Share

Pertama Masuk Kampus

"Kita sudah sampai, karena Marcho sudah ada di sekolahnya, aku akan mengajak kamu masuk untuk mendaftar ke kampus ini, aku berharap, kedepannya kamu tidak membuat masalah," singgung Gana.

"Iya, aku janji sama kamu."

Begitu takjub saat Victoria membuka kaca mobil, ternyata universitas impiannya sudah ada di depan mata, itu artinya, impiannya terwujud. Dan satu hal lagi akan membawanya kepada impiannya yang kedua.

"Ayo turun!"

"Eh, iya."

Victoria melihat begitu luasnya universitas yang dia pilih sendiri ini, dia sangat membayangkan hal-hal akan terjadi di kampusnya ini, bahkan suatu kebahagiaan yang selama tiga tahun dirinya selalu menempelkan poster idolanya itu.

Gana dan Victoria telah selesai mendaftar, dan Victoria resmi diterima, itu akan membawanya menjadi seorang atlet profesional dan internasional.

"Aku kerja! Kamu kalau ada apa-apa, hubungi saja aku, dan jangan membuat masalah, itu akan mencoreng nama baik Deraldi yang terkenal di kota ini."

"Siap bos!"

Victoria hanya menuruti suaminya itu, karena tidak lama setelah itu, dia ingin melihat semua yang ada di dalam kampus. Sedangkan Gana pergi.

"Gawat! Karena aku terlalu lama mengurus wanita ini, aku akan terlambat, ini pertama kalinya aku terlambat soal pekerjaan."

Gana segera pergi, dia sudah memutuskan untuk bisa percaya dengan Victoria, walaupun rasanya berat saat mengetahui sesuatu yang ada di university ini adalah impian terbesarnya bertemu dengan seseorang, dan seseorang itu tentu lawan jenis.

Sedangkan Victoria masih terus berjalan ke arah lorong kampus itu, terus berkeliling mencari sesuatu, sampai di tangannya ada bola basket yang melayang dan ditangkap olehnya. Victoria mencari siapa pemilik bola basket ini. Namun, dia tidak menemukannya.

"Milik siapa ini? Ah, kalau tidak ada pemiliknya, mungkin ini dari langit untuk menjadi milikku."

Terlihat ada tempat dekat taman kampus, di mana burung sangat cantik sedang melihatnya.

"Hey, burung ini sangat cantik, senangnya bisa bertemu dengan burung secantik ini, mungkin ini salah satu tempat favorit ku saat aku tidak enak hati," ucapnya.

Tawanya terpancar begitu ceria, ini pertama kalinya dia tersenyum lebar semenjak meninggalnya Marcella.

"Andaikan di rumah ada burung secantik ini, tapi mungkin harganya mahal, di New York tidak ada yang seperti ini."

Victoria mengikuti burung itu untuk saling berkomunikasi, ada rasa nyaman karena dia telah menemukan tempat yang cocok untuknya bercerita.

"Eh, aku kasih nama kamu saja. Jose, aku suka sekali nama itu. Apa kamu mau?"

Victoria menunggu respon burung itu, dengan cepat mendapatkannya. Akan tetapi Victoria mengerti respon Jose yang mengangguk kepadanya, dengan cepat mereka seperti berteman lama.

Bola mata Victoria terpancar dimata burung itu, mungkin sudah menyukainya saat pertama kali mereka bertemu, bahkan saat tangan Victoria mengeluarkan coklat untuk burung itu.

"Diam-diam saja makan ini, rasanya lezat, kamu harus mencoba, ada kacangnya juga, pasti kamu suka," katanya menyodorkan kepada burung itu.

Burung itu memakan coklat yang ada di telapak tangan Victoria, mereka terlihat akrab walaupun baru pertama kali bertemu.

"Andaikan saja aku menikah dengan orang yang aku cintai, mungkin aku sudah menjadi orang yang paling bahagia," ucapnya di depan burung itu.

Victoria teringat satu hal yang membuatnya sedih kembali, namun dia mengerti semua adalah cobaan hidupnya yang baru saja di mulai.

