Share

Perjalanan Ke Rumah Kolega

"Selamat siang Mr, Jens Mrs, Jens, perkenalkan ini Istri saya," kata Gana memperkenalkan istrinya kepada koleganya itu. Akan tetapi mereka melihat penampilan Victoria dari atas sampai bawah.

"Kamu membawa pembantu?"

Lirikan Victoria terlihat marah sampai memukul mereka berdua dengan tangannya. Mereka marah dan memutuskan kerja sama dengan perusahan Gana.

"Astaga! Tidak mungkin!"

Gana menghentikan bayanganya sendiri, memutuskan lebih fokus lagi mengendarai mobil sampai ke tempat tujuan.

Begitu ingin rasanya mengganti pakaian Victoria dengan gaun yang sudah di beli dari butik ternama di sana.

"Kita mau sampai kapan di dalam mobil? Kenapa lama sekali, jujur aku lapar sekali, barangkali kamu lupa jalan, lebih baik kamu telpon dulu saja kolega kamu itu," protes Victoria tidak bisa menahannya lagi.

Gana juga merasakan hal yang sama, namun karena rumah koleganya ada di bagian utara, maka dia harus menempuh perjalanan cukup lama, dan dia juga sudah meninggalkan Marcho di rumah.

"Eh, kenapa kita berhenti di sini?"

Mata Victoria tidak melihat dengan betul apa yang sudah dilakukan Gana, tepat di depan rumah makan besar yang tidak lain adalah rumah makan miliknya sendiri.

"Makan, kamu tidak mau?"

"Mau!"

Victoria bergegas keluar dari mobil untuk bisa mendapatkan tempat yang paling dia sukai, namun sebenarnya Gana bebas menempati ruang yang dia inginkan, karena rumah makan di sekitar sana, adalah miliknya. Hampir 50 rumah makan seperti ini adalah sumber penghasilannya, belum lagi hotel bintang lima yang selama ini dia rintis selama dirinya masih belia karena diwariskan oleh kedua orang tuanya yang telah tiada saat ini.

"Aku mau makan semua yang ada di menu ini!"

Gana terbelalak dengan yang dipesan Victoria, ternyata istrinya sangat rakus dalam hal makanan.

"Boleh 'kan? Aku sangat lapar, tidak bangkrut juga kalau aku makan banyak, kantong sultan kamu pasti bisalah bayar semuanya," kata Victoria.

"Iya, terserah kamu," jawab Gana singkat.

Gana menggelengkan kepala, dia sendiri santai karena tidak perlu membayar semuanya, mungkin Victoria belum mengetahui semuanya milik Gana, dengan cepat pelayan itu pergi untuk menyiapkan makanan pesanan Victoria.

"Makan saja dulu kalau sudah ada makanan, aku mau ke toilet," pamit Gana.

"Ok, aku akan makan dengan lahap tanpa kamu, makanan seenak itu lebih enak di makan sendiri."

"Terserah!"

Gana pergi, dia segera berjalan ke arah dapur, mungkin karena dia membutuhkan bantuan pelayan untuk memasukkan sesuatu di makanan Victoria.

"Masukin bubuk ini ke dalam makanan!"

Pelayan itu menganggukkan kepalanya, dia mengerti perintah Gana untuk mencoba meracuni wanita yang bersamanya.

Saat ini Gana bersembunyi untuk melihat pelayan tadi mengantarkan makanan kepada Victoria, dengan jelas jika Victoria masih mengambil minuman dan tidak menyentuh makanannya.

"Di mana Gana? Apa dia kabur karena tidak mau membayar semua ini?"

Victoria terus melangkahkan dirinya untuk mencari Gana ke toilet, yang pasti dia tidak mau ditinggal karena tidak memegang uang.

"Huh! Untuk apa dia mencari aku? Apa dia sudah mengetahui rencana aku ini? Aku harus segera muncul sebelum dia lebih berani untuk masuk ke dalam toilet."

Gana keluar, dia menepuk bahu Victoria dari belakang, betapa terkejutnya Victoria melihat Gana yang gugup seperti itu.

"Dari mana?"

"Aku, dari toilet," jawabnya.

