Viona sudah rapi menggunakan gaun panjang berwarna biru dengan sedikit polesan make-up di wajahnya. Kini dia tengah berdiri di depan gerbang rumahnya, menunggu Noah menjemputnya untuk makan malam. Selang beberapa waktu, sebuah mobil ferrari berwarna merah berhenti di depan Viona. Sang pemilik mobil mahal tersebut kemudian keluar dari mobilnya dan menghampiri Viona yang tengah berdiri mematung. “Apa kau menunggu lama?” tanya Noah yang baru saja turun dari mobil. “Tidak, aku baru saja keluar dari rumah,” jawab Viona. Noah membukakan pintu mobil untuk Viona layaknya seorang kekasih sebenarnya. Ya, pria itu memang terlalu perhatian hingga bisa membuat Viona jatuh hati padanya. Penampilannya juga sempurna meskipun memakai tuksedo berwarna biru muda yang senada dengan gaun Viona. Gaun yang dipakai Viona dan tuksedo Noah adalah sepasang. Setelah sampai rumah tadi siang, Noah tiba-tiba menghubungi Viona dan meminta alamat rumahnya. Dia tak menyangka jika Noah akan membelikannya gaun untu
Memang benar jika Karin hanya diam saja sejak tadi, namun dia tidak benar-benar diam. Dia benci melihat wajah Viona dan melampiaskannya pada makanan. Dia mengiris kecil-kecil sepiring steik dan mengunyahnya dengan kasar. Karin menaruh pisau dan garpu, lalu mengelap mulutnya dengan tisu. “Jika Noah memang sudah memiliki kekasih, aku tidak akan memaksanya untuk menikah denganku, Paman. Noah berhak bahagia,” jawab Karin dengan memasang wajah tenang.“Kau memang baik, Karin. Paman harap, kau masih bisa berhubungan baik dengan kami meskipun kau tidak jadi menikah dengan Noah.” Daniel mengalihkan pandangannya kepada Viona. “Viona ... mulai hari ini kau bisa berbicara santai padaku. Berhentilah memakai bahasa formal.” “Baik, saya –ah tidak!” Viona menggelengkan kepala. “Aku mengerti, Paman.” Ah, perut Viona terasa digelitik. Sudah lama sekali dia tidak menyebut Daniel dengan sebutan paman. Dahulu, dia kerap kali menyebut kata itu tatkala Daniel berkunjung ke rumahnya setiap sabtu dan mem
Di balik meja kerjanya, Noah hanya diam dan hanyut dalam pikirannya sendiri. Dokumen-dokumen yang menumpuk di mejanya bahkan belum tersentuh sedikit pun. Pria itu masih memikirkan kejadian semalam saat Viona tiba-tiba menciumnya dan pergi tanpa mengatakan apa pun.Mengapa gadis itu menciumnya? Apa yang ingin dia pastikan? Apakah dia selalu melakukan hal itu kepada semua pria atau hanya kepada Noah seorang? Noah sungguh tidak bisa menemukan jawabannya. Noah menghela napas, lalu menggelengkan kepala. “Ck! Berhentilah memikirkannya, Noah!” gumamnya mencoba menepis bayang-bayang Viona yang terus melintas di kepalanya.Suara dering singkat yang menandakan pesan masuk melalui ponselnya membuat fokus Noah teralihkan. Dia kemudian meraih ponselnya yang ada di samping laptop dan segera membuka pesan tersebut.‘Aku ingin makan malam berdua denganmu. Datanglah ke Kingfood Restaurant jam tujuh malam. Aku janji, setelah ini aku tidak akan mengganggumu lagi.’Noah menden
“Kau ...,” ucap Noah dengan suara lemah sebelum kesadarannya menghilang.Karin menggoyang-goyangkan bahu Noah untuk memastikan apakah pria itu sudah benar-benar tertidur atau belum. Dia kemudian tertawa kecil dan berbisik di telinga Noah. “Aku pasti akan membuatmu menikahiku ... Noah.”Karin menjentikkan jari kepada pria yang duduk tak jauh darinya. Tak lama setelahnya, pria yang merupakan asistennya itu datang dan berdiri di hadapan Karin.“Bawa Noah ke dalam ruanganku dan baringkan dia di ranjang,” titah Karin.Karena Kingfood Restaurant dikelola olehnya, Karin membuat ruangan kerjanya seperti kamarnya sendiri. Dia memiliki ranjang berukuran besar dan kamar mandi di dalam ruangan kerjanya.Asisten Karin mengangguk. Pria berbadan besar itu kemudian memapah tubuh Noah menuju ruangan Karin dan membaringkannya di atas ranjang. Karena tugasnya sudah selesai, dia berniat pergi dan berjaga di luar ruangan. Namun, Karin lagi-lagi menahannya.“Tetap di sini! Ka
