Share

BAB 4

Awan coba meraba-raba, karena matanya tidak bisa menangkap cahaya apapun di dalam sana. 

Tidak ada jawaban apapun yang terdengar. 

"Pak?" Panggil Awan sekali lagi.

Masih hening, tanpa ada balasan dari security. Sampai beberapa saat lamanya, lampu di ruangan tersebut tiba-tiba menyala.

Clap.

Awan sedikit menyipitkan matanya sambil menutupnya dengan tangan. Lampu ruangan yang tiba-tiba menyala cukup menyilaukan dan membuat matanya harus beradaptasi sejenak.

Setelah matanya bisa menangkap dengan jelas keadaan di sekelilingnya, Awan sangat terkejut. Disana sudah ada 10 orang pria berbadan besar yang sedang menatapnya dengan tatapan yang seolah siap untuk menelannya hidup-hidup.

"Apa-apa maksudnya ini? Dimana dokter Nisa?" Tanya Awan terkejut.

Awan tidak melihat dokter Nisa ada disana, hal itu membuat Awan merasa dipermainkan oleh security yang tadi membawanya kesana.

"Dokter Nisa? Hahaha, tentu saja dia tidak ada. Disini hanya ada kami, hahaha." Jawab si security.

Saat itu, Awan baru mulai merasa gelisah. Ia tidak menduga, jika security yang membawanya ternyata berniat jahat padanya. Melihat disana sudah ada sekelompok orang, jelas mereka memiliki tujuan yang tidak baik.

"Kenapa? Apa aku pernah menyinggung kalian sebelumnya?" Tanya Awan sediit ketakutan.

"Menyinggung kami? Tentu saja tidak. Hanya saja, kamu telah menyinggung orang lain dan orang tersebut tidak senang. Makanya dia meminta kami untuk menyingkirkanmu."

Glek. 

Awan terkesiap dan keningnya sedikit berkerut. Dia saja baru sadar dari komanya, bagaimana bisa dia menyinggung orang lain? Awan lalu teringat dengan Annisa. Ia tidak masalah dengan orang-orang ini menyakiti dirinya, Awan akan merasa bersalah jika mereka juga berniat mencelakakan Annisa.

"Lalu, dimana dokter Nisa?" Tanya Awan khawatir jika hal yang sama juga menimpa Annisa.

"Hehehe, kamu tidak usah khawatir dengan dokter cantik itu. Bos kami pasti akan menjaganya dengan baik. Cukup khawatirkan saja nasibmu sendiri."

Nada orang yang sedang bicara tersebut, jelas menyiratkan ancaman. Awan menjadi gugup, ia tidak tahu bagaimana caranya agar bisa keluar dari sana, mengingat orang-orang ini mengelilingi dirinya. Melihat badan mereka yang besar-besar, mustahil bagi Awan dapat melewati mereka.

"Sebaiknya kalian memikirkan apa yang baik buat kalian, sebelum kalian menyesalinya." Ancam Awan coba mengubah pemikiran mereka, sembari mencari cara agar bisa selamat dari sana.

"Siapa yang ingin kamu takuti, hah? Tentu saja tidak akan ada orang yang tahu tentang kejadian hari ini. Kami akan membunuhmu, lalu membuang mayatmu jauh ke lautan sana, setelah memutilasi tubuhmu terlebih dahulu. Mustahil ada orang yang dapat menemukanmu." Ujar salah seorang preman diselingi dengan tawa.

Mendengar itu, Awan mau tidak mau meneguk saliva, cemas. Ia tidak bisa membayangkan akan berakhir disana dengan cara yang begitu menyedihkan.

Tidak sabar, pemimpin preman memberi kode anak buahnya untuk segera menyelesaikan Awan.

"Tidak, kumohon kalian jangan melakukan ini..."

Bug.

Belum sempat Awan menyelesaikan ucapannya, preman yang berdiri dibelakangnya menendang punggung Awan dengan sangat keras.

Seketika Awan jatuh tersungkur ke depan dengan cara yang cukup menyedihkan.

Seolah tidak cukup sampai disana, pria lainnya segera maju untuk menyerang Awan.

Bug bug bug

Delapan orang dari mereka, menyerang Awan secara bergantian. Awan menjadi bulan-bulanan para preman kejam ini.

"Anjir, keras banget badan bocah ini. Tangan gue sampai sakit dibuatnya." Ujar salah seorang preman, setelah menghajar Awan dengan tangan kosong beberapa kali. 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
adhitya arbi
gk pernah update lagi
goodnovel comment avatar
rustan talib
sangat bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status