Share

BAB 2

Sekarang, melihat Annisa memberi perhatian khusus pada salah seorang pasien VIP disana, tentu saja Henry dipenuhi oleh perasaan cemburu. Sementara, ia sudah berusaha dengan berbagai cara, namun tidak satupun dari semua itu dapat menarik perhatian Annisa.

Henry sudah memperhatikan pasien bernama Awan tersebut selama beberapa minggu terakhir. Tidak ada data istimewa tentang dirinya, selain namanya yang singkat, Awan.

Cukup mengherankan, bagaimana seseorang tanpa identitas seperti itu bisa dirawat di ruang VIP?

Pertanyaan Henry, sedikit terjawab ketika Awan sering menerima kunjungan dari banyak orang penting dan berpengaruh. Dan yang paling sering berkunjung di antara mereka, tentu saja adalah Amanda.

"Sial, bagaimana laki-laki tidak jelas seperti dia bisa mendapat perhatian dari wanita-wanita cantik." Pikir Henry dengan kebencian yang semakin mendalam terhadap Awan.

Tentu saja, Henry dibuat terkagum dengan kecantikan Amanda. Hal itu lah yang semakin memantik kecemburuan Henry terhadap Awan. Seolah tidak cukup Annisa saja, tapi semua wanita cantik seakan tidak habis mengerubungi Awan.

'Apa istimewanya pemuda tersebut?'

Henry, tentu saja sudah menyelidiki tentang identitas Awan lebih lanjut. Berkat koneksi keluarganya dengan pihak rumah sakit, Henry dengan mudah dapat mengakses data Awan.

Namun, sekali lagi, Henry harus kecewa dengan data yang didapatkannya. Ia hanya mendapatkan satu nama dalam data tersebut, yaitu nama Awan. Tidak ada data lainnya, seolah Awan tidak memiliki identitas apapun selain nama singkat tersebut.

'Namun bagaimana bisa, orang-orang penting selalu mengunjunginya?'

Tanpa Henry sadari, ternyata divisi zero adalah organisasi yang bertanggung jawab untuk menyembunyikan identitas Awan. Mengingat ingatan Awan yang hilang dan statusnya yang sensitif. Musuh-musuhnya akan menargetkannya, jika sampai tahu keberadaan dan kondisi Awan saat ini.

Kembali ke Henry, terlanjur diliputi perasaan cemburu. Henry tidak lagi peduli dengan identitas misterius Awan, ia berniat untuk mencelakai Awan, karena Awan dianggap sebagai satu-satunya penghalang Henry untuk bisa mendapatkan Annisa.

Henry telah membuat perencanaan yang sangat matang demi bisa memuluskan tujuannya. Untuk itu, ia telah menyewa beberapa preman yang bisa disuruhnya. Tentu saja, Henry tidak terlibat langsung dan ingin tetap bermain bersih. Ia memerintahkan beberapa pengawal keluarganya untuk mengurus semua itu untuknya.

Saat waktu yang direncanakannya, Henry mendekati Annisa saat jam pulang. Hari itu, mereka memiliki jadwal yang sama. Sehingga Henry memiliki alasan yang jelas untuk menawarkan Annisa pulang.

"Maaf, Henry. Aku sudah memesan taksi online untuk pulang ke kosan." Tolak Annisa sopan. 

Annisa sudah lama tahu tujuan Henry mendekatinya. Annisa bahkan sudah menolak dengan tegas pernyataan Henry terakhir kali. Namun, Henry seakan tidak pernah menyerah untuk terus berusaha mendekatinya.

Bagi Annisa, tentu saja tidak ada siapapun selain Awan yang ada dihatinya. Tidak peduli betapa tampan atau kayaknya Henry, Annisa tidak akan pernah tergerak pada pria manapun selain Awan. Setelah ikrarnya di kampung saat itu, sejak saat itu, hanya Awan satu-satunya yang ada dalam hatinya.

Henry tersenyum masam ketika kembali mendapat penolakan seperti itu. Namun, ia dengan cepat merubah ekspresinya, ia dengan tetap tersenyum berkata, "Kalau begitu, ijinkan aku menemanimu ke lantai bawah, sambil menunggu taksi onlinemu datang."

Annisa merasa sedikit kesal, melihat betapa tidak tahu malunya Henry. Bahkan, ia masih tidak menyerah ketika Annisa menolak tawarannya. Akhirnya, Annisa dengan berat terpaksa mengangguk. Akan terlalu kejam rasanya, jika Annisa memasang jarak yang terlalu jauh dengan Henry. Bagaimanapun mereka masih teman seangkatan dan berasal dari kampus yang sama.

Sebenarnya, Annisa bisa saja meminta Rahma, sahabatnya untuk pulang bersama hari itu. Hanya saja, Rahma masuk setelah shift Annisa malam ini.

Meski bersedia di antar oleh Henry, Annisa berjalan sedikit mengambil jarak ketika berjalan di samping Henry. Ia menjaga hijab di antara mereka, karena mereka hanya sebatas teman dan ada batasan yang tidak boleh dilewati begitu saja.

Meski sedikit kecewa, tanpa disadari oleh Annisa, sudut bibir Henry tersenyum licik. Itu merupakan sebagian kecil dari rencananya. Tanpa sepengetahuan Annisa, Henry dengan cepat mengetikkan sesuatu di ponselnya dan mengirimnya pada seseorang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status