Viona menghempaskan tubuh Noah di atas ranjangnya. Kejadian hari ini sungguh menguras emosi dan tenaganya secara bersamaan. Dia tidak dipercaya jika orang secerdas Noah bisa terjebak dalam rencana bodoh Karin. Pria itu tampaknya kurang waspada.“Sial! Seluruh tubuhku sakit sekali!” umpat Viona sembari duduk di sisi ranjang.Bayangkan saja, Viona menggendong atau lebih tepatnya menyeret tubuh Noah di punggungnya dari Kingfood Restaurant menuju taksi dan dari taksi menuju kamarnya. Ya, seluruh tubuhnya terasa remuk berkeping-keping.Viona memandang wajah Noah yang damai dalam tidurnya. Perlahan dia memposisikan kedua tangannya di leher Noah dan berpikir, bagaimana jika dia membunuh Noah untuk membuat Daniel sengsara alih-alih mendekati Noah dan hanya memanfaatkannya? Namun, pikiran itu segera ditepisnya dalam sekejap.“Lebih baik aku tidur saja,” gumam Viona dan segera membaringkan tubuhnya di samping Noah.Tak membutuhkan waktu lama untuk Viona memejamkan mat
Jantungnya nyaris keluar karena kekhawatirannya nyaris terjadi. Noah berdiri di dinding investigasi yang penuh dengan foto Daniel Rutherford dan hampir membuka tirainya jikalau Viona tidak segera berteriak.“Aku penasaran dengan dinding ini. Kenapa ditutupi tirai?”Ah, seharusnya Viona menyuruh Noah menunggu di luar tadi. Ini kesalahannya sendiri, namun syukurlah karena pria itu belum sempat membukanya.“Jangan membukanya! Itu ... itu penuh dengan foto ... foto telanjangku! Ya, benar!” gagap Viona karena terlalu panik dan harus mencari alasan yang masuk akal untuk mengelabui Noah hingga pria itu tidak akan berani membukanya.Noah berdeham dan wajahnya sedikit tersipu. Matanya hampir melihat sesuatu yang tidak boleh dilihat. Lagi pula, mengapa gadis seperti Viona memajang foto tanpa busana di dinding kamarnya? Hobi yang sangat aneh. “Maaf, aku tidak tahu,” lirih Noah.“Tidak apa-apa, aku yang salah karena tidak memberitahumu sebelumnya. Oh iya, cepat bersihka
Karin bergeming hingga beberapa saat. Sejurus kemudian, gadis itu membuka pintu kamarnya dan terkejut karena mengetahui bahwa Noah tidak datang sendiri. Begitu netranya melihat Viona, dia bergegas menutup pintu kamarnya lagi. Namun, Noah segera menahannya dengan menyelipkan kakinya di sela-sela pintu yang masih terbuka.“Tarik kakimu kembali jika tidak ingin terluka!” titah Karin yang hendak menutup pintu kamarnya secara paksa dan ...Brak!Akhirnya Viona menendang pintu kamar Karin hingga terbuka lebar, dia tidak tahan melihat Noah menyiksa dirinya sendiri dengan menyelipkan kakinya di sela-sela pintu padahal pria itu bisa memakai cara yang kasar.“Ups! Tenang saja, aku tidak merusak pintu kamarmu,” ucap Viona sembari masuk ke dalam kamar Karin. “Sayang, duduklah di sini. Karin sudah mempersilakan kita masuk, jadi jangan terus berdiri di sana,” lanjutnya berbicara kepada Noah.Noah nyaris tertawa dengan tingkah laku Viona yang terlalu ekstrim. Tubuhnya saja
Petugas itu tampak terkejut. Dua belas tahun yang lalu adalah waktu yang cukup lama. Mengapa gadis muda tersebut baru mencarinya sekarang? Kira-kira seperti itulah yang dipikirkan petugas tersebut.Selang beberapa waktu kemudian, sang petugas pemakaman kembali dengan beberapa dokumen di tangannya. Jika dilihat dari banyaknya dokumen, mungkin akan membutuhkan waktu yang lama untuk Viona mencari nama ibunya. Namun, bagaimana jika ternyata nama ibunya tidak ditemukan? Itu artinya Viona harus mencari ke tempat lainnya.Selama berjam-jam Viona menelusuri setiap nama yang dicatat hingga membuat kedua matanya lelah. Sylvia Evergreen. Sejauh ini nama itu belum ditemukan di beberapa dokumen yang Viona lihat tersebut.Viona menghela napas panjang begitu dia menutup dokumen terakhir yang dipegangnya. Lagi-lagi hasilnya nol. Sepertinya dia harus mengunjungi tempat lain yang belum dia kunjungi sebelumnya.“Apa Anda menemukannya, Nona?”Viona menggeleng lemah. “Tidak. Ter
