Share

Istri Lugu Presdir Dingin
Istri Lugu Presdir Dingin
Penulis: Ipak Munthe

Bab 1

"Aku hamil anakmu, Reza."

Nia datang menemui pria ini setelah menemukan ada kehidupan baru dalam rahimnya. Tanpa sadar, Nia menunduk. Bahkan, tangannya bergetar menanti reaksi dari sahabat sejak SMA, sekaligus pria yang dicintainya ini. 

"Apa kau yakin itu anakku? Kita hanya melakukan sekali dan aku dalam keadaan mabuk," kata Reza datar.

Deg!

"Lagi pula ... jika pun memang benar anakku, tidak mungkin aku bertanggung jawab," ucap Reza sebelum kembali berkata," kau tahu kan aku begitu mencintai Raya? Sebentar lagi, kami juga akan menikah." 

Rententan kalimat dari pria itu membuat hati Nia berdenyut nyeri. Pria itu benar-benar menolaknya tanpa berpikir dua kali. Bahkan, Reza seakan meragukan dirinya, seakan dia wanita murahan.  

Sungguh, Nia begitu kecewa. Namun, dia tidak dapat berbuat apa-apa. Ini semua karena kebodohannya! Begitu mudah dirinya menemani Reza yang sedang hancur saat dicampakkan Raya, hingga merenggut kesucian, bahkan menghadirkan janin tak bersalah ini. 

"Ta--tapi--" ucap Nia terbata-bata, berusaha untuk membela diri. 

Namun, belum sempat berbicara, ucapannya telah dipotong Reza dengan cepat, "--Gugurkan saja dan kita lupakan semuanya. Kamu tetap dapat menjadi temanku dan Raya."

 "Tapi, ini anakmu. Apa kau tega membunuhnya?" Setelah mengumpulkan keberaniannya, Nia akhirnya bisa mengeluarkan isi pikirannya. Namun, tanpa dia sadari lelehan air mata telah luruh di pipinya.

 Sayangnya, Reza tidak tersentuh sama sekali. Pria itu justru memutar bola matanya malas melihat Nia yang bersikukuh. "Terserah, kau. Yang jelas, dia bukan anakku! Sekarang, keluar atau kupanggil satpam!"

Tangan Nia mengepal. Namun, dia tahu bahwa dia tidak bisa apa-apa. Dengan lesu, Nia keluar dari ruangan Reza dan kembali ke rumahnya. Sungguh! Dia bingung bagaimana kelanjutan janin dan hidupnya nanti. Sayangnya, sesampainya di rumah, ada hal yang lebih mengerikan.

Nia begitu terkejut melihat laporan kehamilannya ada di tangan Anwar, Bapaknya. Belum sempat memproses semuanya, Anwar kini telah datang menghampiri Nia.

Plak!

Tamparan keras dilayangkan Anwar pada Nia. Wajah pria itu mengerut merah. "Apa ini, Nia? Siapa Ayah anak di kandunganmu?"

Tubuh Nia bergetar hebat. Seumur hidupnya, Anwar tidak pernah memarahinya. Dia adalah Bapak yang benar-benar penyayang dan selalu memberikan yang terbaik untuk Nia. Kali ini, Nia tersadar bahwa dia sudah sangat mengecewakan Bapaknya.

"Siapa Ayahnya?" tanya Anwar lagi.

Nia pun menggeleng. Dia tidak ingin menyebutkan nama laki-laki brengsek yang tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Mengenang wajah Reza sungguh membuat dada begitu sesak, hingga matanya memerah karena hampir menangis.

"Jawab! Siapa laki-laki itu?" Anwar menjadi tidak sabar melihat respons dari putrinya itu.

Sayangnya, meski sudah ditanya berulang kali, Nia masih memilih untuk bungkam seribu bahasa. 

Melihat itu, Anwar hilang kesabaran. Pria itu benar-benar hancur mengetahui perbuatan memalukan yang sudah dilakukan oleh putrinya sampai harus mengandung diluar nikah.

Kini, bahkan putrinya itu tidak berani memberikan satu nama yang harus bertanggung jawab? Suara Anwar seketika berubah menjadi datar, "Jawab atau kau bukan anakku lagi." 

Mendengar ancaman Anwar, Nia menangis. Dia tidak ingin dibenci oleh Bapaknya, apalagi sampai tidak dianggap anak lagi. Namun, Nia tidak bisa mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.

Sungguh, Nia tidak pernah menyerahkan diri pada Reza begitu saja! Lelaki itulah yang mabuk dan merenggut kesuciannya secara paksa sampai dia bisa hamil saat ini. Kejadian itu benar-benar di luar dugaannya. Nia sudah menolak, tetapi kekuatan pria itu lebih besar. Tapi, siapa yang akan percaya padanya? Semua orang pasti akan langsung menyalahkan dirinya.

Hanya saja, wajah kecewa Anwar begitu menusuk hati Nia. Akhirnya, dengan bibir bergetar dan air mata berlinang, Nia menyebutkan nama Ayah dari janinnya, "Reza...."

Anwar terdiam mendengar  nama yang disebutkan oleh Nia. Pria itu lalu memegang dadanya yang terasa nyeri dan sesak. Anwar tahu benar bahwa Reza adalah orang berada yang tidak sebanding dengan mereka.

"Nia, kenapa harus dia? Berapa kali bapak katakan padamu? Jangan berhubungan dengan orang kaya! Kita ini orang miskin. Bapakmu ini hanya pedagang ikan di pasar!"

