Share

Bab 132

"Apa?"

"Eh, ini Mbak Ranum, ya? Bisa, panggilkan Soni, gak, Mbak? Ini penting!"

Laki-laki yang tak lain Satria memintaku memanggil Soni. Aku segera keluar dari tempat dudukku, lalu menghampiri Soni yang tengah menata barang di belakang.

"Son, ini Satria telpon, katanya kedai kebanjiran."

"Hah, apa?!"

"Kedai kebanjiran," kataku mengulang kata yang mengagetkan.

Soni menegakkan tubuh, mengambil ponsel dari tanganku, lalu menempelkannya ke telinga.

"Apanya yang banjir, Sat? Mesin kopi?" Soni berucap panik seraya sebelah tangan di pinggang.

Aku yang melihat kepanikan Soni, tidak ingin beranjak. Memilih diam di tempat mendengarkan apa yang terjadi dengan tempat usaha suamiku itu.

Beberapa saat Soni berbicara lewat telepon, dia memutuskan untuk pergi ke kedai kopi. Rasa was-was menghampiri, takut terjadi sesuatu dengan Soni yang pergi dalam keadaan panik.

Hati ini berbisik, meminta pada sang Khalik untuk keselamatan suamiku dalam perjalanan, maupun masalah yang menimpa agar cepat te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status