Noah bisa mendengar suara Viona yang sedikit parau seperti baru bangun tidur. Namun, dia bersyukur karena gadis itu berada di rumahnya dan sudah menyelesaikan urusannya tadi pagi.“Maaf, sepertinya aku membangunkan tidurmu. Aku hanya ingin mengajakmu menonton drama musikal jam delapan malam nanti, apa kau bisa datang?” Pertanyaan itu mengandung harapan yang begitu besar. Noah berharap jika Viona menyetujui ajakannya.Entah apa yang sedang Viona lakukan di rumahnya, namun gadis itu terdiam cukup lama hingga membuat Noah mengira bahwa sambungan teleponnya terputus oleh jaringan.[Ah, maaf Noah ... aku masih belum sadar sepenuhnya. Kau mengatakan apa tadi? Drama musikal jam delapan malam?]“Benar. Aku memiliki dua tiket di tanganku.”[Baiklah. Kurasa aku bisa datang bersamamu. Kalau begitu sampai jumpa jam delapan malam, Noah!]Tuts. Sambungan telepon pun diputus secara sepihak oleh Viona.Noah mendengus. Hanya Viona yang berani memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak dan Noah tida
“Ide yang bagus. Sebenarnya aku sedikit penasaran dengan air mancur itu.” Ada rumor yang mengatakan bahwa jika kita melemparkan satu koin ke dalam kolam air mancur dan berdo’a dengan bersungguh-sungguh maka permohonan kita akan terkabul. Konyol memang. Rumor tersebut bahkan menjadi pro dan kontra. Ada yang mengatakan bahwa permohonan mereka terkabul, ada pula yang mengatakan bahwa itu semua bohong. Entah siapa orang pertama yang membuat rumor tersebut, namun orang itu berhasil menarik perhatian orang-orang bodoh. Meskipun begitu, Viona cukup penasaran dengan kebenarannya. Apakah permohonannya akan terkabul atau tidak. “Apa kau ingin membuat permohonan dengan melempar koin ke dalam kolam air mancur?” Noah juga pernah mendengar rumor tentang air mancur tersebut. Namun, dia tidak mempercayai hal mistis seperti itu. “Mungkin iya atau mungkin tidak. Tapi, kurasa aku akan mencoba dan membuktikannya. Bukankah kedengarannya cukup menarik?” Viona menarik sudut bibirnya. C
Viona tersenyum bahagia. Bukan karena menerima pernyataan suka dari Noah, melainkan karena rencananya untuk membuat Noah jatuh cinta tampaknya berhasil. Apakah memang semudah itu? Padahal Viona tidak pernah berbuat sesuatu yang akan membuat seorang pria jatuh cinta, lalu mengapa Noah ... ‘Tadi dia meminta berciuman, bukan? Apa karena ciuman itu, ya?’ pikir Viona.“Ini jawabanku.”Setelah mengatakan itu, Viona sontak berjinjit sedikit dan mengecup bibir Noah dalam waktu yang cukup lama. Dia tak peduli meski banyak orang yang menatapnya dengan berbagai macam ekspresi, bahkan sampai ada yang memotret. Viona hendak menyudahi kecupannya dengan menjauhkan tubuhnya dari Noah, namun tangan Noah tiba-tiba menarik pinggang Viona kembali mendekat.“Siapa yang mengizinkanmu menyudahinya? Aku bahkan tidak mengatakan apa pun.”Lagi. Noah menyatukan kembali bibirnya dengan Viona, memagutnya dengan lembut seolah gumpalan daging berwarna merah muda tersebut akan lenyap jika
Dengan perasaan yang campur aduk, Noah langsung memeriksa ke dalam kamar mandi wanita dan berharap kalau itu bukan Viona. Namun, harapannya sirna ketika melihat seseorang yang terkapar di kamar mandi tersebut adalah gadis yang baru saja menjadi kekasihnya.Noah mengecek denyut nadi di pergelangan tangan Viona. Denyut nadinya masih terasa meski sudah sangat lemah. Sejurus kemudian, Noah menggendong tubuh Viona yang tampaknya sudah kehilangan banyak darah dan membawanya ke rumah sakit menggunakan taksi yang sudah dipesan orang lain.“Hey! Apa yang kau lakukan?!” bentak seorang wanita paruh baya yang tak terima karena Noah merebut taksinya.“Maafkan saya, tapi saya harus segera mengantar kekasih saya ke rumah sakit.” Noah menundukkan kepalanya untuk meminta maaf kepada wanita paruh baya itu dan segera menyuruh sopir taksi untuk mengantarnya ke rumah sakit terdekat.Wajah Viona terlihat sangat pucat dan pendarahannya masih berlanjut. Noah terus menyuruh sopir taksi