Share

Chapter 5. Darah?

“Mengapa buru-buru masuk? Apa kamu sedang cemburu atau kamu sudah tidak sabar untuk melakukan malam pertama kita?” tanya Azriel sambil membelai tubuh istrinya.

 

Shafiqa mengalihkan atensinya dengan membelakangi Azriel. Sayangnya, tangan laki-laki itu benar-benar tidak bisa diam sampai membuat satu desahan lolos dari mulut Shafiqa.

 

"Tolong … jangan begini," keluhnya.

 

"Bukankah kamu biasanya suka? Mengapa sekarang kau tidak suka? Kamu juga sudah menyetujui pernikahan ini. Mengapa sekarang menolakku?" tanya Ziel dengan wajah semakin mengendus tengkuk Shafiqa dari belakang.

 

"Tu–"

 

"Berapa kali aku harus mengingatkanmu akan hal itu? Mengapa kamu mengubah panggilanmu padaku?" potong Ziel sambil membalikkan paksa tubuh perempuan yang kini sudah sah sebagai istrinya tersebut.

 

Wangi jasmine dari tubuh Shafiqa semakin membuat pria di hadapannya tersebut kembali menunduk dan mengendus ceruk lehernya dari depan. Perempuan cantik itu hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Mencoba menghentikan sesuatu yang membuatnya terasa geli.

 

"Jangan sekarang … aku belum siap," ujar Shafiqa akhirnya.

 

Ziel mengernyitkan dahinya. "Sejak kapan kamu berhak menolak? Bukannya kamu selalu berkata, 'apa yang ada padamu adalah milikku semua’, hmmm?" 

 

Shafiqa menarik mundur tubuhnya dari jangkauan pria yang baru saja menjadi suaminya itu. Namun, Ziel menarik tangan perempuan itu dengan cepat, sehingga Shafiqa terjatuh dalam pelukan pria bermata sapphire tersebut.

 

“Diamlah … mari kita bersenang-senang,” bisik Ziel yang membuat sekujur tubuh Shafiqa meremang.

 

Pria tampan tersebut mulai melakukan aksinya. Respons malu-malu dan tak biasa dari perempuan miliknya ini, membuat Ziel bingung. Namun, tak dipungkiri, respons Shafiqa membuatnya semakin tertantang.

 

“Aauuww … sakiiit!” Suara Shafiqa menjeda aksi suaminya.

 

Pria tampan itu terheran-heran ketika merasakan sesuatu menghalangi aksinya. Namun, hasratnya yang memuncak membuat Ziel terus beraksi. Walau mendengar rintihan istrinya, dia tidak peduli.

 

“Sayang, kamu benar-benar berbeda malam ini,” puji Ziel terus-menerus.

 

Sementara itu, Shafiqa hanya bisa pasrah dan mulai menikmati perlakuan suaminya ini. Semakin lama, Ziel merasa tubuh istrinya akan menjadi candu yang setiap saat ingin dinikmatinya.

****

 

Tepat pukul 11 siang, Ziel sudah terbangun karena ingin buang air kecil. Setelah menuntaskan hajatnya dia kembali ke pembaringan. Dilihatnya tubuh polos istrinya yang meringkuk kedinginan karena selimut yang dia kenakan tertarik oleh dirinya tadi sewaktu bangkit dari tempat tidur. Dia menatap tubuh putih mulus bak pualam itu dengan tatapan penuh gairah. Sama sekali tidak ada cacat yang membuat sakit matanya. 

 

Hanya satu tahi lalat kecil yang berada di atas pantat bagian kanan yang sekal dan membuat Azriel membelainya dengan gemas.

 

“Hai … kamu sepertinya tidak rela jika tubuh wanitaku terlihat mulus tanpa cela, ya,” ucapnya dengan konyol sambil mengusap tahi lalat kecil tersebut.

 

Ziel bermaksud membenahi letak selimut istrinya, tetapi justru hal itu malah membuat Shafiqa terbangun lalu menggulung tubuh mulusnya dengan selimut yang dikenakan.

Perempuan itu bangkit menuju kamar mandi. Tanpa sengaja, netra sapphire pria itu menangkap bercak darah yang mengering di atas sprei putih tempat mereka memadu kasih semalam.

“Darah apa itu?” Ziel tanpa jijik memegang dan mendekatkan pada indera penciumannya. 

 

Dia lalu berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi dengan membawa sprei yang telah kumal tersebut. Tepat pada saat yang sama pintu kamar mandi terbuka dan Shafiqa muncul dengan raut keheranan.

 

Apa ini darah perawan? Tapi, milik siapa? Aku dan Shafira sudah pernah melakukannya di klub malam! Hei, siapa kamu sebenarnya? Jangan membuatku kehilangan kesabaran!” Suara Ziel benar-benar mengerikan. 

 

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status