Share

BAB 9

Annisa menunggu Awan di depan pintu ruangan tempat Awan dirawat dengan perasaan cemas. Ini sudah 30 menit dan Ia masih belum mendapatkan kabar apapun dari Amanda. Annisa sudah coba menghubungi nomor Amanda beberapa kali, tapi nomor tersebut sedang sibuk dan tidak dapat dihubungi.

"Nona Amanda datang." Ujar Chiya tiba-tiba.

"Dimana?" 

Annisa melihat ke luar disepanjang lorong rumah sakit, tapi tidak menemukan keberadaan Amanda dan Awan.

Berkebalikan dengan yang dilakukan oleh Annisa, Chiya justru berbalik masuk ke dalam ruangan. Benar saja! Didalam ruangan sudah ada Amanda yang saat itu sedang membaringkan Awan di atas tempat tidur.

"A-apa yang terjadi dengan Awan-san, nona Amanda?" Tanya Chiya sedikit terpekik karena terkejut, begitu melihat Awan dalam keadaan pingsan dan seluruh pakaiannya dipenuhi oleh darah.

Annisa segera berbalik karena mendengar pekikan Chiya dan menemukan Amanda dan Awan ternyata sudah ada di dalam ruangan. Sama halnya seperti Chiya, Annisa sangat terkejut mendapati Awan berlumuran darah.

"Amanda, a-apa yang terjadi dengan uda?" Tanya Annisa khawatir. Ia bahkan segera memeriksa kondisi Awan dengan lebih cermat.

"Ini darah siapa?" Tanya Annisa lebih lanjut, karena tidak menemukan satupun luka dan heran kenapa terdapat banyak darah di pakaian Awan.

"Kalian tenang dulu! Awan tidak apa-apa. Ini bukan darahnya. Nanti akan ku jelaskan detailnya."

Amanda dengan cepat menutup pintu ruangan dan berbalik pada Annisa dan CHiya, sembari berkata, "Tapi, sebelum itu, kita perlu membersihkan Awan dulu."

Amanda tidak ingin menambah masalah, jika seandainya ada yang tiba-tiba datang dan menemukan banyak darah. Meski Amanda bisa menanganinya, namun ia tidak ingin menambah masalah yang tidak perlu saat ini.

Annisa tampak sedikit lega, meski masih penasaran dengan apa yang terjadi, Ia tidak menolak ide Amanda untuk membersihkan noda darah di tubuh Awan.

Masalah lain muncul, ketika siapa yang harus membersihkan Awan?

Baik Amanda maupun Annisa tampak sama-sama canggung dengan wajah memerah semerah tomat.

Mereka sadar, jika mereka sama-sama memiliki perasaan khusus terhadap Awan. Sekarang, justru perasaan itu pula yang membuat keduanya menjadi canggung. Karena jika mereka memandikan Awan, tentu saja mereka akan melihat tubuh polos Awan.

Disitulah masalah besarnya.

Meski mereka sangat ahli dibidang mereka masing-masing, namun untuk satu urusan ini mereka benar-benar awam. Mereka masih sama-sama polos dan bingung bagaimana harus melakukannya.

Chiya melihat betapa canggungnya kedua waita cantik didepannya ini, sampai menahan tawa dibuatnya.

"Begini saja! Biar saya yang membersihkan tubuh tuan muda, nona Amanda dan nona Annisa silahkan tunggu disini." Ucapnya mengusulkan.

"Tidak bisa." Teriak Annisa dan Amanda kompak.

"Hah?" Chiya menjadi bingung.

Bagaimana tidak? Mereka sama-sama malu untuk memandikan Awan dan ketika dia menawarkan bantuan, keduanya justru menolak.

Sadar jika mereka sama-sama keberatan dan tentu dengan alasan yang hampir sama, baik Amanda dan Annisa sama saling menatap sesaat. Lalu menjadi salah tingkah dan akhirnya hanya bisa pasrah dengan ide Chiya.

Ide tersebut lebih baik, daripada membiarkan perawat lain yang mengurus untuk membersihkan tubuh Awan. Disamping perawat tersebut bisa melihat tubuh polos Awan, tentu saja akan menimbulkan masalah baru dengan banyaknya darah di tubuh Awan saat ini. Itu akan menimbulkan pertanyaan yang akan sulit untuk mereka jawab.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bagus99
lanjut thor..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status