Share

Bab 9

Nicholas hanya tersenyum dingin saat mendengar ejekan tersebut.

Nicholas sudah banyak bertemu dengan orang seperti Malvin. Jadi, dia tidak akan membuat perhitungan dengannya. Kalau bukan karena Charles, Nicholas tidak keberatan untuk memberikannya pelajaran.

Sambil berjalan kembali ke kampus, Nicholas berusaha untuk menghibur diri sendiri.

Di Restoran Lataza.

Saat ini, Malvin sedang menepuk dada sambil berkata, "Tenang saja, aku sudah meminta ayahku untuk menghubungi Pak Rocky yang bertugas di Badan Pengawas Makanan. Ini bukanlah masalah besar."

"Aku sangat berterima kasih kepadamu," kata Sherly dan kembali menuangkan segelas teh.

Sherly tersenyum manis sambil berkata, "Nak Malvin memang hebat, masalah sebesar ini bisa diselesaikan hanya dengan sebuah perintah."

Malvin mulai tersanjung dengan pujian Sherly. "Bibi, semua ini hanyalah masalah kecil. Kalau ada apa-apa, hubungi saja aku. Aku pasti akan membantumu. Untuk masalah ini, Bibi tidak perlu khawatir, ada aku di sini. Nanti malam, aku akan menghadapi orang-orang itu."

Sherly sangat bahagia mendengarnya. Monica yang berada di samping juga merasa sangat tersentuh.

Bukankah putrinya memang harus mencari seorang pria yang bisa diandalkan seperti ini? Meskipun Malvin sangat gendut, memangnya kenapa? Yang penting dia kaya!

Sebenarnya, Charles tidak menyukai Malvin, tapi ada daya? Dia membutuhkan pertolongannya.

Malvin terus memuji-muji diri sendiri dan menepuk-nepuk dadanya, sedangkan Monica dan Sherly tersanjung hingga hampir berlutut menyembahnya.

Pada sore hari, ketiga pemuda yang dipimpin Ryan pun kembali.

Begitu masuk, mereka langsung menatap Monica dengan tatapan genit. "Apakah kalian sudah menyiapkan uangnya?"

Ryan menyengir, lalu duduk di depan Monica.

Monica ketakutan dan bergegas mundur ke belakang.

"Ada apa ini? Sepertinya kalian belum menyiapkan uangnya? Baiklah, kalau begitu jangan salahkan kami. Kami akan menelepon Badan Pengawas Makanan sekarang juga." Ryan mengangkat kedua alisnya.

Namun, tiba-tiba Ryan mengernyit dan berkata, "Eh, bagaimana kalau pinjamkan putrimu kepada kami? Biarkan kami bersenang-senang dengannya malam ini. Setelah itu, aku akan menganggap semuanya impas."

"Jangan banyak omong kosong. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi." Malvin harus keluar untuk melindungi Monica.

Ryan bersandar di kursi sambil menoleh ke arah Malvin. "Oh, mau menjadi pahlawan kesiangan? Sebelum menjadi pahlawan kesiangan, apakah kamu tidak berkaca dulu?"

Begitu selesai bicara, Ryan mengeluarkan sebuah pisau lipat dan menancapkannya ke atas meja.

Tubuh Malvin langsung bergetar ketakutan dan wajahnya memucat. "Apa yang ingin kamu lakukan? Mau main tangan? Sekarang, semua diatur oleh hukum. Aku beri tahu, aku sudah menghubungi kepala Badan Pengawas Makanan sejak awal. Kalian jangan berharap bisa menang!"

"Hehe ...." Ryan berdiri dengan terhuyung-huyung. "Bocah, apakah kamu sadar dengan yang kamu katakan barusan? Kamu menelepon Badan Pengawas Makanan? Apakah kamu tahu siapa aku? Pak Rocky adalah kakak iparku. Apa katamu tadi? Kamu sedang bercanda, ya?"

Malvin langsung tercengang. "Kakak iparmu? Tidak mungkin, jangan asal bicara!"

Monica dan Sherly juga memucat, mereka benar-benar tidak menyangka.

"Ayahku adalah pemilik Hotel Lokawe. Tadi, dia sudah bernegosiasi dengan Pak Rocky ...." Malvin panik dan segera menjelaskan.

"Bernegosiasi dengan Pak Rocky? Hari ini Pak Rocky rapat seharian, tadi baru saja dijemput dan sudah pergi. Apa maksudmu bernegosiasi? Kamu sedang bercanda, ya?" Ryan tertawa terbahak-bahak.

"Tidak mungkin!" Malvin marah, dia segera mengeluarkan ponsel dan menelepon ayahnya.

"Nak, aku belum bisa menghubungi Pak Rocky. Kalau masalahmu bukan masalah penting, tunggu besok saja. Aku masih sibuk ...." Setelah diangkat, terdengar suara Barata yang berada di ujung telepon.

