Kontrak Pernikahan Sang CEO

Kontrak Pernikahan Sang CEO

By:  rainaxdays  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
59Chapters
337views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Aku sudah memiliki kekasih, dan ... aku tidak bisa meninggalkan wanita itu." Layla tidak pernah menyangka bahwa perjodohannya dengan sang CEO akan berakhir sebagai perjanjian. Kenyataan bahwa Arsen telah memiliki kekasih membuatnya terpaksa menerima tawaran perjanjian pernikahan yang pria itu sodorkan. Hanya setahun dan kemudian keduanya akan resmi berpisah. Tetapi, apakah takdir menginginkan hal yang sama untuk dua insan itu?

View More
Kontrak Pernikahan Sang CEO Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
59 Chapters
01. Pertemuan dengan Calon Suami
Pernikahan itu akan menjadi perubahan besar dalam hidupnya.Layla menghela napas panjang. Kepalanya disandarkan ke kaca jendela yang dingin. Iris cokelatnya terpaku pada segaris bulan baru yang berpendar.Perasaannya tidak karuan memikirkan pertemuannya dengan calon suaminya.Di umurnya yang baru 19 tahun, ia terpaksa harus menerima perjodohan dari orang tuanya. Layla tidak punya pilihan lain mengingat orang tuanya terlilit banyak hutang.Perusahaan ayahnya mengalami kebangkrutan dan salah satu rekannya mau menolong asal Layla bersedia dijodohkan dengan putranya.Arsen Sergio, adalah nama dari pria itu.Layla tidak tahu seperti apa rupanya, tetapi ibunya bilang, umurnya lima tahun lebih tua darinya. Dia adalah direktur muda yang baru saja dilantik.Sebentar lagi, mereka akan bertemu.Layla menatap keluar jendela untuk waktu yang lama, memikirkan kembali segala rencananya di masa lalu.Layla sengaja menunda setahun sebelum mendaftar kuliah kedokteran melihat perusahaan ayahnya yang ber
Read more
02. Pengakuan Arsen
'Bukankah kau yang pernah jatuh di selokan itu 'kan?'Jadi, Layla tidak salah ingat.Mereka adalah satu orang yang sama. Laki-laki yang pernah menolongnya empat tahun yang lalu. Layla tidak menyangka mereka akan bertemu lagi dalam situasi yang sangat berbeda.Takdir memang selalu memiliki rencana tersendiri.Bahkan Arsen masih mengingatnya.Layla meletakkan piring kuenya yang telah kosong dan mengambil segelas jus. Pandangannya lagi-lagi bertemu dengan mata rusa Arsen yang memandangnya di seberang meja. Entah perasaan Layla saja atau apa, tetapi tatapan Arsen seolah terus terpaku padanya.Keduanya telah diperkenalkan secara formal sebelum makan malam dimulai. Layla tidak banyak bicara, begitu pula dengan Arsen. Hanya orang tua keduanya yang sibuk berbicara mengenai banyak hal.Setelah makan malam, keduanya dibiarkan bicara berdua di taman halaman belakang rumah. Katanya supaya lebih akrab. Arsen mengangguk setuju tanpa basa-basi, sementara Layla gugup bukan main. Sepertinya, hanya La
Read more
03. Kontrak Pernikahan Sang CEO
Layla berdiri diam di samping orang tuanya yang melambaikan tangan dengan bahagia. Ia hanya menatap Mercedes Benz milik Arsen yang melaju keluar dari gerbang rumahnya, tanpa berniat untuk mengatakan apa pun.Perasaan bahagia yang memenuhi hatinya sebelumnya, telah berubah menjadi ombak yang mengacaukan segalanya.Layla tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaannya saat ini. Ia hanya merasa kecewa.Tetapi, pantaskah ia merasa kecewa? Keluarganyalah yang membutuhkan bantuan. Lagi pula, seharusnya Layla tidak terkejut mengingat keduanya dijodohkan. Jika Arsen punya pilihan lain, ia tidak akan mungkin menerima perjodohan keduanya.Layla mendesah lelah dan bergegas menuju kamarnya. Ia mematikan lampu dan melempar tubuhnya ke atas kasur. Wajahnya dibenamkan ke seprai yang lembut, lalu ia menghirup napas dalam-dalam di sana. Aroma bunga mawar yang menguar sedikit menenangkan perasaannya.Arsen bilang, dia tidak bisa meninggalkan kekasihnya, sekalipun keduanya telah menikah.Seperti yang t
