Hai reader...terima kasih sudah mampir di ceritaku. Dukung dengan cara sub dan komen di setiap cerita ya...biar aku makin semangat up babnya. Lope you all
"Ternyata pemuda itu menipu kita, Pak. Dia bukan pimpinan perusahaan yang dimaksud Sherafina. Dia hanya penipu yang memiliki nama yang sama." "Lalu, apa yang harus kita lakukan?" "Apa lagi? usir pemuda itu!" Ibu Zivana terlihat sangat marah sekali, setelah mengatakan hal itu dia pergi mencari keberadaan Zivana di kamarnya. Namun, Ayah ZIvana masih tertegun tak percaya, bagaimana hidup seperti sedang mempermainkannya. Yang menjadi pikirannya adalah, putri kecilnya Zivana. Bagaimana perasaannya saat ini? Padahal beberapa hari yang lalu dia dan Ibunya selalu mendorong putri kecilnya itu agar dekat dengan pemuda itu. "Pak, dimana Zivana? Di kamarnya tidak ada." "Mungkin dia..." "Hai Pak, Bu, ada apa mencariku?" Zivana tiba-tiba masuk saat Ayahnya baru akan menjawab pertanyaan Ibunya itu. Namun Ayah dan Ibunya tidak ada yang menjawab pertanyaan Zivana, sehingga membuat gadis itu terlihat bingung. Rasa senang, yang dirasakan Zivana karena perasaannya bersambut dan sekaligus itu artin
“Menikahlah dengan pria ini, kamu akan bahagia.”Sebuah kalimat keluar dari bibir sang ibu. Wanita setengah baya yang melahirkan dirinya itu menyuruh dia untuk menerima kehadiran seorang pria sebagai calon suaminya. “Iya dia pria baik, dia adalah pemilik perusahaan besar, rekanan dari perusahaan kakak.”Satu kalimat pendukung pun meluncur dari bibir sang kakak yang baru dia lihat. Karena sejak menikah dia tinggal di Jakarta bersama suaminya. Dan dia datang hari ini hanya demi memberikan informasi bahwa dirinya akan melakukan perjodohan dengan seorang pria yang sama sekali tidak dia kenal. Zivana pulang tergesa-gesa dari kampusnya demi memberikan kejutan kepada keluarganya karena dia telah berhasil mendapatkan juara pertama dari kompetisi debat antar mahasiswa tingkat provinsi.Dia memang sengaja tidak memberitahukan kepada keluarganya tentang kompetisi ini, khususnya sang ayah karena dia ingin memberikan kejutan. Tetapi sampai di rumah, dia malah diberikan kejutan oleh Ibu dan kakak
“Kamu ini dasar anak tidak sopan! Ini semua kami lakukan demi kebahagiaan kamu,” ucap Rika, penuh tekanan. Rika masih saja berbicara kalimat penuh paksaan dengan dalih demi kebaikan Zivana yang semakin lama membuatnya tidak tahan karena Zivana tahu bahwa satu-satunya orang yang mendapatkan untung dari pernikahan ini adalah Kakaknya."Sungguh tidak adil!"Zivana terlihat begitu murung. Dia tidak bisa menerima rencana perjodohan ini. Melihat bagaimana sang ibu tetap ingin memaksakan rencananya tanpa mau mendengar dan mengerti bagaimana perasaannya. Membuat hatinya begitu sakit.Ingin mengajukan protes seperti apapun dirinya, ibunya itu tidak akan pernah mau mendengar. Sehingga dia hanya memilih diam. Ahmad sudah merasa tidak tahan dengan sikap istrinya itu. Tetapi dia tidak bisa melawan istrinya itu. Tidak ada yang bisa melawan sang istri jika dia sudah memiliki keinginan. sehingga kemudian dia memilih untuk pergi dari kamar Zivana demi tidak terjadi keributan.. “Istirahatlah, jangan
Karena kesal dengan Kakaknya, Zivana sampai tidak bisa memejamkan matanya. Bayangan bahwa sebentar lagi akan ada pria asing yang datang dalam hidupnya membuat dia tidak tenang. Hampir seharian dia mengurung diri di kamar, demi menunjukkan protesnya kepada Ibu dan Kakaknya. Pria yang akan membuat hidupnya yang sudah aman dan tentram sekarang ini menjadi berubah. Zivana bergidik, memikirkan bagaimana saat dia tidur tiba-tiba ada seseorang yang tidur di sebelahnya. Zivana tahu bahwa saat itu akan tiba, tetapi tidak sekarang, di saat dia sedang ingin menata hidupnya setelah kuliahnya selesai. Dia masih ingin bekerja, berlibur dan melakukan apapun yang menjadi kesukaannya. Rencananya untuk bisa hidup sendiri setelah kuliah, akan gagal jika dia menikah. "Menyebalkan," pekik Zivana, kesal.Hari berganti, dari siang menjadi malam.Zivana memutuskan turun dari kamarnya saat merasakan lapar yang teramat karena seharian memikirkan tentang perjodohan itu. Dia pun turun dari kamarnya dan meliha
