Share

Bab 8. Similar

Sebuah restoran Perancis ternama di Roma menjadi tempat di mana Xander membawa Audrey untuk makan siang bersama. Kedua insan itu duduk di kursi meja makan di dekat jendela sesuai keinginan Audrey yang ingin melihat pemandangan indah di kota Roma. 

Pelayan mulai menghidangkan beberapa makanan khas Perancis dan minuman beralkohol. Tepat makanan sudah terhidang, Audrey lebih dulu menikmati makanan. Sedangkan Xander lebih memilih meminum whisky yang sudah pria itu pesan. 

“Xander, nanti aku ingin konsep pernikahan kita mewah seperti pernikahan putri raja. Ah, iya. Aku juga ingin gaun pengantinku nanti aku akan memesan di designer terbaik. Aku ingin pernikahan kita benar-benar sempurna, Xander,” seru Audrey dengan senyuman di wajahnya.

Benak Audrey sudah membayangkan pernikahan seperti putri raja. Dekorasi yang indah dan mewah terngiang dalam benak Audrey. Amarah dan sakit hatinya akan perkataan Xander seolah lenyap kala mengingat dirinya dan Xander akan segera menikah. 

“Terserah kau atur saja,” jawab Xander acuh dan tak peduli. 

“Nanti kalau kita sudah menikah kita tinggal di mana, Xander? Apa kita tinggal di apartemenmu?” tanya Audey begitu bersemgat. 

“Tidak. Aku akan meminta orangku mengatur rumah baru setelah kita menikah,” jawab Xander dingin dan raut wajah tanpa ekspresi. 

Audrey menganggukan kepalanya. “Ah, ya, satu lagi. Kita akan bulan madu di mana, Xander?” 

“Tidak ada bulan madu. Aku sibuk. Banyak project yang sedang aku tangani,” jawab Xander dingin. 

“Xander tapi—” 

“Audrey, jangan kekanakan. Kau tahu aku sibuk. Jangan banyak menuntut sesuatu hal yang kau jelas tahu tidak bisa,” potong Xander menegaskan. 

Bibir Audrey tertekuk dalam. Raut wajahnya menunjukan jelas kekecewaan. Impian Audrey bulan madu indah dengan Xander tak terwujud. Padahal sejak dulu bulan madu romantis selalu Audrey impi-impikan. 

Audrey menghela napas panjang. Audrey berusaha mengerti dan berpikir positive. Mungkin saja nanti dia dan Xander akan bulan madu setelah Xander sudah tidak terlalu sibuk. Lagi pula yang terpenting bagi Audrey adalah Xander sebentar lagi akan menikah dengannya. 

“Baiklah tapi kalau nanti kau sudah tidak terlalu sibuk, kita harus bulan madu.” Audrey memeluk lengan Xander, dan menyandarkan kepalanya di lengan kekar tunangannya itu. 

Xander tak mengindahkan permintaan Audrey. Pria itu memilih menyesap whisky di gelasnya seraya menatap ke kaca jendela, melihat orang lalu lalang berjalan di trotar. Dan tiba-tiba tatapan Xander tanpa sengaja—menatap sosok wanita berambut cokelat tebal memakai dress berwarna merah. Mata Xander menyipit, seperti mengenali rambut dan bentuk tubuh wanita itu. 

Xander meletakan whisky di tangannya ke atas meja, menatap seksama wanita yang memakai dress berwarna merah itu. Seketika raut wajah Xander berubah. Matanya menajam kala dirinya yakin siapa wanita yang ada di seberang jalan. Detik selanjutnya, Xander menjauhkan tubuh Audrey yang memeluknya; pria itu langsung berlari meninggalkan Audrey begitu saja. 

“Xander! Tunggu kau mau ke mana!” seru Audrey kencang. Sayangnya Xander peduli dengan Audrey yang memanggilnya. Xander terus berlari meninggalkan Audrey di restoran sendirian. Tampak raut wajah Audrey begitu muram kala Xander pergi meningalkannya sendirian. 

“Xander pergi ka mana? Kenapa terburu-buru sekali?” gumam Audrey dengan raut wajah yang sedih. Ingin sekali Audrey menyusul tapi dia tidak bisa. Pasalnya lari Xander begitu cepat tak akan mampu Audrey imbangi. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status