Read more
04. Olivia
"Wahhh semuanya sangat cantik. Bagaimana kalau kau pakai yang ini saja? Ah, tidak! Yang ini juga bagus—eh ya ampun, yang ini lebih manis lagi!"Layla menghela napas menatap ibunya yang kelewat antusias. Pagi ini, Ibu Arsen mengirim paket berisi sepuluh lembar gaun sebagai hadiah untuk Layla. Salah satunya harus Layla pakai saat berangkat menemui nenek Arsen yang tinggal di desa.Jadi, rencananya Layla diajak untuk berkunjung ke rumah nenek Arsen minggu depan. Tetapi semalam, ibu Arsen tiba-tiba menelepon dan meminta agar kunjungannya dipercepat saja, begitu pula dengan pernikahan Layla dan Arsen.Alasannya, karena Layla dan Arsen sepertinya sudah sangat cocok melihat bagaimana keduanya pergi 'berkencan' di restoran.Sungguh sebuah ironi sebab mereka menganggap pertemuan kemarin sebagai kencan romantis antar calon suami-istri. Apalagi Arsen ternyata telah menceritakan pertemuan awal mereka empat tahun yang lalu—secara tidak sengaja. Ibunya pasti mengira keduanya sudah akrab dan pernika
Read more
05. Pendapat Kiran
"Kau cantik sekali, Nak. Persis seperti yang dikatakan Arinda. Sangat manis."Senyum Layla merekah. Bukan karena pujian yang diberikan oleh nenek Arsen, melainkan tatapan hangat yang diberikan oleh wanita tua itu. Layla jadi ingat dengan neneknya sendiri. Ia ingin berkunjung ke makamnya sebelum pernikahannya diselenggarakan."Terima kasih, Nek."Nenek Arsen tersenyum lebih lebar dan beralih menggenggam tangannya. Ia kemudian meraih tangan Arsen yang duduk di samping Layla. "Semoga pernikahan kalian lancar. Hubungan kalian langgeng, bertahan sampai kalian tua seperti nenek, ya," ucapnya sungguh-sungguh.Layla melirik calon suaminya yang hanya bisa mengangguk kaku. Ia mendadak merasa bersalah dengan kontrak pernikahan yang telah ia setujui. Ia telah membohongi semua orang. Tetapi membatalkan pernikahan pun bukan pilihan yang bisa Layla ambil."Terima kasih atas doanya, Nek." Hanya itu yang bisa Layla katakan."Sama-sama, Nak. Kau perempuan yang baik, Nenek bisa melihat itu. Arsen sangat
Read more
06. Perasaan yang Berseberangan
Layla tidak bisa tidur.Iris cokelatnya terpaku menatap bulan yang bersembunyi di balik awan. Ia terdiam di tepi tempat tidurnya, menimbang-nimbang untuk keluar atau tidak. Matanya melirik jam, sudah hampir tengah malam.Semua orang mungkin sudah tidur sejak tadi, pikirnya.Suasana rumah ini begitu hening sejak beberapa jam yang lalu. Layla beranjak dari tempatnya dan mengintip keluar. Kamar yang ditempatinya langsung terhubung ke halaman belakang.Tempat itu sepi dan hanya ditemani oleh lampu jalan yang bersinar redup. Tetapi pemandangan kolam ikan dan bunganya tampak menenangkan. Mungkin jika Layla menghabiskan waktunya di sana sebentar, ia bisa mengantuk.Layla membuka pintu dengan sangat perlahan, tidak ingin membangunkan siapa pun. Ia berbelok menuju halaman belakang dan udara dingin seketika menerpa wajahnya. Ia bergidik dan mengeratkan jaketnya sebelum duduk di salah satu kursi.Suasana pedesaan memang sangat berbeda dengan suasana di kota. Biasanya, di jam seperti ini, jalanan
Read more
07. Perhatian yang Tidak Diinginkan
