Share

BAB 4. MENGEJAR JANTUNG HATI

Wildan.

Kuseruput kopi panas yang baru saja diantarkan ke kamarku oleh petugas hotel. Aku memang sengaja meminta layanan sarapan di kamar sebab aku masih harus menyiapkan beberapa bahan untuk pekerjaanku selama di Balikpapan. Tubuhku masih sedikit lelah, karena terbang dengan penerbangan terakhir Jakarta-Balikpapan tadi malam. Apalagi beberapa hari sebelumnya aku memang sedang banyak sekali urusan, disamping padatnya pekerjaanku, aku pun harus bolak-balik ke rumah sakit mengurus Lilis yang baru saja melahirkan putraku melalui operasi caesar.

Memikirkan tentang Lilis, aku selalu merasa khawatir. Khawatir bagaimana reaksi istriku Alana nanti jika dia mengetahui bahwa aku memiliki hubungan dengan wanita lain, bahkan kini wanita itu telah melahirkan seorang putra untukku. Ah, semoga saja Alana bisa memahamiku, aku masih mencari cara yang halus untuk menyampaikan ini padanya. Aku begitu mencintai Alana. Dulunya, tidak mudah bagiku mendapatkan hati wanita itu.

Aku masuk ke dalam hidupnya ketika dia sedang patah hati karena hubungannya dengan kekasihnya kandas. Ketika itu kami kuliah di kampus yang sama dan Alana adalah adik tingkatku. Sebenarnya sudah lama aku memperhatikannya, kulitnya yang putih bersih dan mata bulatnya yang selalu berbinar-binar saat berbicara membuatku terpukau, belum lagi bentuk tubuhnya yang begitu menggoda. Meskipun Alana selalu berpakaian sopan, namun tubuhnya selalu menjadi objek yang empuk untuk dipandang mata.

Kurasa bukan hanya aku, beberapa mahasiswa lain juga kulihat selalu mencuri-curi pandang pada Alana. Namun saat itu, Alana masih punya kekasih yang juga kuliah di kampus yang sama. Karena aku dan Alana sama-sama mengambil jurusan Akuntansi, maka aku sering sekali berpapasan dengannya, sedangkan yang kutau saat itu, kekasih Alana mengambil jurusan IT.

Hingga pada tahun kedua Alana kuliah, kudengar dia putus dengan kekasihnya. Aku tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan segala upaya aku berusaha mendekati Alana. Aku mencari tau semua jadwalnya, dan aku akan selalu ada di sekitarnya. Usahaku membuahkan hasil, aku dan Alana mulai akrab. Awalnya kami akrab dalam urusan perkuliahan, prestasiku saat itu memang menonjol, sehingga adik-adik tingkatku termasuk Alana selalu mencariku untuk sekedar bertanya ataupun berkonsultasi tentang pelajaran. Aku memang populer di jurusanku, aku sangat menyukai akuntansi dan menguasainya dengan baik, sehingga beberapa dosen memang menyarankan pada mahasiswa lain untuk belajar padaku. 

Singkat cerita, aku kemudian menawarkan hubungan yang spesial pada Alana, gadis pujaanku. Saat itu, Alana menolakku mentah-mentah, bahkan kemudian berusaha menjauhiku karena merasa aku punya maksud lain padanya. Namun aku tak putus asa dengan penolakannya, aku masih terus berusaha untuk dekat dengannya dan selalu berada di sekitarnya. Aku meminta maaf padanya karena telah mengungkapkan perasaanku hingga membuatnya tak nyaman. Diluar dugaanku, Alana justru tersenyum dan mengucapkan terima kasih karena aku menyukainya meskipun Alana tak bisa membalas perasaanku.

Hubungan pertemanan kami pun terus berlanjut, dan aku tetap mencari celah untuk mencuri hatinya. Kuselipkan beberapa kata-kata dan tindakan-tindakan romantis di sela-sela pertemanan kami. 

Hingga akhirnya saat aku pulang dari lokasi KKN yang jauh di pedalaman selama 2 bulan, Alana tiba-tiba saja muncul di hadapanku kemudian menghambur memelukku dengan deraian air mata. Rupanya kehilanganku selama 2 bulan sejak aku KKN di pedalaman membuatnya merasa kehilangan.

“Apa tawaran Mas Wildan waktu itu masih berlaku?” tanyanya lirih, masih dengan memelukku.

“Tawaran yang mana?” tanyaku pura-pura tak mengerti. Padahal jangan ditanya bagaimana jantungku berdetak lebih cepat di dalam sana. Aku memejamkan mataku menikmati pelukan dari gadis idamanku.

“Ng ... itu ... tawaran jadi ... jadi ....” Gadis itu terbata-bata dengan wajah merona merah.

“Tawaran apa sih, Al? Kok malah jadi kayak kepiting rebus gitu mukanya?” Aku masih menggodanya.

“Ih, Mas Wildan nggak peka banget. Aku ... aku kangen!” lirihnya.

Aku tertawa melihatnya salah tingkah. Kueratkan dekapanku pada tubuh wanginya. “Aku mengerti, Al. Aku peka. Tapi maaf Al, aku udah punya pacar sekarang," ucapku dengan nada serius.

