Share

Bab 4. Have Lost of Mind

Malam semakin larut. Susana di klub malam itu semakin meriah. Jika semua orang berpasangan lain halnya dengan Audrey yang duduk di kursi seorang diri tanpa ada siapa pun yang menemaninya.

Kosong. Audrey merasakan kekosongan hatinya. Sejak kejadian di pesta ulang tahunnya, Audrey merasa sangat terluka tapi sayangnya Audrey tak bisa mundur. Rasa cintanya begitu kuat pada Xander.

Saat Audrey tengah menikmati minumannya, tiba-tiba tangan Audrey digeret paksa oleh tangan kokoh. Refleks, Audrey mendongakan kepalanya, menatap sang pemilik tangan kokoh itu.

“Xander? It’s that you?” Audrey tersenyum dengan mata sayu menatap Xander lekat.

Xander tak mengindahkan ucapan Audrey. Pria itu langsung menggendong tubuh Audrey layaknya karung beras—dan langsung membawa Audrey meninggalkan klub malam itu.

“Xander! Turunkan aku! Kenapa kau menggendongku seperti ini? Kau membuat kepalaku pusing!” seru Audrey seraya memukul-mukul punggung Xander. Lagi. Xander tak mengindahkan ucapan Audrey. Pria itu terus melangkahkan kakinya meningalkan klub malam itu.

Brakkkk

Xander membanting tubuh Audrey di ranjang. Ya, tak ada pilihan lain. Xander terpaksa membawa Audrey ke apartemen pribadinya. Keadaan Audrey yang mabuk berat tak memungkinkan Xander mengantarkan tunangannya itu pulang ke rumah. Xander tak ingin kedua orang tua Audrey salah paham. 

“Apa kau itu sudah gila, Audrey!” seru Xander kesal seraya menatap sang tunangan yang tergeletak tak berdaya di atas ranjang. 

Audrey meneteskan air matanya kala Xander membentaknya. Wanita itu terisak cukup keras hingga membuat Xander terdiam. “Apa kurangnya aku, Xander? Kenapa kau selalu menolakku? Apa aku kurang cantik untukmu, hm?” ucapnya dengan air mata yang terus berlinang jatuh membasahi pipinya. Isak tangis wanita itu pilu. Seperti menahan luka yang begitu dalam. 

Bungkam. Tak ada yang Xander bisa lakukan selain diam seribu bahasa. Mabuk kerap membuat semua orang meluapkan isi hatinya yang paling dalam. Dan Xander mendengar dengan telinganya sendiri kalau Audrey begitu terluka. 

Xander mengembuskan napas berat. Selama ini Xander pernah bisa mencintai Audrey. Pikiran dan hati Xander tak pernah bisa berpusat pada Audrey. Hanya satu yang Xander inginkan yaitu sosok wanita yang telah pergi meninggalkannya. Andai Xander mencintai Audrey maka tidak akan seperti ini. 

“Kau selalu memaksakan keinginanmu, Audrey. Sejak dulu kau tahu aku tidak bisa menikah denganmu tapi kau selalu memaksaku,” ucap Xander seraya memejamkan matanya singkat. 

“Aku mencintaimu, Xander. Sangat mencintaimu. Aku tidak mau jauh darimu,” isak Audrey pilu. 

Xander tak mengindahkan ucapan Audrey. Pria itu hanya menarik selimut, menutupi tubuh Audrey—dan melangkahkan kaki pergi dari kamarnya, meninggalkan Audrey yang masih menangis pilu. Ini bukan pertama kali Audrey mengatakan cinta pada Xander. Tapi sayangnya cinta itu tak akan mungkin bisa terbalaskan oleh Xander.

Ketika Xander baru saja melangkah keluar, tanpa sengaja tatapan Xander melihat sebuah pajangan dengan gambar kuda yang ada di atas meja. Sebuah pajangan pemberian dari sosok wanita yang sangat Xander cintai dan inginkan.

Hanya saja sekarang Xander tidak tahu di mana wanita itu berada. Hati Xander sesak kala mengingat tentang wanita itu. Jika saja wanita itu ada di sini; maka Xander akan memperjuangkannya.

‘Aku sangat merindukanmu, Serry,’ batin Xander dengan raut wajah yang menunjukan kerinduan mendalam. Mata pria itu tak bisa berbohong, tengah menyimpan sebuah rasa yang telah menyiksanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status