Pagi-pagi sekali, mereka akhirnya akan berangkat kembali ke kota.Nenek Arsen memeluk Layla untuk terakhir kali dengan begitu hangat dan lembut. "Lain kali kalau tidak sibuk, kau dan Arsen harus berkunjung ke sini lagi, ya?""Iya, Nek."Nenek Arsen tersenyum bahagia dan rasa bersalah itu kembali muncul di hati Layla. Mungkin setelah menikah, ia harus meluangkan waktu untuk mengunjungi nenek Arsen sebelum kontrak pernikahan mereka berakhir. Tidak bisa dibayangkan betapa bahagianya kedua belah pihak keluarga, tetapi calon suaminya telah memiliki rencana lain.Layla menghela napas pendek dan mundur ke belakang ketika Arsen maju untuk menerima pelukan dari neneknya."Jaga Layla baik-baik, ya. Nenek akan memukulmu dengan sapu kalau kau sampai menyakitinya."Arsen mengangguk dan tertawa kecil. Sebuah tawa hambar yang dipaksakan. Ia membalas dekapan neneknya dan melirik Layla yang terdiam di tempat.Semua orang tentu saja berharap yang terbaik untuk pernikahan keduanya. Tetapi harapan itu ra
Read more
08. Fitting Baju Pernikahan
Layla memperhatikan refleksi wajahnya di cermin, lalu gaun pengantin yang membalut tubuhnya. Ia merasa seperti melihat ibunya sewaktu muda.Terlebih dengan fitur wajah Layla yang sangat mirip dengan ibunya: mata bulat, hidung kecil, bibir tipis, dan kulit putih pucatnya. Sekarang, ia juga memilih gaun pengantin dengan desain yang mirip dengan pakaian pengantin ibunya di album foto keluarga.Ia akan menikah seminggu lagi.Hal itu masih agak mengejutkan. Dan walaupun ia menikah di usia yang sangat muda, nyatanya pernikahannya tidak seindah yang ia bayangkan. Tetapi tetap saja, Layla tidak ingin menunjukkan perasaan kecewanya di depan semua orang.Ia akan berusaha untuk bahagia. Ia akan membahagiakan dirinya sendiri. Meskipun pada akhirnya, ia dan Arsen akan tetap berpisah.Beberapa hari terakhir, Layla terus merenungkan kehidupan pernikahannya dengan Arsen, bertanya-tanya bagaimana ia bisa menjalaninya selama setahun. Mereka akan tinggal bersama dan bertemu setiap hari, tidak mungkin m
Read more
09. Pergi Bersama
Layla termenung di sudut kamarnya yang gelap. Pandangannya terpaku pada gaun pengantin yang digantung di dekat jendela, tampak bersinar di bawah cahaya bulan. Ia hanya terus menatapnya sambil memikirkan pernikahan yang akan dilangsungkan lima hari lagi.Setelah fitting baju pernikahan tiga hari yang lalu, ia tidak pernah bertemu Arsen lagi. Dia berusaha menyelesaikan beberapa pekerjaan penting karena ingin mengambil cuti. Semua orang sibuk mempersiapkan pernikahan, sementara ia mencoba menenangkan diri.Layla memeluk lututnya dan merebahkan kepalanya di sana. Ia meraih ponselnya, menimbang-nimbang untuk menghubungi Arsen atau tidak. Beberapa menit lagi tepat jam lima pagi dan ia takut mengganggu.Tetapi ia perlu menanyakan satu hal.Layla telah membaca ulang kontrak pernikahan keduanya. Pembahasannya hanya seputar hubungan yang berlangsung selama setahun, di mana Arsen akan menafkahi Layla selayaknya istri. Arsen tidak akan berbuat kasar, apalagi menyakitinya secara mental maupun fisi
Read more
10. Teman Lama
Keduanya tidak bisa hanya terus diam seperti ini, apalagi setelah menikah.Layla berinisiatif untuk memulai pembicaraan dan mencoba dengan pertanyaan sederhana, "Emm, ngomong-ngomong, apa pekerjaanmu masih banyak? Apa mungkin ada sesuatu yang bisa kubantu?"Arsen tampak terkejut dengan pertanyaan itu. Apakah membantunya adalah sesuatu yang berlebihan? Atau karena Layla mengajaknya mengobrol terlebih dahulu?Arsen kemudian tampak mengontrol ekspresinya dan tersenyum kecil. "Tidak perlu, tinggal sedikit lagi," jawabnya. "Tapi terima kasih untuk tawaranmu.""Sama-sama," balas Layla. Ia memutar otak untuk mengajukan pertanyaan lain ketika Arsen kembali bicara."Kau ingin membeli buku apa sampai ke toko di pusat kota? Pasti buku penting, ya?"Layla menggigit bibir bawahnya dan gelagapan sendiri. "Ah, itu—buku psikologi, kejiwaan. Ya, bacaan semacam itu. Iya, begitu," ucapnya dengan terbata-bata. Ia hampir menepuk dahinya karena malu. Kenapa lidahnya harus terlipat segala? Sejujurnya ia bi
Read more
DMCA.com Protection Status