“Tunggu apalagi Yah, ayo temui dia!” kata Rika, panik. Ahmad menoleh ke arah Zivana. Tatapannya sendu karena mengasihi sang putri. Dia tidak menyangka bahwa istrinya telah mengatur semuanya dengan cepat. Sehingga pria yang dijodohkan dengan putrinya itu telah datang. Ini pasti menjadi hal yang paling sulit untuk Zivana. Ahmad mendekati putrinya yang terlihat diam saja sedari tadi, “Kamu tidak apa-apa, sayang?” tanya Ahmad, lembut. Zivana menoleh ke ayahnya, lalu mengangangguk. Dia memaksakan bibirnya tersenyum agar ayahnya tidak mencemaskan dirinya. Padahal hatinya kini sudah tidak karuan. Terlebih saat mendengar bahwa pria itu sudah ada di sini, di rumahnya. “Jika kamu belum siap bertemu dengannya, kamu masuk ke dalam saja. Biar ayah sama ibu yang menemui dia.” Zivana mengangguk. Lalu dia meninggalkan ayahnya dan pergi ke kamar. Berjalan menuju kamarnya, Zivana bisa melihat pria yang sedang menunggu di ruang tamu itu dari atas. Sejenak Zivana berhenti melangkah dan melihat ke
“Kenapa disini!” pekik Zivana, terkejut. Melihat Damar yang tiba-tiba saja di depannya membuat hati Zivana mencelos. Gadis itu sibuk menetralkan degup jantungnya bukan hanya karena kaget saja tetapi juga karena baru kali ini dia berdekatan dengan pria selain ayahnya. “Maaf, aku mengejutkanmu ya?” kata pria bernama Damar itu. Matanya tak pernah lepas dari Zivana, sekecil apapun gerakan Zivana, seolah menjadi hal yang menarik bagi pria itu. Misalnya sekarang ini, saat Zivana sedang sibuk mengatur degup jantungnya. Dia mengelus dadanya agar degup jantungnya kembali normal. Damar menatap Zivana dengan senyum yang tak pernah pudar sedikitpun. Seolah itu adalah pemandangan langkah yang harusnya tidak dia lewatkan. Tanpa sadar Damar terkekeh. Zivana menatap pria itu aneh, semakin takut karena pria itu tanpa sebab tertawa sendiri. Namun dia penasaran sebenarnya apa yang membuat pria itu tertawa. Padahal sekarang ini tidak ada hal yang menurutnya lucu dan bisa ditertawakan. Tetapi dia eng
Damar tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Zivana yang menurutnya sangat lucu. Zivana merasa sedang dikerjai. Sehingga dia merasa sangat kesal sekali. Dia pun meninggalkan Damar yang masih menertawakannya. “Pria aneh!” umpat Zivana, kesal. Zivana berjalan menuju kamarnya, karena merasa sudah tidak ada gunanya lagi berada di sana. Dia merasa harus memikirkan kembali apa yang sudah dia putuskan tadi. Tentang membuka hatinya kembali. Mungkin dia akan membuka hatinya itu untuk seseorang, tetapi bukan pria aneh bernama Damar itu. Zivana mendengus kesal. Tak habis pikir bagaimana bisa ada orang seperti pria itu. “Seharusnya pria itu memperlakukanku dengan baik, mengingat aku adalah calon jodohnya. Tetapi ini tidak, dia malah membuatku kesal terus-terusan. Cakep sih cakep tapi kelakuan minus.” Zivana sebal bukan main. Malam ini dia terus-terusan mengatakan pria itu menyebalkan. Hingga dia terlelap dalam tidurnya, dia masih saja mengumpat Damar. Gadis itu tidak tahu bahwa itu adalah aw
Beberapa detik Zivana berpikir, bahwa Damar marah karena ucapannya barusan. Dia merasa tidak enak jika ucapannya tadi benar-benar menyinggung pria itu. Namun, dia tak mau pria itu salah paham. Dan kemudian menjelaskan kenapa dirinya sampai mengatakan hal tersebut. “Sekarang kamu pikir deh, dari pertama kamu datang dan kita bertemu, aku melihatmu selalu tersenyum sendiri. Tidak jelas. Dan tadi kamu memintaku untuk tidak berhenti tertawa. Apa namanya kalau kamu tidak gila?” Damar memejamkan matanya, entah kenapa dia terlihat begitu sakit saat mendengar kata-kata gila yang disebutkan oleh Zivana untuknya. Sebenarnya Zivana melihat hal itu, tetapi rasa penasaran untuk mengetahui apa yang membuat Damar tertawa sendiri dari kemarin. Jujur itu membuat Zivana tidak nyaman, takut jika dia menertawakan dirinya. Karena tidak mudah bagi Zivana bertemu dengan orang baru, dia merasa sangat tidak percaya diri apalagi melihat Damar yang selalu tertawa didepannya. “Oh itu, kamu mau tahu kenapa ak