Share

Bab 8

Monica menjawab dengan sungkan, "Dia mengajakku berkencan malam ini ...."

"Bukannya bagus? Temanmu sangat kaya, bukankah kamu harus merasa beruntung diajak berkencan olehnya? Kenapa menyebutnya sebagai syarat?" kata Sherly sambil tersenyum.

"Masalah ini selesai dan kamu bisa mendapatkan pacar. Seharusnya kamu senang," kata Sherly melanjutkan.

Monica tidak senang mendengarnya, tapi dia tidak membantah.

Charles menundukkan wajahnya yang masam. Dia sudah lama membuka restoran di sini, bagaimana mungkin dia tidak mengetahui niat terselubung dari para mahasiswa itu? Di zaman sekarang, mana ada orang sebaik itu? Pria yang mengajak putrinya berkencan pasti memiliki niat yang tidak baik.

"Paman Charles, aku sudah menelepon temanku. Katanya, ini bukanlah masalah besar. Sebentar lagi ada orang yang akan datang membereskannya." Di saat mereka mengobrol, Nicholas berjalan masuk.

"Sungguh?" Wajah Charles terlihat senang.

"Kamu bisa membantu?" Sherly menghinanya. "Kami tidak memerlukan bantuanmu. Monica sudah membereskan masalah ini. Lagi pula, bantuan seperti apa yang bisa kamu berikan?"

Nicholas diam dan tidak menjawab Sherly. Meskipun begitu, Kebenciannya terhadap Sherly semakin bertambah.

Monica bangkit berdiri dan kembali menunjukkan ekspresi yang dingin. "Nicholas, di luar sangat kotor. Cepat, sapu! Ingat, jangan sampai orang luar mengetahui hal ini. Kalau tidak, gajimu selama setengah bulan akan aku potong."

Saking kesalnya, Nicholas sampai tertawa mendengar ucapan Monica. Namun, Nicholas tidak mau memperpanjang masalah ini. Dia berbalik dan langsung pergi.

Begitu masalah bisa diselesaikan, Monica kembali bersikap angkuh. Dia tidak lagi menangis tersedu-sedu seperti tadi.

Nicholas tahu, berdasarkan watak Monica, dia tidak akan berubah sebelum berhadapan dengan masalah besar. Masalah hari ini bisa dianggap sebagai pelajaran untuknya.

Setelah menyapu, Nicholas duduk di depan pintu restoran.

Setelah makan siang, pelanggan di restoran sudah tidak begitu ramai. Jadi, Nicholas pun makan siang dan membersihkan restoran.

Di saat bersamaan, seorang pria yang gendut dan mengenakan kalung emas tampak berjalan mendekat. Perutnya yang buncit membuat kausnya terlihat sangat ketat, seperti mau meledak. Kantung mata yang hitam membuatnya terlihat seperti orang yang setengah sadar.

"Di mana Monica? Keluar!" kata pria itu.

Nicholas bangun dan hendak menjawab, tetapi pria ini malah menatapnya dengan sinis, lalu tersenyum dan berkata, "Eh, bukankah kamu adalah pria sok hebat yang semalam mengusir pelanggan Restoran Lanshire?"

Begitu mendengar ucapan pria ini, Nicholas mengamatinya selama beberapa saat.

Tidak disangka, pria ini adalah teman Colin. Tadi malam, Nicholas baru saja mengusir mereka semua dari Restoran Lanshire. Namun, kenapa pria ini muncul di sini?

"Setelah makan tadi malam, kamu jatuh miskin sampai harus bekerja di restoran? Di mana kesombonganmu tadi malam?" tanya pria gendut itu.

Nicholas berdiri sambil tersenyum dingin. Saat hendak menjawab pria gendut ini, Monica berlari keluar dan berteriak dengan girang, "Kak Malvin, kenapa kamu datang seawal ini?"

Malvin menatap Monica sambil mengernyit, lalu menarik kembali tatapannya dan berkata, "Aku takut kamu menunggu terlalu lama, makanya aku datang lebih awal. Orang ini bekerja di restoran kalian?"

"Maksudmu, dia?" Monica melirik ke arah Nicholas. "Dia hanyalah seorang pemuda miskin. Tidak usah hiraukan dia. Ayo, masuk ke dalam."

"Jangan hiraukan?" Malvin tersenyum, lalu masuk dengan berlagak angkuh. Sambil berjalan, Malvin berkata, "Di tempatmu ada orang yang begitu hebat, untuk apa masih mencariku? Apakah kamu tidak tahu, tadi malam bocah itu berlagak sangat sombong di Restoran Lanshire. Dia bahkan mengusirku dan teman-temanku. Kenapa kamu tidak meminta bantuan darinya? Bukankah dia hebat?"

