Share

Chapter 4. Siapa Wanita itu?

"Selamat untuk pernikahan kalian berdua," ucap Tuan Ammar pada Azriel dan Shafiqa saat gilirannya menyalami kedua mempelai ini.

 

Lelaki pemilik perusahaan "Maju Bersama" tersebut datang memberikan ucapan selamat kepada Azriel selaku rekanan bisnis perusahaannya dan juga Shafiqa yang dulu bekerja sebagai sekretarisnya. 

 

"Terima kasih, Tuan Ammar," ujar Azriel dengan senyum yang sedari tadi tidak lepas dari bibirnya.  Shafiqa yang di sampingnya pun, turut tersenyum menyambut kehadiran mantan bosnya tersebut.

 

"Kamu cantik sekali, Shafiqa. Kalian benar-benar pasangan serasi," timpal Nyonya Julaika—istri Ammar.

 

"Terima kasih, Nyonya," jawab Fika dengan santun.

 

Tuan Ammar datang tak hanya memberi ucapan selamat saja untuk mereka berdua. Lelaki itu juga memberi hadiah mewah untuk pengantin baru tersebut. 

 

Acara pernikahan kedua mempelai ini benar-benar berlangsung begitu meriah dan lancar.  Aneka makanan dan kudapan mewah disediakan dengan berbagai varian. Para tamu banyak yang berdecak kagum dengan konsep yang dirancang oleh tuan rumah. Benar-benar pesta yang mewah dan tentunya menelan banyak biaya.

 

Di sudut ruangan, sepasang netra menatap nanar kedua pasangan yang tengah berbahagia tersebut. Ada banyak dendam disertai kebencian yang begitu memuncak.

 

"Hai Bianca, rupanya kamu hadir juga di sini," sapa Mira dalam balutan gaun pesta yang begitu mewah.

Bianca menatapnya dengan penuh rasa iri. Melihat keglamoran gaun beserta perhiasan yang Mira kenakan.

 

Sudut bibir Bianca tertarik mundur, “Sialan … harusnya aku ikut menikmati kerja keras Ziel. Bukan malah ‘Wanita Serakah’ ini yang menghabiskan.” Bianca hanya bisa membatin semua dalam hatinya.

 

“Tentu saja aku datang Mira. Untuk memastikan bahwa apa yang menjadi milikku, selamanya akan tetap jadi milikku. Aku bahkan, bisa memastikan. Perempuan itu tidak memiliki pengalaman ranjang sepertiku,” kekeh Bianca dengan pongahnya.

 

“Asal kamu tahu, Bia. Gadis itu lebih seram dan menakutkan ketimbang dirimu. Jangan tertipu dengan tampang polosnya. Di balik senyumnya yang manis itu, tersimpan bisa yang dapat membunuhmu dalam sekejap,” tutur Mira sembari berbisik.

 

Dahi Bianca seketika mengerut ketika mendengar penuturan Mira.

 

"Well … mari kita lihat kalau begitu. Siapa yang lebih dipilih Ziel. Aku atau perempuan kampungan itu!" tandasnya.

 

Langkah kaki jenjang Bianca meninggalkan Mira yang masih bergeming di tempatnya. Mira menatap punggung Bianca dengan senyum yang sulit diartikan maknanya.

 

'Sila berakting dengan baik. Aku akan menjadi penonton drama yang kalian perankan," decak Mira dengan senyum miring.

 

Sementara itu, Bianca sudah melenggang menuju panggung di mana pengantin tengah menggelar resepsinya. Gaun dan lenggokan tubuhnya yang seksi menjadi daya tarik tersendiri bagi para undangan yang hadir. Belum lagi, belahan rendah kerah bajunya yang menampakkan bagian dadanya membuat para lelaki membelalakkan netra mereka lebar-lebar.

Sayangnya, hal itu adalah sesuatu yang menjijikkan bagi para kaum perempuan yang ikut menemani para suami mereka di acara tersebut. 

 

"Pah! Jaga matamu. Melihat begitu saja sampai melotot! Dasar kamu ya!" seru salah seorang wanita setengah baya yang kebetulan suaminya tengah melihat penampilan Bianca.

 

Belum lagi suara sumbang lainnya yang ikut mengomentari penampilan Bianca. Yang disambut persetujuan perempuan-perempuan yang lain.

 

"Penampilannya tak kalah seorang pelacur!"

 

"Iya … benar itu!" sahut Ibu-ibu berkonde yang kebetulan dilalui oleh Bianca. 

 

Sayangnya, ucapan mereka sama sekali tidak mempengaruhi Bianca yang terus berjalan menghampiri sepasang pengantin yang tengah berbahagia. Azriel begitu kaget melihat siapa yang berjalan menuju ke arahnya. Pria bermata saphire itu sampai menyipitkan netranya takut dia salah mengenali.

 

"Hai Sayang. Mengapa kamu kejam sekali terhadapku. Padahal, aku sangat mencintaimu. Aku bahkan rela memberikan kehormatan secara cuma-cuma kepadamu," kata Bianca tanpa malu-malu.

 

"Maaf Bia … aku–" 

 

"Apa kamu sudah lupa kalau kita pernah menghabiskan banyak waktu berdua? Mengapa kamu malah memilih menikahi perempuan lain?" potong Bianca begitu saja. Tiba-tiba dia memeluk Ziel dengan begitu mesra.

 

Gadis blonde itu kini terlihat terisak. Dia menangis dan berharap Azriel menaruh iba. Sayangnya, itu hanya membuat Azriel kikuk karena Shafiqa dapat mendengar semua yang dikatakan Bianca. 

 

"Kamu jangan gila, Bia! Aku tidak pernah mencintaimu!" sela Ziel sambil mendorong tubuh Bianca menjauh.

 

"Kamu boleh berkata demikian. Satu hal yang harus kamu tahu! Sampai kapan pun, aku akan setia menunggumu. Aku rela menjadi yang kedua, Ziel." Akting gadis itu benar-benar memukau. Shafiqa yang berada di situ bagai melihat telenovela. 

 

Tiba-tiba, Bianca menatap Shafiqa sambil berkata, “Kamu sengaja mengumpankan tubuhmu untuk mendapatkan uang bukan? Perempuan sepertimu pasti hanya ingin menjadikan kekasihku mesin pencetak uang!”

 

"Kamu benar-benar keterlaluan! Silakan tinggalkan tempat ini! Aku tidak pernah mengundangmu!" hardik Ziel dengan tangan yang menunjuk ke arah pintu keluar.

 

Shafiqa yang kebetulan berada di sampingnya sampai terhenyak kaget. Dia tidak menyangka jika pria yang baru beberapa jam yang lalu menjadi suaminya tersebut mengusir gadis blonde tersebut. Semua pasang mata menatap ke area pelaminan yang tampak sedikit gaduh.

 

“Sayang … kamu mengusirku?” Bianca bertanya seperti orang bodoh.

 

“Cepat pergi dari sini sebelum aku memanggil keamanan untuk menyeretmu!” bentak Ziel dengan kasar.

 

Kejadian itu benar-benar menyita perhatian banyak orang. Untung saja, tamu sudah tidak seberapa banyak karena acara inti telah selesai lebih dulu. Tanpa menunggu dua kali, Bianca meninggalkan tempat tersebut disertai dendam yang membara.

 

Tak lama, Azriel dikejutkan oleh Shafiqa yang tiba-tiba ikut meninggalkan pelaminan. 

 

“Kamu mau pergi ke mana, Shafi?” tanyanya dengan suara menggelegar.

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status