Share

3. Mengikuti Ujian

Dinan menyaksikan kekuatan tempur dari paman Agra, Dinan tak menyangka jika paman Agra memiliki kekuatan yang hebat seperti itu. Paman Agra menggunakan shield magic besar berwarna kuning portable, yang menahan serangan bos monster kepiting itu.

Namun, Shield itu pecah karena serangan kuat dari Bos Monster. Paman Agra terpental bersamaan dengan Dinan yang ikut terpental, mereka menatap tembok.

Paman Agra terluka, Dinan juga terluka karena serangan dari Bos Monster itu.

Dinan bangun dan melihat paman Agra kesusahan untuk bangun. Di sisi lain, para tentara bersembunyi di balik mobil di pinggir jalan atau tiang, mereka terus menembaki bos monster kepiting besar itu. Paman Agra lebih terluka karena membuat tameng untuk dirinya dan Dinan.

Punggung Dinan terasa sakit, sepertinya lebam. Dinan berusaha bangkit, dia menuju kearah Paman Agra yang terluka dalam cukup parah. Dinan membantu paman Agra bangun.

”Kau tidak apa-apa Paman?” Dinan memegang bawah pundak tangan kanan Paman Agra. Membantu Paman Agra untuk bangun, tenaga paman Agra sudah melemah karena energinya digunakan untuk menahan serangan monster besar itu.

Bos monster itu sudah terluka, namun tetap saja mengamuk. Para prajurit mulai mundur melihat situasi bos monster yang setidaknya harus dilawan oleh seorang Hunter minimal rank D. Para tentara biasanya mereka adalah rank rendah sehingga mereka menjadi prajurit dan bukan anggota sebuah guild. Biasanya mereka adalah rank E atau F, dan mereka dipersenjatai dengan senjata senapan canggih.

Bos monster itu tinggal sendiri sekarang, anak buahnya sudah tumbang. Dia melihat ke bawah dimana yang terdekat darinya adalah Paman Agra dan Dinan.

Monster itu terlihat marah, capit di mulutnya bergerak-gerak, ujungnya bertemu dan membuka, begitu terus.

Kuuukkkk!

Paman Agra berdiri, ”Dinan ...,” Paman Argo mengambil sesuatu dari kantongnya. Sebuah amplop, ”Jika kau selamat, berikan surat ini pada Sophie. Sophie Noemie adalah anakku. Dia adalah seorang Hunter terkenal dengan rank tinggi. Sampaikan salam sayangku padanya.”

Dinan kebingungan dan menerima amplop itu begitu saja. Punggung sebelah kiri Dinan masih terasa sakit, ”Apa maksud Paman? Ayo lari bersama.”

Paman Agra berjalan, mengambil kapak besarnya yang terjatuh, ”Tidak ada waktu Dinan. Kamu yang harus lari! Aku akan menahan monster ini.”

Paman Agra menyalurkan energinya ke kapaknya, energinya keluar. Dia bersiap untuk menghadang bos monster lagi, sementara Dinan masih mematung di belakang Agra.

Serangan pertama datang, enam tangan penuh dengan capit bos monster itu saling menyabet dan menghantam Agra. Paman Agra berusaha keras menahan setiap serangan dari bos monster kepiting itu.

Benturan energi terjadi, Paman Agra sekuat tenaga mencoba menahan kepiting raksasa itu.

”Cepat pergi Dinan!” Argo berteriak, saat itu dia sedikit lengah dan pukulan salah satu capit besar itu menghantam tubuhnya sebelah kiri.

Agra terlempar, Dinan terbawa emosi dan tak ingin menjadi pengecut lagi. Dia berlari ke arah Agra jatuh, luka benturan dari capit itu cukup kuat.

Bos monster itu mulai mendekati mereka lagi, suara tembakan dari sudut jauh memberondong monster besar itu. Bos monster itu teralihkan karena tembakan yang banyak, para tentara memberi kesempatan Dinan dan Agra untuk bisa lari dan menyelamatkan diri.

Dinan melihat situasi tersebut, dia membantu Paman Agra bangun dan memapahnya dengan mengalungkan tangan kanan Agra di pundaknya. Dinan membantu Paman Agra berdiri dan menjauhi bos monster itu.

Namun, monster itu melihat hal itu. Dia meraung lagi, Kuukkkkk!

Monster itu marah dan melompat kearah Dinan dan Agra. Dia merapatkan kedua capit di salah satu tangannya yang kanan dan membentuk energi lancip yang tercipta dari dua capit yang bertemu.

Capit itu cepat dan mengarah dua manusia yang mencoba menjauh tersebut, namun Dinan tak peduli dan terus lari. Dinan mencoba menjauh sejauh-jauhnya dengan segenap kekuatannya.

Crup!

Darah mengalir. Agra telah lebih dulu mendorong Dinan kuat, Dinan terpental beberapa meter karena energi Agra yang mendorongnya. Agra berharap Dinan dapat selamat.

Dinan kesakitan, dia membuka matanya dan melihat Paman Agra tubuhnya terkoyak oleh capit besar bos monster itu.

”Paman Agra!” Dinan terduduk lemas, seluruh tubuhnya gemetaran. Dia tak bisa berbuat apa-apa, dia hanyalah beban bagi orang lain. Dia merasa hanya selalu menjadi beban orang lain. Airmatanya menetes, Paman Agra tersenyum kepada Dinan, untuk yang terakhir kali.

Capit besar itu segera dikibaskan dengan kuat, tubuh penuh darah Paman Agra terlempar jauh hingga menabrak tembok gedung puluhan meter.

Dinan tertegun, tak bisa berkata apa-apa. Dia merasa tak berdaya sama sekali, merasa lemah dan hanya menjadi beban.