Monica tercengang, wajahnya terlihat sangat canggung. Dia tidak menyangka, ternyata Nicholas sehebat itu? Nicholas bisa mengusir Malvin dari Restoran Lanshire? Harus diketahui, di Kota Mano, keluarga Malvin adalah pengusaha kaya raya. Berani sekali Nicholas menyerangnya?

Jangan-jangan ... Nicholas memang sangat hebat?

"Oh, aku baru ingat. Katanya, pemuda ini menemukan sebuah dompet milik orang kaya. Sebagai bentuk terima kasih, orang itu memberikannya sebuah kartu dan beberapa puluh juta. Kalau tidak diberikan hadiah, atas dasar apa dia bisa berlagak seperti itu?" kata Malvin dengan menghina.

Ekspresi Monica langsung berubah, ternyata seperti itu. Benar juga, Nicholas hanyalah seorang pemuda miskin.

"Nak Malvin, ayo, silakan duduk. Tidak perlu memedulikan orang seperti itu." Sherly mendekat sambil tersenyum, lalu menuangkan segelas teh untuknya.

Monica juga menoleh sambil tersenyum. "Iya, Kak Malvin jangan tersinggung. Dia hanyalah seorang pelayan kecil, apa yang bisa dilakukannya? Oh iya, aku masih harus merepotkan Kak Malvin untuk masalah hari ini. Kalau Kak Malvin tidak membantu, aku tidak tahu harus mencari siapa lagi."

"Iya, kami membutuhkan bantuan Nak Malvin." Sherly juga ikut tersenyum.

"Benar ...." Monica tersenyum manis sambil memegang tangan Malvin.

Malvin tersenyum, lalu kembali menatap Nicholas dengan penasaran. "Monica, bukannya aku tidak mau membantu, tapi pelayanan di restoran kalian memang membuatnya merasa tidak nyaman ...."

Awalnya, Monica terdiam sejenak, tapi akhirnya dia pun mengerti maksud Malvin. Dengan ekspresi dingin, dia berdiri dan menatap Nicholas. "Nicholas, mulai sekarang, kamu dipecat! Pergi sana! Aku muak melihat wajahmu."

Nicholas tertegun sejenak, lalu tersenyum. Dia memang sudah tidak mau bekerja di sini. Hanya saja, tidak disangka, ternyata Monica yang memecatnya duluan. Ini bukanlah hal yang buruk. Nicholas hanya ingin pergi dari tempat ini.

"Untuk masalah gaji ...," tanya Nicholas. Monica masih berutang gaji selama setengah bulan kepadanya.

"Kamu masih berani menanyakan gaji? Kalau kamu punya mata, masalah hari ini tidak akan terjadi." Sherly melirik Nicholas dengan sinis, lalu mendengus dingin.

Monica menunjukkan raut wajah yang masam dan menimpali, "Iya! Apalagi, kamu sudah mengusir Kak Malvin dan teman-temannya dari Restoran Lanshire. Kamu masih berani meminta gaji? Cepat, pergi! Aku muak melihatmu."

Nicholas mengerutkan alis, tatapannya terlihat sedikit dingin.

Charles bergegas menghampiri, lalu menarik Nicholas pergi. "Nicholas, pulanglah dulu. Untuk masalah gaji, aku akan memikirkan cara untuk membayarmu. Aku tidak akan merugikanmu. Kamu telah membantuku hari ini, aku tidak akan pernah melupakannya."

Dalam sekejap, kemarahan Nicholas pun mereda. Dia juga menyaksikan, memang tidak mudah menjadi Charles.

Charles sudah berbicara seperti ini, Nicholas pun tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menganggukkan kepala dan berkata, "Baiklah. Paman Charles, kamu juga harus berhati-hati. Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku."

"Baik!" jawab Charles sambil mengangguk.

Nicholas menghela napas, sepertinya Charles juga tidak menganggap penting pesannya barusan. Namun, semua ini bukan salah Charles. Di mata orang-orang, Nicholas hanya seorang pemuda miskin yang tidak berguna.

Dunia memang kejam, semua dinilai dari status dan kekayaan. Kalau tidak punya uang, memang sudah sepantasnya dibuang.

Nicholas melepaskan celemeknya, lalu pergi dari Restoran Lataza. Dari dalam restoran, terdengar suara tawa Malvin yang sedang berkata, "Aku pikir anak itu sangat hebat. Kenapa hari ini tidak mengusir pelanggan di restoran ini? Tenang saja, aku akan memberi tahu semua orang kalau kamu bekerja di sini. Aku juga akan memberi tahu pacarmu ...."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status