Share

Bab 7. Spoiled Girl

“Xander, apa Paman Marco sudah pulang?” Audrey melangkahkan kakinya keluar dari walk-in closet. Menatap Xander yang baru saja masuk ke dalam kamar. Terlihat tubuh Audrey sudah terbalut dress berwarna merah muda motif daun kecil yang membuat Audrey tampil begitu cantik. Rambut pirang Audrey terjuntai memukau.

Mata abu-abunya cerah dan memesona. Bibir mewah mudanya telah dipoles oleh lip gloss. Meski tak memakai riasan tebal tapi Audrey tetaplah sangat cantik. Sekitar beberapa jam sebelum Audrey bangun tidur, Xander sudah meminta orangnya untuk membelikan pakaian untuk Audrey. Tak mungkin Audrey memakai gaun yang sama seperti yang dipakai di klub malam. 

“Sudah,” jawab Xander singkat dan raut wajah yang dingin. 

Audrey mendesah pelan. Raut wajahnya menunjukan kekecewannya mendengar Marco sudah pulang. “Padahal tadi aku ingin sekali menemui Paman Marco, Xander. Harusnya kau tadi bilang pada Paman Marco untuk menungguku sebentar. Aku ingin menyapa Paman Marco.”  

“Kau bisa menghubunginya jika kau ingin bebicara dengannya. Sekarang bersiaplah. Aku akan mengantarmu pulang. Kalau kau ingin mengurus pernikahan kita, kau urus saja. Jangan memintaku untuk ikut andil dalam persiapan perikahan,” tukas Xander dingin yang sontak membuat raut wajah Audrey berubah.

“M-menikah?” Audrey melangkah mendekat pada Xander, menatap Xander dengan tatapan mata yang berbinar bahagia. “Kita akan menikah, Xander?” tanyanya yang tidak lagi bisa menahan betapa bahagia dirinya. 

“Kenapa kau masih bertanya? Bukankah kau sudah tahu kalau dua minggu lagi kita akan menikah?” jawab Xander kesal. 

“Kau tidak membatalkan renacana pernikahan kita, Xander?” Audrey menatap dalam manik mata cokelat Xander. Tatapan yang jelas memendung rasa haru bahagia yang tak terhingga. 

“Memangnya pernikahan kita bisa dibatalkan? Bukannya tidak akan mungkin bisa?” Xander membalikan ucapan Audrey. Tatapan pria itu menatap Audrey dengan tatapan dingin menahan rasa kesal terbendung dalam dirinya. Pertanyaan yang diucapkan Audrey adalah pertanyaan bodoh. Kalau saja pernikahan bisa dibatalkan; maka Xander sudah membatalkannya.

Senyuman di wajah Audrey terlukis kala mendengar ucapan Xander. Audrey tak peduli sifat dingin Xander. Terpenting Xander mau menikah dengannya. Detik selanjutnya, Audrey melompat memeluk leher Xander. Refleks, Xander melingarkan tangannya di pinggang Audrey kala tubuh Audrey tak seimbang dan nyaris jatuh. 

“Audrey! Kau ini apa-apaan! Kenapa melompat seperti itu!” seru Xander emosi kala Audrey melompat dan nyaris jatuh. Hal yang paling Xander tak sukai dari Audrey adalah sifat ceroboh wanita itu yang tak pernah berubah. 

“Aku mencintaimu, Xander. Sangat mencintaimu. Aku senang sebentar lagi kita akan menikah.” Audrey tak memedulikan ucapan Xander. Wanita itu mengecupi bibir Xander lembut. Sedangkan Xander hanya diam kala Audrey mencium bibirnya. Tak ada balasan dari Xander tapi juga tidak ada penolakan. 

“Segera bersiaplah. Aku akan mengantarmu pulang.” Xander mengabaikan ungkapan cinta Audrey.

Audrey bergelayut manja di lengan Xander. “Aku tidak mau langsung pulang. Aku ingin kita makan di luar dulu.” 

“Aku sibuk, Audrey!” tukas Xander. 

Audrey mengerutkan bibirnya. “Hanya sebentar saja, Xander. Tidak akan lama. Aku ingin makan di luar. Aku bosan makan di rumah. Please.” 

Xander mengembuskan napas kasar. “Fine, tapi kita tidak akan lama. Kalau kau lama, aku akan meninggalkanmu di restoran. Kau pulang saja bersama dengan taksi.” 

Audrey tersenyum seraya memberikan kecupan di rahang Xander. “Aku berjanji tidak akan lama, Sayang.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status