Share

4

Raihan berulangkali mengubah posisi tidurnya. Kenapa ranjang empuk ini berubah menjadi duri yang membuat tubuhnya tak nyaman. Sekarang sudah jam sepuluh malam, besok dia harus menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk gara-gara penyamaran menjadi tukang ojek yang dilakukannya beberapa hari yang lalu.

Raihan bisa gila, wajah cantik yang itu terbayang-bayang nyata di matanya. Dua hari dia memendam rindu yang tak berkesudahan, rindu yang tak bisa diobati hanya dengan membayangkan wajahnya saja.

"Ada apa denganku?" Raihan bangkit, mengacak rambutnya putus asa. Dia bagaikan pengguna narkoba yang sakau. Pemuda tampan itu bangkit dari ranjangnya sambil meneguk air putih yang terletak di atas nakas.

Sejenak dia merenung. Lalu dengan cepat dia menyambar kunci motornya sambil mengumpat.

"Sial! Ada apa denganku?"

Hati menolak, tapi tubuh bergerak. Dia sudah memutuskan akan mendatangi wanita itu malam ini, dia butuh bertemu walaupun satu detik saja.

Raihan memasang jaket tebalnya, tidak lupa kaos kaki dan sarung tangan supaya dia tidak beku. Jarak desa Via dari sini sekitar dua jam jika motor melaju dengan kecepatan tinggi. Raihan tidak pernah merasa se gila ini, apa yang telah diberikan wanita itu padanya sampai-sampai dia memutuskan mencarinya tengah malam begini karena tak bisa tidur.

Di tempat berbeda, Via masih berkutat dengan tumpukan kertas di hadapannya. Ratusan lembar hasil Try out ini harus selesai dikoreksi. Matanya yang dipaksa untuk terbuka sudah memerah menahan kantuk. Jam satu malam, seharusnya dia sudah meringkuk dan menggulung dirinya dalam selimut. Mungkin ini salahnya yang suka menunda-nunda pekerjaan, dia berfikir memeriksa ratusan lembaran jawaban Try out ini adalah perkara kecil.

Via baru saja membalikkan satu lembar jawaban yang selesai di perikasanya saat mendengar pintu diketuk pelan. Gadis cantik itu waspada, sejauh ini desa ini sangat aman. Tidak pernah terdengar adanya perbuatan kriminal, tapi siapa yang mengetuk pintu malam-malam begini? Jam satu dini hari, bahkan semua orang sudah hanyut dalam mimpinya.

Via mencoba mengabaikan, namun pintu kembali diketuk tak sabaran. Via agak kesal bercampur waspada. Dengan cepat dia meraih jilbab panjangnya, sambil mencari palu yang biasa dia simpan di kolong tempat tidur.

Via berjalan mengendap endap, menyingkap tirai jendela itu perlahan. Dia melihat, punggung lebar dan tubuh tinggi menjulang. Tubuh itu tampak tak asing. Via melirik motor yang terparkir manis di halaman kos. Dia ingat, itu si mas ojek. Tapi mau apa dia malam malam begini?

Via membuka kunci pintu untuk menuntaskan penasarannya. Belum sempat dia membuka mulut, dia sudah di dorong tak sabar masuk kembali ke dalam rumah bersamaan dengan pria itu yang juga ikut menerobos.

Klik! Pintu di kunci pria itu tanpa meminta persetujuan. Via kaget dan tidak senang, laki-laki itu bahkan tak meminta izin untuk masuk.

"Apa yang mas lakukan?" Via menampakkan raut wajah kesalnya. Raihan melepas helmnya, membuang nafas perlahan.

"Di luar terlalu dingin, Mbak."

"Tunggu, tunggu! Apa maksud semua ini? Mas datang malam-malam lalu masuk tanpa permisi dan mengunci pintu kos saya." Mata Via menyipit, dia berusaha menahan diri agar tidak terpancing emosi.

Raihan bukannya meminta maaf, tapi kaki panjangnya malah maju membuat Via terdesak ke dinding. Gadis itu membentengi dirinya sendiri dengan menyilangkan tangan di depan dada.

Raihan memejamkan matanya sejenak, lalu menatap gadis cantik itu dengan pandangan putus asa.

"Aku merindukanmu, sampai-sampai aku tidak bisa tidur."

Mata Via terbelalak tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Apa laki-laki ini sedang tidak waras?

"Maaf," Via tersenyum hambar." Apa maksud semua ini?" Via menengadah menatap Raihan sengit.

"Aku merindukanmu, sampai sampai aku berubah gila." Kalimat itu di ucapkan dengan frustasi. Raihan kembali melangkah mendekat, berniat meraih lengan jenjang yang di balut gamis longgar bewarna hijau muda. Namun, tangannya ditepis Via dengan kasar.

"Jangan macam-macam, Mas! Keluar dari rumah saya!" Mata Via berapi- api.

Raihan tidak menyerah, dia malah lebih maju meninggalkan jarak satu jengkal di antara mereka. Sedangkan Via semakin panik.

"Boleh aku memelukmu? Setelah itu aku akan pergi."

Via menggeleng panik.

" Pergi! Sebelum saya berteriak."

"Peluk aku sekali saja. Setelah itu aku berjanji akan pergi." Raihan tak menyerah, dia mendekat sampai sampai kepala Via sudah menyentuh dadanya. Gadis itu mendorongnya kuat, tapi tenaganya yang kecil tak berhasil membuat Raihan mundur walaupun satu langkah.

"Pergi!" Via membentak.

"Aku jatuh cinta padamu," aku Raihan yang sudah putus asa, semua perasaan itu harus diungkapkan supaya tidak menyesakkan dadanya.

Via tercekat dan terbelalak tak percaya. Dia menggeleng sambil berkata, " jangan konyol, Mas! Keluar sekarang juga, anda sudah bertingkah seperti maling yang masuk rumah orang tanpa permisi."

Via berseru panik, entah keberanian dari mana, Raihan malah mendekat lalu memeluk gadis itu. Via meronta kasar, satu kali dorong, Raihan berhasil tersentak mundur.

Plak! Tangan halus itu mendarat kasar di pipi Raihan. Mata lugu milik gadis itu menatapnya benci

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status