Share

67. Rumah pohon

Part 60

"Kalau begitu aku akan selalu bersamamu dan membuatnya bersinar."

Aku terkekeh mendengar ucapannya. "Gombal!" tukasku sembari melangkah pergi.

"Hei, aku serius. Rin, tunggu, Rin!" cegahnya. Dia menyejajarkan langkahku.

Dia menarikku hingga kami saling berhadapan. Kutatap manik matanya yang berwarna hitam kecoklatan.

"Rin ..."

"Mas, kita bicara di rumah simbah. Ayo, kita pulang. Udah hampir maghrib."

"Oke, sayang."

Jalan-jalan sore hari ini cukup sampai di sini saja. Waktunya kita kembali ke rumah. Kurebahkan tubuh di atas kursi kayu.

"Wis ndelok pasar maleme, Nduk?"

"Sampun, Mbah. Ini buat simbah. Manisan pepaya."

"Walah Nduk, alhamdulillah. Banyuwudhu sik, Nduk, Cah bagus, sholat."

"Nggih Mbah."

Mbah Uti pergi sholat di mushola terdekat, sementara aku dan Mas Bian sholat di rumah berjamaah berdua. Dia jadi imamku, terenyuh rasa di hati, ketika mendengar suaranya mengaji, meski penampilannya hampir mirip preman.

Mas Bian kembali meledekku. "Tadi katanya mau bicara di rumah.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Arif Zaif
buah dari ketulusan hati,semoga kelian berdua bahagia
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status