Air mata Nia semakin membanjir pipi, rasa sakit ini sungguh begitu luar biasa.

"Dia harus bertanggung jawab!" Dengan cepat, Anwar menyeret Nia ke rumah Reza untuk menemui kedua orang tua Reza dan meminta pertanggungjawaban atas janin di rahim putrinya.

*****

Di depan pintu gerbang tinggi ini, keduanya berdiri. Bapaknya menghadap rumah besar di hadapannya dengan tatapan sulit diartikan.

Kemudian, pria itu melihat Nia yang berdiri di sampingnya. Hatinya begitu gundah memikirkan nasib anaknya setelah ini.

Sesaat kemudian, dia pun menarik paksa tangan anaknya untuk masuk ke sana dan disambut oleh tatapan meremehkan dari Liana, Ibu Reza.

"Siapa kalian?" Liana menatap penampilan dua orang asing yang memasuki rumahnya.

Seiring dengan itu, Reza yang kembali dari kantor juga berdiri di ambang pintu dan mendapati Nia dan Bapaknya berada di rumahnya.

"Saya, ingin meminta pertanggungjawaban. Anak saya hamil. Dan, Reza adalah Ayahnya," papar Anwar dengan perasaan penuh luka.

Anwar yang miskin harta, tetapi tidak dengan harga diri. Namun, kali ini harga dirinya sudah diinjak-injak karena kelakuan putri yang disayanginya. Namun, tidak apa. Saat ini, mengesampingkan perasaan hancurnya, Anwar rela ke sini demi anaknya mendapatkan pertanggungjawaban.

Liana terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh pria asing di hadapannya, kemudian melihat seorang wanita yang tidak lain adalah putri dari pria itu.

"Reza?" Liana seakan membutuhkan jawaban dari putranya, "apa mungkin kamu mau tidur dengan gembel ini?"

Menatap Nia saja, dirinya jijik. Apalagi masuk ke dalam keluarganya? Rasanya sangat mustahil sekali! Belum lagi, Liana sudah memiliki calon menantu yang luar biasa dan dari kalangan berada. Mungkinkah harus berganti dengan wanita miskin di hadapannya ini?

Tidak!

Liana tidak akan mau menikahkan putranya dengan Nia.

Untungnya, jawaban putranya sesuai dengan harapan. "Tidak! Aku bukan Ayahnya. Lagi pula, kau siapa?"

Reza benar-benar terlihat tidak pernah mengenali Nia, sehingga Nia pun tersentak. 

"Nia, katakan! Apa benar lelaki ini Ayahnya?" Anwar pun kembali bertanya pada Nia, dan dijawab dengan anggukan kepala oleh Nia.

"Heh! Kalau bicara, jangan asal! Kami bisa melaporkan ini pada polisi, ya. Kalian ini orang miskin, tapi berani-beraninya memfitnah anak saya!" sergah Liana penuh kemarahan.

"Reza, katakan pada Ibumu bahwa ini benar anakmu." Kini, Nia yang sedari tadi diam saja, akhirnya berbicara dan memohon pada lelaki yang sudah menabur benih di rahimnya itu.

"Nyonya, ini memang anak Reza," terang Nia lagi sebab Reza hanya diam, seakan tidak mengakui.

Liana pun maju selangkah dan melayangkan tangannya pada wajah mulus Nia, hingga tubuh kecilnya terlempar ke samping seiring dengan layangan tangan yang begitu kuat tepat mendarat di pipinya.

"Lancang sekali kau berbicara!" seru Liana semakin bertambah emosi.

"Reza?" Nia menatap Reza berharap memberinya sedikit saja bekas kasih.

"Aku, sudah mempunyai calon istri. Raya adalah wanita yang aku cintai. Kau ini siapa?" Reza mengangkat bahunya seakan tidak perduli sama sekali.

Nia mengusap wajahnya mendengar jawaban Reza yang lagi-lagi membuatnya terluka.

"Kau itu siapa?" tanya Reza lagi. Kini, pria itu tersenyum miring menatap penampilan Nia.

Sendal jepit, dengan rok span berpadu kaos oblong. Satu lagi yang ingin membuat Reza tertawa, rambutnya yang dikepang. Memang ini zaman apa?

"Kau itu bukan levelku!" Reza tertawa terbahak-bahak meremehkan Nia.

Nia kehabisan kata-kata untuk berbicara lebih jauh lagi. Semua begitu mengejutkan. Hari ini, dia benar-benar melihat wajah asli pria yang dicintainya. 

Jangankan untuk bertanggung jawab, mengakui saja tidak. Yang ada, hanya hinaan yang diterima oleh Nia. Gadis lugu itu tidak menyangka bisa menjadi korban kebejatan seorang pria yang tidak bertanggung jawab.

Kini Bapaknya sendiri mungkin sudah menganggapnya sebagai wanita murahan.

Ini begitu menyakitkan. Nia begitu terluka, tertusuk dalam jantung tanpa darah itu jauh lebih menyakitkan. Sakit di wajahnya tidak sebanding dengan sakit di hatinya.

Tak lama, Reza bahkan segera berlalu pergi meninggalkan ketiganya, sebelum berkata, "Usir saja mereka, Ma."

Komen (35)
goodnovel comment avatar
Ar Stevhye Ambanaga
harta tidak membawa mati tapi nama baik lebih lah berharga,,,
goodnovel comment avatar
Silfana
Seruuuuuuu geram sama si reza
goodnovel comment avatar
Sri susanti
andai novenyabisa baca sendiri ada suaranya pasti lebih seru...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status