Malvin merasa sedikit frustasi. "Kenapa bisa seperti ini? Hubungi sekarang juga!"

"Pak Rocky sedang tidak berada di tempat, dia juga tidak mengangkat telepon. Bagaimana aku mencarinya? Kita memang keluarga terpandang, tapi di hadapan Pak Rocky, dia berhak mengacuhkan kita. Tunggu besok saja." Barata juga marah dan langsung menutup teleponnya.

"Bocah, kenapa tidak bicara?" Ryan mengamati Malvin sambil mengejeknya.

Wajah Malvin memerah, dia merasa sangat malu. Semua hal yang dijanjikan tadi, tidak ada satu pun yang berhasil dipenuhinya.

"Aku akan memberikan dua pilihan, berikan aku uang atau kami akan membawa putrimu. Kalian pilih sendiri." Ryan kembali duduk sambil melipat kedua tangannya dan memandang ke arah Monica.

Sherly dan Monica sangat ketakutan, mereka terus melangkah mundur.

"Masih ada Nicholas. Tadi Nicholas sudah mencari orang untuk membantu kita ...." Tiba-tiba, Charles teringat dengan Nicholas.

"Pa, kenapa masih membahasnya di saat seperti ini? Apa yang bisa dilakukannya?" Monica menangis sambil berteriak kepada Charles.

"Aku mau cerai! Aku tidak bisa hidup bersamamu lagi!" kata Sherly.

Charles menggertakkan gigi dan maju. "Aku mengenal seseorang yang bernama Nicholas. Dia ...."

"Pa, dia bisa apa?" Monica merasa sangat malu, dia pun bergegas menarik Charles.

Ryan tersenyum dingin dan berkata, "Nicholas? Siapa lagi b*jingan itu?"

Charles tidak bisa berkata-kata dan memucat saat mendengar makian yang dilontarkan oleh Ryan.

"Lihat, aku sudah memperingatkanmu, Nicholas itu bukan siapa-apa. Untuk apa mengungkit namanya?" Monica berteriak kepada Charles.

"Siapa di antara kalian yang mengenal Nicholas?" Di saat bersamaan, sebuah suara yang jernih terdengar dari depan pintu.

Semua orang yang berada di dalam Restoran Lataza pun menoleh, mereka melihat seorang wanita berpakaian rapi yang berdiri di depan sana. Wanita ini memiliki wajah yang cantik dan rambut panjang yang sedikit bergelombang. Kacamata yang dikenakan membuatnya memancarkan aura seorang wanita yang cerdas.

Semua orang terpesona dengan kecantikan wanita ini. Kenapa bisa ada seorang wanita cantik yang muncul di restoran ini?

Monica sama sekali tidak sebanding dengan wanita ini. Wanita ini tampak lebih elegan dan berwibawa.

"A ... aku mengenal Nicholas," Charles bergegas menjawab.

"Perkenalkan, aku adalah Yasmine, aku diutus oleh Kantor Pengacara Prima. Kami dipercayakan oleh Tuan Nicholas untuk datang menangani kasus yang terjadi di sini," kata Yasmine sambil tersenyum. "Ini adalah kartu namaku. Sebelumnya aku sudah berkomunikasi dengan Pak Rocky selaku kepala Badan Pengawas Makanan. Sekarang Beliau berada di dalam mobilku. Masalah ini bukanlah kasus yang besar untukku, tapi kalau Tuan Nicholas berada di sini, aku ingin menemuinya sebentar. Mohon pengertiannya."

Setelah selesai bicara, Yasmine membungkuk sambil tersenyum ramah. Sikapnya sangat rendah hati.

Dalam sekejap Charles langsung tertegun, wajahnya memerah dan tidak bisa berkata-kata.

Tidak hanya itu, wajah Malvin juga berubah menjadi masam. Apa kata wanita ini? Pak Rocky berada di dalam mobilnya? Apa maksudnya? Pak Rocky tidak menjawab panggilan Barata, tetapi malah bersama wanita ini?

Ryan langsung ketakutan, dia tidak menyangka kalau kakak iparnya berada di dalam mobil wanita ini dan sedang menunggu di depan. Bagaimana kalau kakak iparnya masuk? Ryan tidak akan bisa kabur.

Ryan sudah sering melakukan hal seperti ini. Tentu saja Rocky mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Kalau sampai tertangkap, Rocky pasti akan memarahinya habis-habisan.

"Aku ingin bertemu dengan Tuan Nicholas." Melihat semua orang yang tercengang, Yasmine kembali berbicara dan membungkukkan badan dengan sopan.

Charles membuka mulutnya yang terasa berat untuk mengeluarkan kata-kata.

Sejak tadi, Sherly dan Monica sudah terkejut saat melihat wanita yang bersikap rendah hati ini. Dia bersikap begitu sopan hanya demi bertemu dengan Nicholas?

Siapa sebenarnya Nicholas?

Terlepas dari siapa pun Nicholas, Monica sudah mengusirnya hari ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status