Viona menghempaskan tubuh Noah di atas ranjangnya. Kejadian hari ini sungguh menguras emosi dan tenaganya secara bersamaan. Dia tidak dipercaya jika orang secerdas Noah bisa terjebak dalam rencana bodoh Karin. Pria itu tampaknya kurang waspada.“Sial! Seluruh tubuhku sakit sekali!” umpat Viona sembari duduk di sisi ranjang.Bayangkan saja, Viona menggendong atau lebih tepatnya menyeret tubuh Noah di punggungnya dari Kingfood Restaurant menuju taksi dan dari taksi menuju kamarnya. Ya, seluruh tubuhnya terasa remuk berkeping-keping.Viona memandang wajah Noah yang damai dalam tidurnya. Perlahan dia memposisikan kedua tangannya di leher Noah dan berpikir, bagaimana jika dia membunuh Noah untuk membuat Daniel sengsara alih-alih mendekati Noah dan hanya memanfaatkannya? Namun, pikiran itu segera ditepisnya dalam sekejap.“Lebih baik aku tidur saja,” gumam Viona dan segera membaringkan tubuhnya di samping Noah.Tak membutuhkan waktu lama untuk Viona memejamkan mat
Jantungnya nyaris keluar karena kekhawatirannya nyaris terjadi. Noah berdiri di dinding investigasi yang penuh dengan foto Daniel Rutherford dan hampir membuka tirainya jikalau Viona tidak segera berteriak.“Aku penasaran dengan dinding ini. Kenapa ditutupi tirai?”Ah, seharusnya Viona menyuruh Noah menunggu di luar tadi. Ini kesalahannya sendiri, namun syukurlah karena pria itu belum sempat membukanya.“Jangan membukanya! Itu ... itu penuh dengan foto ... foto telanjangku! Ya, benar!” gagap Viona karena terlalu panik dan harus mencari alasan yang masuk akal untuk mengelabui Noah hingga pria itu tidak akan berani membukanya.Noah berdeham dan wajahnya sedikit tersipu. Matanya hampir melihat sesuatu yang tidak boleh dilihat. Lagi pula, mengapa gadis seperti Viona memajang foto tanpa busana di dinding kamarnya? Hobi yang sangat aneh. “Maaf, aku tidak tahu,” lirih Noah.“Tidak apa-apa, aku yang salah karena tidak memberitahumu sebelumnya. Oh iya, cepat bersihka
Karin bergeming hingga beberapa saat. Sejurus kemudian, gadis itu membuka pintu kamarnya dan terkejut karena mengetahui bahwa Noah tidak datang sendiri. Begitu netranya melihat Viona, dia bergegas menutup pintu kamarnya lagi. Namun, Noah segera menahannya dengan menyelipkan kakinya di sela-sela pintu yang masih terbuka.“Tarik kakimu kembali jika tidak ingin terluka!” titah Karin yang hendak menutup pintu kamarnya secara paksa dan ...Brak!Akhirnya Viona menendang pintu kamar Karin hingga terbuka lebar, dia tidak tahan melihat Noah menyiksa dirinya sendiri dengan menyelipkan kakinya di sela-sela pintu padahal pria itu bisa memakai cara yang kasar.“Ups! Tenang saja, aku tidak merusak pintu kamarmu,” ucap Viona sembari masuk ke dalam kamar Karin. “Sayang, duduklah di sini. Karin sudah mempersilakan kita masuk, jadi jangan terus berdiri di sana,” lanjutnya berbicara kepada Noah.Noah nyaris tertawa dengan tingkah laku Viona yang terlalu ekstrim. Tubuhnya saja
Petugas itu tampak terkejut. Dua belas tahun yang lalu adalah waktu yang cukup lama. Mengapa gadis muda tersebut baru mencarinya sekarang? Kira-kira seperti itulah yang dipikirkan petugas tersebut.Selang beberapa waktu kemudian, sang petugas pemakaman kembali dengan beberapa dokumen di tangannya. Jika dilihat dari banyaknya dokumen, mungkin akan membutuhkan waktu yang lama untuk Viona mencari nama ibunya. Namun, bagaimana jika ternyata nama ibunya tidak ditemukan? Itu artinya Viona harus mencari ke tempat lainnya.Selama berjam-jam Viona menelusuri setiap nama yang dicatat hingga membuat kedua matanya lelah. Sylvia Evergreen. Sejauh ini nama itu belum ditemukan di beberapa dokumen yang Viona lihat tersebut.Viona menghela napas panjang begitu dia menutup dokumen terakhir yang dipegangnya. Lagi-lagi hasilnya nol. Sepertinya dia harus mengunjungi tempat lain yang belum dia kunjungi sebelumnya.“Apa Anda menemukannya, Nona?”Viona menggeleng lemah. “Tidak. Ter