Share

Bab 143

"Bunda ...!"

Teriakan Shanum membuatku membuka tangan menyambut gadis itu masuk ke dalam pelukan.

Tidak hanya Shanum yang menyambut kedatangan kami, tapi juga Mama dan Mas Sandi.

Setelah pulang dari Bandung beberapa jam yang lalu, aku memutuskan untuk menjemput Shanum di rumah ayahnya.

Ternyata putriku sudah cantik dengan jepit rambut kupu-kupu yang bertengger di rambutnya.

"Harum sekali, Sha. Sudah mandi?" tanyaku menciumi kedua pipi itu.

"Sudah, Bunda. Dimandiin sama Mbak Aliya."

"Kok, mandi sama Mbak Aliya, sih? Mandi sendiri, dong."

Shanum hanya mengedikkan bahu seraya tersenyum. Aku masuk ke dalam rumah dengan diikuti Soni yang menenteng paperbag di belakangku.

"Aduh ... yang bulan madu. Gimana, sudah ada tanda-tanda kehidupan?" tanya Mama saat kami duduk di ruang tengah.

"Ini hidup, kalau mati mana bisa datang ke sini, kan?"

"Bukan itu, maksud Mama. Ah, suka pura-pura kamu, Soni."

Kami tergelak seraya menikmati tape goreng di sore hari ini. Shanum yang tahu aku membawak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
nurdianis
moga bahagia mas sandi
goodnovel comment avatar
Isabella
ah kasihan Sandy smg bahagia dg Aliya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status