"Apa betul? Tadi aku mencari kamu di sana, tapi tidak ada, jangan bilang kalau kamu mau kabur karena tidak mampu membayar makanan," tuduhnya.

"Hey, sembarangan. Apa yang kamu pikirkan itu membuat aku tersinggung!"

"Haha, tersinggung? Sungguh aku tidak percaya."

Victoria mengikat rambutnya, rasanya gerah sekali dengan rambut yang mulai panjang, semenjak dia tinggal dengan Marcella, kakaknya melarang Victoria untuk potong rambut.

"Gana. Apa boleh aku potong rambut pendek? Gerah tau, aku mau berlatih juga. Kalau rambutku panjang seperti ini, tidak enak."

Gana melihat rambut yang menurutnya cantik, rambut yang pertama kali membuatnya memiliki perbandingan dengan istrinya yang dulu.

"Tidak! Aku lebih suka dengan rambut kamu itu, kalau kamu potong rambut, maka lebih baik kamu tidak akan ikut bertanding atau berlatih basket."

"Astaga! Aku tidak mau, aku akan tetap ikut berlatih dan konsisten dengan tujuan awal aku menikah dengan kamu, dan satu hal yang kamu harus tau, aku tidak mau semuanya ini sia-sia."

Gana diam, dia hanya melewati Victoria saat istrinya sudah selesai bicara, terlihat jika Gana menyembunyikan rasa kagumnya kepada istrinya.

"Ada apa dengan dia? Aneh!"

Victoria kesal dengan Gana, sudah berapa lama dirinya harus menunggu untuk menunda makannya, maka dia harus segera kembali ke tempat tadi.

"Gana, kamu jangan makan banyak. Karena kamu tidak pesan tadi, biarkan aku yang makan dan kamu tidak, karena aku sudah sangat lapar, sudah sepatutnya kamu mengalah."

"Terserah kamu!"

Gana hanya bisa melihat semua makanan lezat di makan oleh Victoria, namun itu bagus, karena dia sudah memberikan bubuk obat tidur di dalan makanan tersebut.

"Makan yang banyak! Aku tidak mau kamu pakai kaus itu, sedangkan nanti pasti aku yang malu dan menanggung semuanya, bukan hanya itu, dia juga tidak bisa bertingkah saat dia tertidur," umpatnya sudah yakin.

"Enak, yang sering-sering beli yang kayak begini, aku pasti bersyukur punya suami macam kamu," kata Victoria.

Gana hanya melihat dengan sinis, dia sedang menunggu, kapan Victoria bisa tertidur lelap.

"Haduh, kenapa rasanya kantuk sekali? Apa makanan tadi punya efek kantuk ya?"

Victoria melihat jika dirinya mulai menempelkan tangannya di atas meja, dan menjatuhkan kepalanya di atas lengannya.

"Bagus, dia sudah tertidur. Waktunya eksekusi untuk membawanya pergi tapi sebelum itu aku harus mengganti kaus polosnya itu."

Gana membawa Victoria ke tempat paling aman di dalam rumah makan itu, tentu ada ruangan khusus untuknya bisa menggantikan istrinya gaun, tidak masalah karena dia sudah sah.

"Cantik juga kalau begini. Eh, aku tidak boleh macam-macam, bisa gawat kalau aku mulai jatuh cinta sama dia."

Gana segera menyelesaikan apa yang menjadi rencananya, Victoria sudah berganti gaun cantik yang panjangnya di atas lutut.

"Ini baru pantas menjadi Istri Gana. Lebih anggun seperti kamu Marcella."

Gana di dalam mobil, dia ingin segera membawa Victoria pergi bertemu dengan koleganya, mungkin akan datang saat tengah malam dan harus menginap satu atau dua hari bersama mereka.

"Victoria, bangunlah. Kamu jangan tidur terus."

Gana menepuk bahu Victoria ketika sudah ada di depan rumah koleganya, terlebih karena waktu sudah larut sekali, sebelum dia keluar dari mobil, ternyata ada dua preman yang mengetuk pintu mobil Gana.

"Gawat, siapa mereka semua? Jangan-jangan kalau mereka itu rampok? Dan rumah Mr, Jens sedang dirampok besar-besaran, ini tidak bisa didiamkan!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status