Share

Kekasih Palsu

Di lantai 8, lift berhenti. Viona berjalan di belakang resepsionis yang sedang memandunya berjalan menuju ruangan Noah. Resepsionis itu kemudian berhenti di sebuah pintu berwarna putih dan mengetuk pintu tersebut sebanyak tiga kali.

“Direktur Noah, tamu Anda sudah datang.”

“Masuklah!”

Resepsionis membukakan pintu untuk Viona. Dia masuk bersama Viona hanya untuk membungkuk kepada Noah, lalu pergi begitu saja.

“Apa aku datang di waktu yang kurang tepat? Sepertinya kau masih sibuk dengan pekerjaanmu,” ucap Viona yang berusaha membuka percakapan.

Resepsionis itu berkata kalau Noah sudah menunggu Viona di ruangannya. Menunggu apanya? Noah bahkan masih sibuk berkutat dengan laptopnya.

Seperti mengetahui isi pikiran Viona, Noah sontak menutup laptop dan melepas kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya. Dia beranjak dari kursi kerjanya dan beralih menuju sofa.

“Silakan duduk,” sambut Noah dengan ramah.

Viona duduk di sofa yang berhadapan dengan Noah. Dia duduk dengan menyilangkan kaki dan menaruh tas kecilnya di samping.

“Jadi ... apa yang ingin kau katakan, Direktur Noah? Ah, aku tidak percaya jika pria di hadapanku ini seorang direktur dari RF Group.”

Kebohongan yang luar biasa. Viona seharusnya diberi sebuah penghargaan besar untuk aktingnya yang bagus itu.

Noah terkekeh. “Setelah dipikir-pikir, kita belum berkenalan dengan formal. Kalau begitu, aku akan memperkenalkan diriku terlebih dahulu. Aku Noah Rutherford, Direktur RF Group.”

“Viona. Itu namaku.”

Hanya Viona. Tidak ada nama belakang atau sejenisnya. Sebuah nama yang diberikan sang ibu yang merupakan orang tua tunggal.

“Baiklah! Karena kita sudah mengetahui nama satu sama lain, aku akan mengatakan maksudku secara langsung.” Noah menatap Viona dengan serius. “Jadilah kekasihku!”

Perkataan Noah membuat Viona tertegun. Serangan mendadak itu sangat tidak masuk akal. Tidak mungkin jika Noah menjadikannya kekasih hanya karena dua kali pertemuan. Jadi, apa yang sebenarnya pria itu inginkan?

“Maaf, apa perkataanku membuatmu terkejut? Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Aku butuh seseorang untuk berpura-pura menjadi kekasihku agar pernikahanku dengan wanita licik itu batal.”

Viona menyunggingkan bibirnya. Berpura-pura? Kata itu memang membuatnya sedikit kecewa, namun dia akan mengubah kepura-puraan itu menjadi kenyataan.

“Baiklah, aku rasa aku bisa membantumu.”

“Benarkah? Ah- maksudku ... terima kasih, Viona.”

Viona terkekeh melihat ekspresi terkejut Noah. Siapa sangka jika mereka akan saling memanfaatkan satu sama lain. Namun, situasi yang terjadi saat ini merupakan permulaan yang cukup baik.

“Oh iya! Apa kau senggang malam ini? Sebenarnya aku ingin memperkenalkanmu kepada ayahku pada saat makan malam. Dia berjanji akan membatalkan rencana pernikahanku dengan Karin jika aku membawa kekasihku ke hadapannya.”

Tunggu! Apa Viona tidak salah dengar? Makan malam dengan Noah dan ayahnya? Ayah Noah adalah Daniel, itu artinya Viona harus berhadapan dengan Daniel! Ah, apa ini sudah waktunya dia bertemu dengan pria paruh baya itu?

Viona berdeham kecil. Sejujurnya dia ingin menolak, namun karena dia sudah terlanjur mengatakan akan membantu Noah maka dia harus menyetujui ajakan pria itu.

“Ya, jika hal ini diperlukan untuk membuat ayahmu percaya dan bisa membuat pernikahanmu dengan wanita itu batal, aku akan ikut makan malam,” jawab Viona. Lagi pula, cepat atau lambat, dia pasti akan bertemu dengan Daniel Rutherford secara langsung. Mengkhawatirkan kejadian yang akan terjadi suatu hari nanti hanya membuang-buang waktu.

