Share

14. Pukulan Mendadak

"Kamu kenapa? Kok diem terus dari tadi?"

Aku menoleh ke arah dokter Ardhy yang tengah fokus menyetir. Entah kenapa pria ini mau membantuku.

"Maaf dokter, kalau dokter merasa terganggu. Saya hanya kepikiran dengan ibu mertuaku. Tadi nangis-nangis, rasanya gak tega ninggalin beliau."

"Hidup adalah pilihan. Dan kamu harus bisa terima konsekuensinya."

Aku mengangguk. "Terima kasih, dokter, sudah mau membantu saya."

Lelaki berlesung pipit itu tersenyum kecil. "Tidak perlu sungkan begitu, kita ini kan teman. Dan Arini ..."

"Ya, dok?"

"Emmh tolong jangan panggil saya dokter, kalau kita sedang tidak bekerja."

"Tapi dok--"

Dia menggeleng lagi. "Panggil nama saja, biar gak terlalu formal."

Aku hanya mengangguk. Rasanya benar-benar sungkan.

"Nah, sudah sampai. Kita turun dulu, Arini."

Aku mengangguk.

"Ini rumah sepupuku yang kuceritakan kemarin itu. Rumahnya kosong udah hampir setahun. Karena orangnya sedang melanjutkan studi di luar negeri. Ayo masuk!" ajaknya setelah membuka kuncinya.

Khas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
udah laporin aja Tiar biar dia d tahan .untung Tiar dn El g tau tmpt tinggal kmu yg baru .ati2 Arini klo mou keluar takut El dn Tair ngikutin kmu .karena dia ingin ngambil sertifikat rmh kmu ...
goodnovel comment avatar
Isabella
dasar laki laki gila
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status