Share

Bertemu Lagi

Noah menoleh dan pupilnya sedikit melebar. “Ah, Gadis Kopi!”

Viona sontak tersenyum. Siapa sangka jika dia akan bertemu Noah di tempat seperti ini. Haruskah dia memulai percakapan? Ini adalah kesempatan emas untuk lebih dekat dengan Noah.

“Kau sudah menyelesaikan bukunya?” tanya Viona.

“Buku?” Noah terlihat sedikit bingung, namun segera melanjutkan perkataannya. “Ah, benar! Aku sudah membacanya hingga selesai dan ingin mengembalikannya, tapi aku tidak membawanya sekarang.”

Alasan! Sebenarnya Noah belum sempat membacanya hingga selesai karena sibuk mempersiapkan rencana untuk menangani tuntutan yang didapat RF Group. Dia bahkan lupa menaruh bukunya di mana.

Noah melihat penampilan Viona yang terkesan lebih dewasa dibanding pertemuan sebelumnya. Tatapannya kemudian berhenti pada bibir mungil yang dilapisi lipstik warna merah. Jarinya tanpa sadar mengusap bibir merah Viona dan membuat Viona tersentak.

“Maaf, aku hanya berpikir kalau warna merah tidak cocok untukmu dan tanpa sadar ingin menghapusnya,” ungkap Noah mengenai perilakunya yang tiba-tiba.

“A-ah, begitu rupanya,” balas Viona tergagap. Jantungnya berdebar sangat kencang seolah akan lepas dari tempatnya.

Sama seperti Viona, jantung Noah pun berdebar kencang. Dia merutuki dirinya sendiri dalam hati karena perbuatannya yang kurang ajar terhadap gadis yang baru dia temui dua kali.

Sejujurnya Noah terpesona dengan wajah cantik Viona. Bisa dibilang jika Viona adalah gadis pertama yang membuat Noah terpesona hanya dengan melihat wajahnya. Kulit seputih porselen, hidung mancung, bibir mungil, dan bahkan Viona memiliki bulu mata yang lentik. Viona terlihat seperti sebuah boneka hidup.

Di saat otaknya dipenuhi dengan bayang-bayang wajah Viona, ponsel Noah berdering, membuat lamunannya buyar seketika.

“Maaf, sepertinya aku harus ke belakang untuk menerima telepon,” ucap Noah sambil berlalu.

Viona tersenyum menanggapi Noah. Namun, bukan berarti dia akan diam saja. Diam-diam dia mengikuti Noah dari belakang dan hendak menguping pembicaraannya dengan seseorang di telepon.

Noah terlihat sangat serius dan beberapa kali menghela napas. Entah apa yang sedang pria itu bicarakan dengan seseorang di telepon hingga membuat raut wajahnya terlihat tidak bagus. Ah, sayang sekali karena Viona tidak bisa mendengar percakapan mereka.

Sebelum Noah mengetahui kalau dia sedang menguping, Viona kembali ke tempat duduknya dan berpura-pura memainkan ponsel.

“Kau sudah selesai?” ucap Viona ketika melihat Noah menghampirinya.

“Ya. Senang karena bisa bertemu denganmu lagi, tapi sepertinya aku harus kembali ke rumah.”

Setelah mendapat telepon, lalu kembali ke rumah. Apakah ada hal yang sangat penting sedang terjadi? Ah, Viona sangat penasaran.

***

Noah memarkirkan mobilnya di halaman depan dan bergegas masuk ke dalam rumah. Di sana, di sofa ruang tengah, seseorang yang disebut tamu penting oleh ayahnya tengah duduk dengan anggun. Meskipun ayahnya menyebut orang itu tamu penting, namun bagi Noah, orang itu sangat menganggu.

“Kau sudah datang?” ucap Daniel yang menyadari kehadiran Noah. “Duduklah!”

Tanpa mengatakan apa pun, Noah duduk di samping seorang gadis yang sedang bertamu tersebut. Gadis itu adalah putri dari kolega ayahnya sekaligus teman masa kecilnya dulu. Gadis manja yang selalu mengikutinya ke mana pun dan mengganggu ketenangannya.

“Noah, kau sudah mengenal Karin sejak lama, bukan?”

Pertanyaan konyol. Tanpa menjawab pun bukankah ayahnya sudah tahu? Namun, Noah tetap mengangguk sebagai jawaban. Karin – gadis di samping Noah – hanya diam mendengarkan, tidak seperti dirinya yang biasanya cerewet.

“Tidak perlu berbelit-belit, katakan saja inti pembicaraan ini!” tegas Noah. Dia tidak berniat meninggikan suaranya kepada ayahnya, namun keberadaan Karin membuatnya naik darah.

Daniel tersenyum. Sifat Noah yang tidak suka berbasa-basi memang sama dengan dirinya. “Ayah berniat menikahkanmu dengan Karin.”

Menikah?!

Bak disambar petir, Noah nyaris tidak bisa berkata-kata. Dia kemudian menoleh pada Karin yang tersenyum tipis. Dari senyuman itu, Noah tahu bahwa semua ini adalah ulah Karin. Gadis itu memang selalu meminta Noah untuk menjadi pasangan menikahnya sejak kecil, tak disangka jika keinginannya saat itu masih berlanjut hingga kini.

“Aku keberatan! Mengapa Ayah tiba-tiba ingin aku menikah dengan Karin?” tolak Noah. Apa pun akan dia lakukan untuk ayahnya dan perusahaan, namun untuk pernikahan, dia akan memilih pasangannya sendiri.

“Bukankah jika kita menikah akan memperkuat RF Group?” Karin tersenyum sembari menyilangkan kakinya. “Perusahaan ayahku ada di urutan nomor dua setelah RF Group. Jika kita menikah, RF Group akan menjadi perusahaan yang tidak terkalahkan.”

Lucu sekali! Tampaknya Karin menggunakan perusahaan sebagai alasan untuk bisa menikahinya. Noah tak habis pikir, dahulu ayahnya pernah menyuruhnya untuk menikah dengan orang yang dicintainya. Namun, mengapa sekarang dia justru terbujuk dengan siasat Karin?

Noah menghela napas panjang dan memijit dahinya. Dia sedang berpikir, bagaimana caranya agar pembicaraan ini selesai dan tidak akan pernah diungkit lagi.

“Ayah ... aku tidak bisa menikah dengan Karin. Aku sudah memiliki kekasih,” dusta Noah. Hanya itu satu-satunya cara yang terlintas di pikirannya yang sedang buntu.

Daniel dan Karin tertegun, tak menyangka dengan jawaban Noah yang menurut mereka mustahil.

Sebagai ayah, Daniel tidak pernah melihat Noah berkencan dengan satu gadis pun. Sedangkan Karin, dia sudah menyingkirkan semua gadis yang mencoba mendekati Noah sejak dulu. Asistennya pun berkata, kalau Noah tidak dekat dengan gadis mana pun. Namun, mengapa Noah mengatakan kalau dia memiliki seorang kekasih?

“Apa kau sedang membohongi Ayah?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status