepoku meronta-ronta akhirnya aku ikuti mereka. Tak lupa kuabadikan moment itu," ucap Indah panjang lebar. "Apa mereka ada main ya,Ndah?""Aku juga sependapat sama kamu. Aku gak di pesenin makan atau minum gitu?" "Maaf maaf tadi kelupaan, hahahahaaa... "***Sepanjang perjalanan pulang, pikiranku masih melayang ke Mas Deni. Entah perasaan apa aku pun tak tahu , antara benci, sedikit cinta, dan kasihan. Semua berkolaborasi hingga menimbulkan perasaan tidak enak di hati. "Kok melamun lagi,Nit?" tanya Indah membuka pembicaraan. "
Kulajukan mobil membelah padatnya jalanan ibu kota di cuaca terik seperti ini. Menuju gedung menjulang tinggi yang menyimpan berjuta kenangan. Ya, sebuah gedung tempatku menitih karir dulu. Wicaksana Grup, itu namanya. Rasanya rindu menjadi wanita karir lagi, berkutat dengan laporan dan laporan. Walau memusingkan tetap kunantikan saat-saat itu kembali.Kututup pintu mobil, lalu berjalan menuju meja resepsionis."Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" tanya Maya. "Assalamu'alaikum,May.""Wa'alaikumsalam,Ya Allah mbak Anita ya? Tambah cantik aja, sampai lupa ngenalin ""Hahahahaa, kamu nih bisa aja. Jadi malu nih. Gimana kabar kamu,May?""Alhamdulillah sehat Mbak, Mbak sendiri tumben banget ke sini. Ada angin apa nih? Eh, salah, ada perlu apa maksudnya,Mbak. He he he ....""Ada lowongan kerja buat aku gak May? lagi butuh nih.""Lho, bukannya kemarin mbak Anita resign biar bisa hamil,ya?" tanyanya penasaran."Iya seh, tapi udah bosen di rumah muluk," dustaku."Ada lowongan gak,May?"
Aku mulai asyik menjalankan usaha online shopku, media sosialku penuh dengan barang-barang dagangan. Mulai dari pakaian anak-anak, dewasa, gamis dan hijab.Tak hanya media sosial, aku juga memposting di grub jual beli dan di aplikasi jual beli online.Alhamdulillah atas izin Allah daganganku sedikit demi sedikit laku dan mulai ada yang menjadi resellerku. Aku tak mengambil untung banyak. Yang penting bisa jalan. Karena itulah banyak yang tertarik dengan pakaian yang aku jual.Tok... Tok... Tok. Pintu rumah diketuk, segera kubuka. Bapak tukang pos ternyata. "Ada surat, Mbak." Bapak itu memberiku sebuah surat. "Terima kasih,Pak." "Sama-sama mbak, permisi dulu,Mbak." Bapak tukang pos akhirnya pergi meninggalkan rumahku.Kubuka surat itu, dari pengadilan agama. Surat panggilan untuk mediasi. Semoga saja besok senin semuanya berjalan lancar.Drrrttt... Drrrttt... Drrrttt .... Ponselku bergetar, ternyata pesan dari Mas Deni. [Dek, kamu kok tega sih gugat cerai Mas, Mas masih cinta ka
Pov DeniAku begitu syok saat membaca surat yang diantarkan tukang pos. Surat dari pengadilan agama. Anita... Kenapa kamu benar-benar tega?Padahal Mas masih sangat mencintaimu.Harus bagaimana meluluhkan hatimu?Padahal, dulu kamu sangat mencintaiku, secepat itu kah cintamu hilang?"Kamu baca apa sih,Mas?" Suara Mila mengagetkanku."Surat dari pengadilan agama," jawabku datar. "Bagus dong mas, aku kan bisa jadi istri Mas satu-satunya." Mila bergelayut manja. "Heemmm..." Beranjak berdiri, ku tinggalkan dia di teras.[Dek, kamu kok tega sih gugat cerai Mas, Mas masih cinta kamu dek]Kukirim pesan itu kepada Nita, semoga saja dia mau membatalkan gugatan cerainya.Tak lama pesanku sudah bewarna hijau, sudah di baca Nita.Kutunggu balasannya.Ah, sial! Nita tak membalas pesanku.Kuacak rambut, frustasi! ***Hari ini sidang mediasiku, sengaja aku bolos kerja. Padahal aku baru dapat sp satu karena akhir-akhir ini sering membolos. Tapi tak apalah, yang penting aku bisa bertemu Anita, akan kura