Share

7. Suara Ciap Anak Ayam

Sepasang tangan dengan beberapa bekas luka yang cukup dalam, bergerak kepayahan mengerek air dari sumur. Suara cipratan air akibat gesekan timba dengan tepian sumur, berisik memecah kesunyian malam. Berulang kali air di timba itu muncrat dan tumpah karena lengan pria itu gemetar.

Tetes-tetes keringat meluncur dari wajah serta lehernya yang basah. Pria itu, Maymun, baru saja terbangun dari mimpi buruk. Mimpi berulang setiap malam yang menghantuinya. Mimpi mengerikan yang membuatnya depresi, menggila dan hilang kendali. Kemudian setelah bersusah payah kembali pada alam bawah sadarnya, Maymun lari ke luar rumah.

Si bujang lapuk itu mengguyur wajah dan sebagian kepalanya menggunakan air dari timba, berharap rasa takut, emosi dan gelisah sirna dalam seketika. Dia tidak ingin kembali tidur. Dia tidak ingin memejamkan mata meski sedetik pun.

Masih terpatri jelas dalam ingatannya sosok hantu perempuan berkebaya merah yang datang ke mimpinya. Seraut wajah seputih kapas, matanya semerah darah, kuku-kukunya seruncing garpu tala.

Maymun sangat ketakutan. Bunyi kelontang menggema ketika dia membanting timba logam ke tubir sumur. "Ini semua gara-gara Arman sialan. Kawan biadab!" teriaknya, lalu Maymun menjatuhkan diri, bersimpuh di permukaan tanah yang lembab. Tak dipedulikannya lagi celana katung hitamnya yang basah. Dia gemetaran, menggigil, menangis, oleh sebab dikejar bayang-bayang kesalahan dan dosa masa lalu.

Andai malam itu dia masih sadar. Andai malam itu Maymun tidak ikut-ikutan memperkosa gadis penjaja jagung dan kacang rebus yang kerap dia temui di setiap pesta hajatan. Ini semua gara-gara tuak dan ajakan Arman, si duda ringkih yang baru saja ditinggal bininya kabur bersama laki-laki lain.

Maymun masih terus merutuki diri dan memukul-mukul permukaan tanah dengan tinjunya ketika bunyi ciap anak ayam terdengar di telinganya yang caplang. Maymun berhenti, lalu menoleh ke sekeliling, lantas berpikir: anak ayam peliharaan siapakah yang telah terlepas dari kandang dan berkeliaran di tengah malam buta begini? Akan tetapi, kalau Maymun ingat-ingat lagi, tak ada satu pun tetangganya yang memelihara hewan ternak itu selain kambing dan lembu.

Bunyi ciap-ciap tersebut hanya sebentar saja, lalu menghilang. Berganti dengan derik jangkrik dan irama suara burung pungguk dari kejauhan. Maymun menggelengkan kepalanya kuat-kuat, mungkin barusan dia hanya salah dengar. Mungkin akibat kurang tidur semenjak beberapa minggu terakhir, membuat pikirannya dipenuhi bermacam waham dan halusinasi.

Setelah dirasa napasnya agak tenang, Maymun bangkit dari bersimpuh, lalu melangkah gontai ke pintu dapur yang dia tinggalkan masih dalam keadaan terbuka lebar.

Akan tetapi, belum lagi langkahnya mencapai pintu, ciap anak ayam itu kembali terdengar. Arah suaranya berasal dari bagian dalam rumah yang gelap gulita. Maymun berdiri mematung, terheran-heran. Kenapa anak ayam itu berpindah ke dalam rumahnya? Dan juga ... tak ada angin kencang yang berembus, tetapi kenapa obor yang terpancang di sudut ruangan itu bisa mati dengan sendirinya? Belum lagi indera penciumannya membaui sesuatu. Bau bangkai busuk yang menyengat berpadu aroma pandan dan melati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status