Share

BAB 3

Awan saat itu sedang berbaring malas di atas ranjang rumah sakit, ia merasa asing dengan semua hal baru yang ditemuinya setelah terbangun dari koma panjangnya. Lebih parahnya, ia sama sekali tidak ingat siapa dirinya, masa lalunya dan orang-orang di sekelilingnya.

Satu hal yang diketahuinya, semua orang yang datang silih berganti menjenguknya adalah orang-orang yang peduli dengan dirinya. Di antara mereka semua, ada dua wanita yang paling sering membesuk dan menemaninya, Annisa dan Amanda. 

Tentu saja, Annisa adalah yang paling sering, karena dia juga tugas di rumas sakit tempat ia di rawat.

Awan sudah menghapal semua orang yang bertemu dengannya beberapa waktu belakangan ini. Tentu saja, Annisa dan Amanda memberi kesan yang sedikit berbeda di antara semuanya.

Itu bisa dirasakan Awan dari cara mereka memperhatikan dirinya. 

Bagaimanapun Awan hanya kehilangan ingatan, bukan perasaannya. Mendapat perhatian dari dua wanita cantik, layaknya bidadari seperti keduanya, tentu saja membuat Awan merasa bahagia. 

Ia bahkan mulai bertanya-tanya, apa ia bisa menjalin hubungan romantis dengan keduanya?

Serakah ya?

Baik Annisa maupun Amanda, memiliki cara mereka sendiri ketika dekat dengan Awan. Annisa terang-terangan menunjukan perhatiannya pada Awan. Sementara Amanda, bersikap lebih cuek, namun tidak menampik kalau semua itu merupakan bagian dari bentuk perhatiannya.

Berada didekat mereka, membuat Awan merasa seperti raja yang mendapat pelayanan istimewa dari dua orang bidadari cantik.

Saat Awan sedang memikirkan kedua wanita tersebut, sebuah ketukan di pintu kamarnya, membuat Awan kembali ke dunia nyata.

Dengan sedikit cemberut Awan segera berkata, "Masuk."

"Maaf menganggu waktu anda, mas." 

Saat itu, seorang security rumah sakit masuk ke dalam ruangan Awan.

"Ada apa?" Tanya Awan heran. Karena itu pertama kalinya ada security masuk ke dalam ruangannya.

Seharusnya malam ini ada Lana, Xynthia atau tidak Chiya yang akan berjaga. Tapi, mereka telah mengabari jika mereka akan terlambat datang malam ini.

"Saya hanya ingin menyampaikan pesan dari dokter Annisa, mas."

Mendengar nama Annisa disebut, Awan tidak lagi menyoalkan kelancangan security yang menganggu lamunannya.

"Iya, ada pesan apa?"

Security tersebut tersenyum tipis sembari berkata, "Dokter Annisa meminta mas Awan untuk menemuinya di bawah. Katanya, ada sesuatu yang mau diberikannya. Dia sudah terlanjur pulang tadi dan baru teringat jika ada sesuatu yang hendak diberikannya pada mas Awan, ternyata malah ikut kebawa dan lupa diberikannya. Jadi, dokter Annisa meminta saya untuk memanggil mas Awan."

"Oh, begitu. Ayo, kita temui Annisa kalau begitu." Ujar Awan polos tanpa menyadari tujuan jahat dibalik ajakan si security.

Security tersebut membawa Awan ke lantai bawah, tepatnya menuju basemen parkir. Disana telah menunggu beberapa temannya, tentu saja dengan niat jahat mereka.

"Kenapa kita kesini? Dimana dokter Nisa?" Tanya Awan bingung, karena tempat yang mereka tuju bukanlah basemen parkir seperti ucapan si security sebelumnya. Melainkan sebuah ruangan yang tidak jauh dari tempat parkir rumah sakit, tempat itu relatif sepi karena biasanya digunakan sebagai gudang.

Selain itu, ruangan cukup gelap karena tidak ada penerangan.

"Oh, soal itu... dokter Nisa sudah menunggu di dalam. Katanya, ia ingin memberikan hadiahnya langsung pada mas Awan." Jawab si security beralasan.

Awan mulai curiga karena gelagat security tersebut terlihat sangat aneh. Namun karena ia berpikir bahwa security tersebut dikirim oleh Annisa, Awan coba membuang kecurigaannya.

Tanpa ragu, ia mengikuti langkah si security masuk ke dalam ruangan.

"Pak, bukankah ini terlalu gelap?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status