“Kalau begitu, aku akan menjemputmu nanti malam.”

“Baiklah.” Viona mengulurkan telapak tangannya ke hadapan Noah. “Berikan ponselmu?”

Tanpa banyak tanya, Noah pun memberikan ponselnya kepada Viona. Gadis itu kemudian memasukkan nomor ponselnya ke dalam kontak Noah dan menghubungi nomornya sendiri hingga ponsel miliknya berdering.

“Ini nomor ponselku. Aku akan mengirimkan alamat rumahku melalui pesan singkat–“

Brak!

Selesai dengan perkataannya, seorang gadis tiba-tiba muncul dengan membanting pintu. Di belakangnya ada seorang resepsionis yang sempat mengantar Viona ke ruangan Noah. Gadis itu berjalan menghampiri Noah dan Viona dengan wajahnya yang tampak marah.

“Maafkan saya, Direktur. Saya sudah memberitahunya kalau Anda sedang kedatangan tamu dan tidak ingin diganggu, tapi Nona Karin tetap menerobos masuk,” ucap resepsionis itu sembari membungkuk.

Noah menghela napas panjang. Dia tidak bisa menyalahkan resepsionis yang gagal mencegah Karin. Karin itu keras kepala, semua orang pasti kewalahan mengatasi egonya.

Dengan mengibaskan tangan, Noah menyuruh resepsionis itu pergi dari ruangannya dan membiarkan Karin tetap di sana. Lagi pula, Noah sudah terbiasa menghadapi Karin dan tahu bagaimana cara membuatnya diam.

“Ada urusan apa datang ke sini? Kau tidak lihat, kalau aku sedang berkencan dengan kekasihku?” ucap Noah sembari menyeringai.

“Kau harap aku percaya? Mana mungkin sepasang kekasih duduk berjauhan?” cibir Karin.

Viona terkekeh, setuju dengan perkataan Karin yang masuk akal. Dia sontak beranjak dari tempat duduknya dan pindah ke pangkuan Noah. Kedua tangannya kemudian melingkari leher pria itu.

Noah tersentak ketika mendapat perlakukan Viona yang tiba-tiba. Wajah Viona yang terlalu dekat membuat jantungnya berdebar sangat kencang, terutama bibir ranum gadis itu. Tanpa sadar, Noah menelan saliva yang tertahan di tenggorokannya. Seberapa kali pun dia mencoba mengalihkan pandangan, kedua matanya tetap terhipnotis oleh bibir indah Viona.

“Jangan melamun,” bisik Viona dan berhasil membuyarkan pikiran Noah.

Viona menempelnya pipinya dengan pipi Noah dan menyombongkannya di depan Karin. “Tidak peduli meskipun kami duduk berjauhan. Lagi pula, kami bisa menempel sedekat ini setiap saat,” ucapnya.

“Kau!” geram Karin. Dia mengepalkan tangannya dan menatap tajam ke arah Viona. “Aku akan membalasmu nanti!”

Sejurus dengan perkataannya, Karin pergi dengan amarah yang memuncak. Viona terperangah dengan sikap Karin yang tak terduga. Dia kira, Karin akan menjambak rambutnya atau melakukan hal lain, ternyata tidak.

Noah memalingkan wajahnya ke arah lain. Saat Viona menempelkan pipinya, sudut bibir mereka bersentuhan. Mengingat hal itu, wajah Noah terasa panas seperti terbakar sesuatu.

“Karin sudah pergi, sekarang kau bisa turun dari pangkuanku,” ucap Noah yang masih memalingkan wajahnya.

“Tentu,” jawab Viona sembari turun dari pangkuan Noah. “Ah! Karena aku sudah terlalu lama di sini, jadi aku akan pergi. Sampai jumpa nanti malam!” lanjutnya sambil berlalu.

Noah melihat punggung Viona menjauh, sontak membaringkan tubuhnya di atas sofa panjang sembari menutup wajahnya dengan lengan. Hanya sentuhan kecil saja jantungnya sudah berdebar kencang, bagaimana jika nanti dia mengulum bibir Viona atau berbuat sesuatu yang lebih? Apakah dia masih akan baik-baik saja?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status