"Oohh, maafkan aku! Ka- kalau begitu aku balik dulu ya," ucapnya terbata-bata dengan mata yang berkabut.

Aku tersenyum dan menarik tangannya, membuat Alana yang baru saja hendak melangkah menjauh kembali jatuh ke pelukanku.

"Nggak, Al. Aku hanya bercanda, aku belum punya pacar. Aku suka sama seorang gadis, tapi dia menolakku. Dan sekarang gadis itu sedang berada di pelukanku."

Alana memukul lenganku sambil menyeka sudut matanya. 

"Sekarang mau jadi pacarku, hmm?” ucapku dengan nada lembut di telinganya.

Gadis itu mangangguk pasti, setetes air mata menetes di pipinya.

“Eh, kok malah nangis?”

“Aku kangen Mas Wildan. Kenapa lama banget sih KKN nya? Kenapa nggak bisa dihubungi? Al kehilangan teman cerita, kehilangan teman diskusi. Mas Wildan jahat nggak sekalipun hubungin Alana.”

“Bukan nggak mau hubungi, Al. Aku juga kangen kamu, tapi aku sadar bukan siapa-siapa. Takut dicuekin akunya. Lagian di sana memang nggak ada signal.”

Alana hanya mengangguk, wajah polosnya membuatku merasa gemas ingin menyentuh dan mencium pipinya, namun kutahan semata agar dia tak menilaiku kurang ajar.

“Jadi kita jadian nih?” tanyaku menggodanya.

Anggukan kepalanya benar-benar membuatku terlena dan tak tahan lagi untuk menyentuhnya. Kudekatkan wajahnya kemudian mendaratkan kecupan ringan di keningnya. Ciumanku yang pertama untuk gadis pujaanku, hanya di kening, namun semua perasaan cintaku kutuangkan dalam kecupan ringan itu. Alana pun terlihat sedikit terkejut menerima kecupanku di keningnya. Namun akhirnya gadis itu tersenyum dengan mata bulatnya yang berbinar indah.

Drrrttt ... drrrtttt ....

Bunyi ponselku membuyarkan lamunanku tentang Alana. Kuraih ponselku dan membuka pesan yang masuk. Ternyata dari Lilis, aku bahkan belum mengganti namanya di kontakku, nomornya masih tersimpan dengan nama “Fadli”. Aku tersenyum ketika melihat foto-foto yang dikirim Lilis. Foto putraku yang baru berusia 6 hari. Ah, baru kemarin tak melihatnya saja, aku sudah rindu pada putra pertamaku itu. Ya, putra pertama yang sayangnya bukan lahir dari Alana istriku, namun lahir dari rahim Lilis, gadis yang kunikahi secara siri setahun yang lalu.

Aku menghela nafas panjang. Kembali memikirkan tentang Lilis membuatku sedikit takut, takut jika Alana mengetahui jika Lilis adalah madunya, dan bayi yang sedang ditampungnya di rumah kami sekarang adalah anakku, darah dagingku. Foto-foto lucu bayiku yang dikirm Lilis sedikit menghilangkan kegelisahanku, kupasang foto terbaiknya di status whatsappku, tak lupa kuubah pengaturannya di ponselku agar Alana tak bisa melihat foto yang baru saja kujadikan status WA itu. 

Tak berapa lama, beberapa pesan masuk di ponselku, kebanyakan teman-temanku memberi ucapan selamat dan mengomentari foto putraku. Memang sejak kelahiran putraku beberapa hari kemarin, banyak sekali ucapan selamat dari teman-temanku termasuk dari atasanku. Karena mereka semua tau bahwa aku sudah 5 tahun menikah dan baru saja dikaruniai seorang anak. Namun ada juga beberapa teman akrabku yang tau jika bayiku adalah anak dari istri siriku.

Sebenarnya Alana pun sangat ingin memiliki anak dariku, aku tau dia selalu merasa kesepian jika kutinggal sendirian di rumah karena segudang kesibukan kerjaku, beberapa kali istriku itu mengajakku memeriksakan diri ke dokter. Aku sering menolaknya karena sebenarnya aku tau jika Alana normal dan subur. Namun untuk menyenangkannya aku pun menuruti keinginannya untuk berkonsultasi ke dokter. Dan seperti dugaanku, hasil pemeriksaan menyatakan kami berdua subur. 

Alana hanya tak tau, kalau sebenarnya selama ini aku yang belum menginginkannya melahirkan anak. Rahasia yang sampai sekarang masih kusimpan sendiri.

💫Bersambung💫

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Mrs Nuri
laki2 egois diluar nalar lebih memilih pnya anak dr wanita lain drpd dr istri yg katanya sangat dia cintai! Apapun alasannya terBrengsek dan terst*pid sih pd akhirnya ya nyakitin istri, hancurin RT dan siap2 kehilangan istri ..
goodnovel comment avatar
Kikid Sukantomo Adibroto
emang mungkin saja
goodnovel comment avatar
lia yuliana
egois bgt ya mas Wildan ini sebenarnya maunya apa??? katanya cinta sama istri lha kok malah punya anaknya sama wanita lain.... nyesek bgt rasanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status