Share

Permintaan

Aku memegang kedua pundak Vanya.

"Dek, kumohon jangan seperti ini. Maafkan Mas karena belum bisa menjadi suami yang baik. Mas tidak mau pisah dari kamu, Dek," ucapku.

Vanya tersenyum lagi, kali ini dengan bibirnya yang terlihat bergetar.

"Mas, Mama ingin punya cucu, dan kamu adalah putra beliau satu-satunya. Aku tidak ingin menjadi penghalang bagimu untuk berbakti pada Mama," ucapnya.

"Pasti ada cara lain, Dek. Jangan pernah berpikir tentang perpisahan," sahutku gusar.

"Kalian tidak perlu berpisah."

Kami berdua seketika menoleh ketika melihat Mama masuk ke dalam ruangan itu sambil menuntun tangan Tasya.

"Mama, kenapa ke sini?" tanyaku, langsung berdiri dari tempatku.

"Bicara apa kamu, Aldi! Vanya itu menantu Mama. Mama juga mau melihat keadaannya," jawab Mama, sambil melewatiku dan mendekat ke arah Vanya.

"Bagaimana keadaanmu, Vanya? Kamu sudah merasa sehat?" tanya Mama sambil memegang tangan Vanya.

"Aku baik-baik saja, Ma, Alhamdulillah," jawab Vanya, tetap dengan senyumannya.

"Aldi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status