Share

Aku Tidak Mau Menikah

Noah memasang wajah serius. Jika perkataannya kurang meyakinkan maka dia akan membuat ayahnya yakin dan mempercayainya.

“Aku serius, Ayah. Jika Ayah tidak percaya, aku akan memperkenalkannya lain kali.”

“Besok! Bawa kekasihmu ke hadapan Ayah saat makan malam.”

Besok? Tampaknya ayahnya belum mempercayai Noah sebelum melihat buktinya secara langsung. Namun, besok adalah waktu yang terlalu cepat. Bagaimana cara Noah mencari seorang gadis yang bisa diajak bersandiwara dalam waktu sesingkat itu? Ya, Noah benar-benar terjebak dalam permainannya sendiri.

“Baiklah! Aku akan membawanya besok ke hadapan Ayah. Tapi ....” Noah mengalihkan pandangannya pada Karin. “Ayah harus berjanji untuk tidak membahas pernikahanku lagi dengan Karin.”

“Baiklah. Ayah berjanji!”

Noah berdiri dan langsung pergi ke kamarnya. Dia harus berpikir dan mencari cara untuk menemukan seorang gadis untuk diperkenalkan pada ayahnya besok. Bukan gadis sembarangan, gadis itu harus cantik dan memiliki otak yang cerdas.

Sementara itu, Karin yang merasa kesal dengan perkataan dan perlakuan Noah, dengan sopan meminta ijin kepada Daniel untuk pulang. Mendapatkan hati Noah memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Meskipun dia sudah menyingkirkan semua gadis yang menempel pada Noah, pria itu tetap tidak pernah melihatnya.

Karin masuk mobil dan berteriak dengan lantang. Dia menggigit bibirnya, suatu kebiasaan yang dia lakukan saat marah.

“Kau berkata padaku, kalau Noah tidak berkencan dengan siapa pun! Lalu, mengapa dia mengatakan hal yang sebaliknya?!” geram Karin pada asistennya yang sedang menyetir.

“Maaf, Nona. Mungkin ada yang salah dengan penyelidikan saya.”

“Cari tahu siapa wanita itu! Aku akan menyingkirkannya!”

***

Di kamarnya, Noah tengah berbaring di ranjang sembari memejamkan mata. Tidak tidur, dia melakukan itu karena otaknya sedang berpikir keras. Bagaimana caranya menemukan seorang gadis untuk dijadikan kekasih palsunya? Oh, berapa kali pun dia berpikir, otak cerdasnya tidak bisa menemukan jawaban.

Helaan napas keluar dari mulut Noah. Dia mengalihkan kepalanya ke arah samping, ke sebuah sofa panjang yang selalu dia gunakan untuk membaca buku. Netranya kemudian terpaku melihat sebuah buku yang ada di atas sofa. Buku milik seseorang yang beberapa menit lalu dia temui di bar.

“Bar!”

Noah beranjak dari ranjangnya dan bergegas keluar dari kamar. Setelah melihat buku itu, bayang-bayang wajah seorang gadis yang belum dia ketahui namanya muncul seketika. Gadis yang cocok untuk menjadi kekasihnya. Ah, kekasih palsu lebih tepatnya.

Dengan kecepatan tinggi, Noah membawa pergi mobilnya ke sebuah bar yang sebelumnya dia datangi. Dia berharap jika gadis itu masih ada di sana. Namun ...

Terlambat! Tempat duduk gadis itu kosong. Noah mencari keberadaannya ke setiap sudut, namun tampaknya gadis itu sudah pergi sejak tadi.

“Apa ada yang bisa aku bantu, Tuan? Kau terlihat sedang mencari seseorang,” tanya Bartender.

Sial! Mengapa Noah tidak terpikirkan untuk menanyakannya kepada bartender? Mungkin saja bartender itu mengetahui sesuatu tentang gadis itu.

“Apa kau melihat gadis yang duduk di sini sebelumnya? Dia memakai gaun hitam selutut dan rambutnya di urai,” jelas Noah.

“Maksudmu Viona? Dia sudah pergi sejak tadi.”

Viona, nama yang bagus. Baru sekarang Noah mengetahui namanya, itu pun dari mulut orang lain.

“Apa kau memiliki kontaknya? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengannya.”

Bartender itu tampak berpikir sebentar. Dia terlihat ragu.

“Aku tidak bisa memberikan kontaknya ke sembarang orang. Tapi, aku bisa meneleponnya sekarang agar kau bisa berbicara dengannya.”

Noah mengangguk. Sesuai perkataannya, bartender itu pun menghubungi nomor Viona dan memberikan ponselnya kepada Noah. Tampaknya Viona belum tidur, gadis itu langsung mengangkatnya dalam waktu beberapa detik.

[Halo? Ada apa meneleponku?] tanya Viona di seberang telepon. Dia tidak tahu jika yang meneleponnya bukan temannya sang bartender, melainkan Noah.

Noah tampak bergeming sejenak. Padahal tadi dia sangat bersemangat untuk mengajak Viona menjadi kekasih palsunya, namun saat dia diberi kesempatan untuk berbicara, dia menjadi ragu.

“Maaf karena mengganggumu. Namaku Noah. Tadi kita sempat bertemu di bar dan hari sebelumnya kita bertemu di kafe. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu, bisakah kau datang ke RF Group besok? Aku akan menyampaikannya di sana.”

Noah tidak bisa mengatakan hal penting itu melalui telepon. Dia harus mengatakannya secara langsung di hadapan Viona. Namun, apakah Viona akan datang?

***

Tawa keras menggema mengisi keheningan kamar, Viona masih tak percaya dengan Noah yang tiba-tiba menghubunginya dan memintanya datang ke RF Group untuk membicarakan sesuatu. Bagaimana tidak? Rencana Viona untuk mendekati Noah menjadi lebih mudah karena Noah sendiri yang justru memintanya datang menghampirinya.

Meskipun Viona tidak tahu apa yang akan Noah bicarakan padanya. Namun, kesempatan bagus ini tidak akan disia-siakan olehnya.

Viona berdiri di hadapan cermin besar dan menatap gaun merah yang membalut tubuh langsingnya. Dia harus mengecek penampilannya sekali lagi sebelum pergi menemui Noah. Sebagai sentuhan akhir, dia mengoles lipstik pemberian Noah pada bibirnya.

“Semoga berhasil, Viona!” seru Viona pada dirinya sendiri. 'Berhasil menggoda Noah dan mendapatkan hatinya,' lanjutnya dalam hati.

Viona pergi menuju RF Group menggunakan taksi. Dia sengaja pergi pada jam makan siang karena tidak ingin menganggu Noah yang mungkin sibuk di jam kerjanya. Lagi pula, Noah tidak memberitahunya mengenai jam berapa dia harus datang ke RF Group. Jadi, dia bebas datang kapan saja, bukan?

“Permisi. Namaku Viona, aku datang untuk bertemu dengan Noah,” ucap Viona pada salah satu resepsionis.

“Apa sebelumnya Anda sudah membuat janji?”

“Ya, aku sudah membuat janji dengannya. Bisakah kau menghubunginya dan memberitahukan kedatanganku?”

Resepsionis itu mengangguk dan segera menghubungi Noah melalui telepon. Viona mengetuk-ngetuk jarinya di meja resepsionis, menunggu sang resepsionis selesai memberitahukan kedatangannya pada Noah.

Selang beberapa waktu, resepsionis menutup teleponnya dan berkata, “Direktur Noah sudah menunggu Anda di ruangannya. Mari, saya antar.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status