Share

Bab 3. Drunk

Suara detuman musik memekak telinga. Sebuah klub malam terkenal di Roma itu menjadi tempat di mana para pengusaha, model, dan artis berkumpul menikmati indahnya hiburan dunia malam. Klub malam yang sering dijumpai banyak orang dari kalangan atas itu kerap menjadi tempat one night stand bagi para pria dan wanita yang bosan dengan pasangan mereka.

Aroma tembakau bercampur dengan anggur mahal serta suara dentingan gelas sloki memenuhi klub malam ini. Terlihat seorang wanita cantik duduk dengan anggun menikmati minumannya di salah satu tempat khusus tamu VIP. Tamu yang siap merogoh kocek tidak sedikit hanya untuk membuka table di tempat khusus para tamu VIP. 

“Xander kau menyebalkan!” Audrey menegak vodka di tangannya hingga tandas. Entah sudah berapa kali dia minum vodka itu. Benak Audrey begitu kacau. Xander—sang tunangan terus ingin menunda pernikahan mereka. Terlebih perkataan Xander kemarin sangat menusuk hati Audrey. Kata-kata yang sering sekali Xander ucapkan tapi selalu diabaikan olehnya. 

Tampak tatapan semua pria terus tertuju pada Audrey yang duduk sendiran. Gaun panjang berwarna merah, dengan belahan dada yang tinggi membuat Audrey sangat memukau. Penampilan yang menawan. Paras cantik. Rambut pirang terjuntai indah. Audrey bak sosok putri raja yang berada di tengah-tengah klub malam. 

“Nona, Anda sudah mabuk. Apa Anda bersama dengan sopir?” Seorang pelayan bertanya dengan sopan pada Audrey. 

“Aku tidak mabuk. Kau tidak usah mengurusiku. Aku mampu mengurus diriku sendiri. Sekarang pergilah,” ucap Audrey yang sengaja mengusir pelayan itu. Pun sang pelayan tak berani mengganggu Audrey. Pelayan itu segera pamit undur diri dari hadapan Audrey. 

Audrey mengambil ponselnya. Tatapan wanita itu terlalih pada fotonya dengan Xander yang ada di layar ponselnya. Senyuman di wajahnya terlukis. Senyuman yang seperti menertawakan dirinya sendiri. Selama ini dirinya menginginkan Xander. Tapi tidak dengan pria itu. Lagi dan lagi sang tunangan selalu menolak dirinya. Lelah? Jelas iya! Audrey lelah. Namun, meski lelah Audrey tak akan pernah melepas Xander. Pria itu adalah cinta pertama dan Audrey ingin pria itu juga menjadi cinta terakhirnya.  

Saat Audrey tengah memerhatikan fotonya dengan Xander; otak Audrey mendorongnya untuk mencari nomor Xander di kontak ponselnya, dan segera menghubungi sang tunangan. Namun, sayangnya tak ada jawaban. Seperti biasa Xander kerap mengabaikannya. Menjawab telepon darinya adalah hal yang tersulit. Sibuk dan sibuk. Itu yang akan selalu dikatakan oleh Xander. Ketika Audrey baru saja ingin menutup panggilan itu, tiba-tiba Audrey mendapatkan jawaban telepon.

“Hallo, Xander?” sapa Audrey setengah mabuk saat panggilan terhubung. 

“Audrey, kau di klub malam?” seru Xander dari seberang sana yang tentunya menyadari kalau Audrey berada di klub malam. 

“Xander, kau menyebalkan. Kenapa kau selalu saja menunda pernikahan kita?” racau Audrey. Wanita itu sudah berada di dalam pengaruh alkohol. 

“Shit, Audrey! Jangan pergi ke mana-mana. Aku akan menjemputmu.” Nada bicara Xander terdengar menggeram emosi kala tahu Audrey berada di klub malam. 

Panggilan terputus. Audrey mengangkat bahunya tak acuh kala Xander lebih dulu memutuskan panggilan itu. Xander mau menjemputnya? Mustahil! Di jam seperti ini, tunangannya itu pasti sibuk dengan pekerjaannya. Audrey sudah sangat hafal dengan sifat Xander.

Audrey kembali menegak vodka-nya. Alkohol adalah obat di mana Audrey jauh lebih tenang. Khusus malam ini, Audrey sengaja mendatangi klub malam demi menghilangkan penat di kepalanya.  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status