Sekarang adalah waktu di mana dirinya harus pulang, tidak perlu berlama-lama di dalam kampus karena jam kuliahnya memang sudah selesai, walaupun Victoria hanya berkenalan dan melihat sedikit suasana kampus.

"Bagaimana pulangnya? Apa aku harus pulang sendiri? Tapi, aku lupa dengan jalan utamanya, apa aku hubungi saja itu orang? Ah, aku gengsi."

Victoria menunggu Gana di gerbang kampus, terlihat mobil yang berhenti di depan matanya seperti mengawasi dirinya dari dalam mobil yang tertutup dengan kaca.

"Mobil siapa? Apa itu Gana?"

Victoria mendekati mobil tersebut, tidak mau lama berdiri hanya untuk menunggu suaminya menjemput, karena dia belum hafal arah jalan ke rumah Gana

"Hey, siapa kamu? Apa kamu Gana?"

Victoria mengetuk kaca mobil itu, namun tidak ada suara atau menjawab pertanyaannya, bahkan mobil itu pergi begitu saja.

"Eh. Kenapa pergi? Berarti bukan Gana dong? Apa tadi salah orang? Lalu, siapa yang ada di dalam sana?"

Baru Victoria memikirkan orang yang ada di dalam mobil yang telah mengintainya, dan mobil Gana datang tepat di belakang Victoria.

"Cepat masuk!"

Sumber suara itu sangat di kenali Victoria, membuatnya menoleh untuk bisa marah kepada Gana yang sudah terlambat menjemputnya.

"Kamu akhirnya datang juga."

Baru saja Victoria bicara, Gana melebarkan mata seolah dirinya sedang terburu-buru, mungkin memang ada acara yang penting.

"Cepat masuk atau aku tinggal!"

"Iya, aku masuk, kenapa juga jadi kamu yang marah. Yang telat jemput siapa?"

Saat Victoria masuk ke dalam mobil, Gana memberikan kotak berwarna merah kepada Victoria.

"Ganti sekarang!"

"Apa? Ganti untuk apa?"

"Ganti karena aku mau memperkenalkan kamu dengan kolega paling berpengaruh di perusahaan aku, aku tidak mau kamu pakai kaus itu."

"Kolega? Aku semakin bingung sama kamu, kalau kamu malu untuk menjadi suami aku, kenapa juga kamu menikahi aku? Aku lebih nyaman menggunakan kaus ini daripada gaun terbuka yang kurang bahan," tolak Victoria.

Gana menghentikan mobilnya. Dia sendiri yang mengendarai mobil dan itu membuatnya melirik ke arah Victoria, rasanya tidak mau kalau Victoria akan membencinya karena hal ini.

"Baiklah, kamu bisa pakai itu, tapi ingat. Kamu harus tersenyum dan sopan saat bertemu dengan kolega aku ini, aku mau bekerja sama dengannya, beliau membawa istrinya, jadi kamu harus berhati-hati untuk menjaga ucapan kamu, sebenarnya aky sedikit ragu, tapi aku akan memberikan kesempatan untuk kamu untuk berbaur dan beradtasi dengan dunia aku ini."

"Huh! Merepotkan!"

Gana hanya menggelengkan kepala saat Victoria seakan menyepelekan semua yang baru saja dia katakan kepada istrinya ini. Karena sebelumnya dia juga tidak pernah memperkenalkan koleganya dengan Marcella.

"Jangan menatap aku seperti itu! Aku tidak akan membuat masalah, tenang saja, jangan pernah meremehkan orang lain kalau kamu belum mengenalnya," kata Victoria.

"Kalau begitu lakukan! Aku hanya perlu kamu ikut dan diam, jawab saja yang perlu kamu jawab, dan lakukan yang aku lakukan."

"Siap bos besar, aku akan menuruti perintah," kata Victoria meledek.

"Hey, kenapa juga aku membawa Victoria, karena Mr, Jern dan Mrs, Jern pasti memiliki kualitas wanita yang berkelas tinggi, sedangkan Victoria, dia sendiri hanya memakai pakaian sederhana, dan kenapa baru sekarang mereka mau bertemu dengan Istriku? Nanti kalau dia membuat masalah, bisa rusak semuanya," batin Gana sedikit melirik ke arah Victoria.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status