Apakah aku harus menjadi Hunter untuk dapat melindungi orang-orang yang kucintai?

Saat kebimbangannya belum usai. Di antara rentetan senapan yang mengeluarkan api dan menyerang bos monster itu. Bos monster itu masih melihat Dinan yang lemas, capitnya menyatu lagi dan mengarah ke tubuh Dinan.

Beberapa meter mendekati tubuh Dinan. Mata Dinan seolah menatap kosong dan dia pun berucap tanpa ekspresi.

”Membangkitkan!”

Wusshhh!

Serangan bos monster itu mengenai angin. Dinan lenyap begitu saja, apa yang tidak mau dilakukan oleh Dinan, akhirnya terpaksa dilakukan. Menjadi seorang Hunter dan memasuki menara.

Simbol dua sayap di punggung Dinan lenyap, setiap orang dapat melakukan pembangkitan kekuatannya hanya sekali seumur hidup. Mereka akan dilemparkan dengan diteleport ke salah satu menara magis di dekat mereka berada.

Dinan di teleport ke salah satu menara yang terletak di benua Eropa. Dinan seolah melihat kegelapan sejenak lalu berganti cahaya terang seperti berada di sebuah ruangan dengan tembok cahaya.

”Selamat datang di Menara pembangkitan!”

Sebuah suara terdengar, Dinan membuka matanya dan sedikit silau. Dinan melihat ke depan, seperti lorong bercahaya. Dinan mulai berjalan dan mencapai sebuah lengkungan seperti pintu dan pembatas. Dinan memasuki pintu itu.

Di depannya nampak sosok manusia yang melayang. Dia adalah lelaki berwajah bercahaya dan memakai lilitan-lilitan kain putih yang menutupi kepalanya serta ada dua tali yang berkibar dari ikatan di kepalanya dan berkibar ke belakang.

”Selamat datang, Hunter Dinan!” Lelaki bercahaya itu menatap Dinan.

Dinan mendekat lagi, ”Dimana aku? Apakah ini di dalam menara?”

Lelaki bercahaya itu berkata, ”Benar wahai manusia. Jika anda sudah bersiap memulai pembangkitan, silakan melewati pintu ini,” Lelaki bercahaya itu memberi tanda melalui tangannya kearah belakang, lelaki itu mundur.

Dinan ragu namun dia sudah bertekad, dia maju mendekati pintu yang tampak berukiran bersih itu. Dinan pernah membaca, setiap orang yang membangkitkan kekuatannya seperti menghadapi tutorial, menghadapi para monster yang seperti reality game. Selain itu, setiap manusia hanya bisa memasuki menara sekali dalam hidupnya, jadi pertimbangkan untuk mendapatkan kekuatan hebat dengan kemampuan terbaik.

Dinan membuka pintu bersih itu, pintu terbuka. Dari balik pintu, hamparan hijau rumput dan perbukitan nampak indah. Dinan sempat takjub. Informasi di menara berdasarkan orang yang sudah keluar darinya, bahwa waktu di dalam menara dengan waktu di dunia sangat berbeda. Ada aturan magis yang tak bisa dijawab oleh para Hunter.

”Hunter! Kalahkah bos monsternya agar Anda bisa melanjutkan ke lantai 2,” Suara di belakang Dinan. Dinan menengok, lelaki bercahaya itu tersenyum dan menghilang.

Jadi, Aku harus menyelesaikan bos monster di lantai pertama ini? Begitu pikir Dinan. Dinan meyakinkan dirinya, dia masuk dan melewati hamparan hijau rumput yang hijau itu.

”Bos monster apa di tempat seindah ini?” Begitu pikiran Dinan.

Di samping Dinan berdiri ada rak penuh lubang yang diisi oleh banyak senjata; mulai dengan panah, pedang, tombak dan banyak lagi dengan ukiran yang indah dan semua senjata itu terlihat kuat.

”Pilihlah senjata anda, Hunter!”

Suara yang tadi lagi, namun orang itu tak ada. Dinan harus bertarung? Dinan pun akhirnya memilih sebuah pedang dan tameng yang terlihat kuat. Aku harus menjadi kuat! Dia harus melindungi adiknya jika nanti keluar dari menara ujian ini.

Dinan kembali berjalan lurus setelah memilih senjata, tameng di tangan kiri Dinan. Dia berjalan menyusuri rumput hijau yang tampak indah sepanjang perjalanan. Seolah, ini bukan di dalam menara, melainkan seperti di tempat lapang tanpa ada sekat dinding. Dari beberapa titik, Dinan melihat seorang lelaki juga berjalan ke arah yang dituju Dinan, seorang lelaki yang memegang tombak.

”Apakah anda juga baru tiba di menara?” Lelaki yang memegang tombak itu  menyapa Dinan.

Dinan menoleh kearah lelaki tinggi putih itu, ”Benar.”

Lelaki tinggi itu bernama Raymond. Dia berumur sekitar 20 tahun dan ingin mengaktifkan kemampuannya, dia terlihat gemetaran memegang tombak, dia juga merasa tak memiliki pilihan kecuali menjadi Hunter dan mendapatkan pekerjaan yang bagus sebagai seorang Hunter. Itu adalah mimpinya.

Belum selesai mereka berbincang, ada tiga mahkluk setinggi perut manusia dewasa, gigi mereka tajam-tajam dan membawa tongkat pendek. Mata mereka bulat besar dan telinga kecil panjang menjorok ke atas. Tiga makhluk berwarna hijau itu langsung menerjang kearah Dinan dan Raymond. Dinan mengarahkan pedangnya dan Raymond menjulurkan ujung tombaknya ke depan.

Ujian dimulai....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ridwan Kani
semakin seru ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status