Share

Bab 2 Bencana

Bagaimana mungkin aku salah kamar?!’ teriak Evelyn dalam hati.

Menyadari bahwa dirinya telah melakukan hal gila karena alasan bodoh, Evelyn pun berbalik dan berniat untuk berlari pergi meninggalkan tempat tersebut. Dia berdoa bahwa tidak ada yang akan pernah tahu tentang hal ini, terutama karena dirinya telah memiliki status sebagai tunangan orang! 

Akan tetapi, sayangnya … takdir berkata lain.

“Evelyn?”

Baru saja Evelyn berbalik dan ingin mulai berlari, seorang pria berwajah tampan memasang ekspresi kebingungan dan kecewa. Manik pria itu terarah pada kamar nomor 1010, lalu kembali pada sosok Evelyn yang berantakan.

“Andre …,” panggil Evelyn dengan suara parau.

Andre Diwangkara, putra satu-satunya keluarga pebisnis terkaya Nusantara, merupakan tunangan Evelyn atas dasar perjodohan. Walau dijodohkan, tapi Andre sungguh mencintai Evelyn, dan Evelyn pun mencintai pria tersebut.

Mata Andre mengarah pada sejumlah bekas merah pada leher dan dada Evelyn yang tidak tertutup oleh gaun. Hal tersebut membuat hati pria itu terasa begitu sakit, dan napasnya menjadi sesak. Andre tidak bodoh, dan dia pun tahu perihal apa yang terjadi di dalam kamar jahanam itu beberapa saat yang lalu.

“Andre, aku bisa jelasin!” ucap Evelyn ketika melihat Andre mendadak berbalik dan berjalan menjauhinya dengan cepat.

Andre mengabaikan Evelyn, tidak mampu menerima kenyataan bahwa sang tunangan telah mengkhianatinya. Dalam sekejap, gadis yang dia cintai itu berubah menjadi begitu menjijikkan untuknya.

Melihat hal itu, Evelyn langsung mengejar Andre. Beruntung dirinya sempat mencengkeram lengan pria itu ketika memasuki lorong lift. “Tunggu!” teriak Evelyn. Namun, tidak gadis itu sangka bahwa tunangannya tersebut akan dengan tega mendorongnya hingga terjatuh hanya untuk membebaskan tangannya. “Ah!”

Sekilas, ekspresi Andre terlihat khawatir. Namun, di saat pintu lift terbuka, hal itu dengan cepat tergantikan oleh ekspresi terluka dan juga benci. “Keluarga Diwangkara tidak menerima seorang pelacur.” Dan, pria itu pun melangkah masuk ke dalam lift.

“Andre! Urgh—” Evelyn berniat untuk kembali mengejar Andre. Akan tetapi, kakinya terkilir karena terjatuh keras akibat dorongan mantan tunangannya itu. Dengan air mata yang mengalir menuruni wajahnya, Evelyn hanya bisa melihat pintu lift mulai tertutup di hadapannya. “Andre!” 

Evelyn kembali berusaha untuk berdiri dan mengejar tunangannya dengan kaki terpincang. Akan tetapi, sakit yang berlebih membuatnya berakhir terjatuh ke lantai dengan keras. Kejatuhan itu membuatnya melihat sosok Andre yang mengalihkan pandangan, tak sedikit pun meliriknya.

Merasa tidak berdaya, Evelyn mengepalkan tangannya. ‘Kenapa? Kenapa semua jadi begini?!’ Hatinya merasa sangat hancur.

Bukan keinginan Evelyn untuk berakhir menghabiskan sebuah malam dengan seorang pria asing. Hanya saja, tubuhnya seperti berada di luar kendali. Sebagai pewaris utama keluarga Aditama dan juga tunangan penerus keluarga Diwangkara, Evelyn sadar jelas betapa besar tanggung jawabnya. Demikian, tidaklah masuk akal dirinya akan secara sukarela melakukan hal yang hanya akan merugikan dirinya!

Entah berapa lama Evelyn terduduk tak berdaya di depan lift hotel selagi meratapi nasibnya, tapi dirinya kemudian disadarkan dengan sebuah dering panggilan dari ponselnya. Ketika pandangannya mendarat pada layer, nama sang ayah muncul di layar ponsel tersebut, membuat Evelyn tak memiliki pilihan selain mengangkatnya.

“Hal—”

Tak menunggu sambutan Evelyn, suara teriakan kencang terdengar dari ponsel, “Pulang kamu! Sekarang!”

***

Suara dering ponsel yang nyaring terdengar bergema di sebuah kamar hotel mewah. Lantunan nada panggilan itu membuat sosok pria yang terbaring di tempat tidur membuka matanya perlahan, memamerkan permata biru yang tersimpan di balik kelopaknya.

Dengan geraman rendah, pria tersebut melirik layar selama sesaat sebelum akhirnya mengangkat panggilan, “Ada apa?”

“Selamat pagi, Pak Adam. Mohon maaf mengganggu pagi Bapak. Saya hanya ingin menginfokan bahwa tersisa satu jam lagi sebelum meeting terakhir Bapak di kantor cabang.”

Mendengar celotehan dari ponsel, mata pria yang dipanggil Adam itu segera membesar. Dia langsung mendudukkan diri dan mengecek jam di ponsel. 

Sungguh jam delapan pagi.

Tanpa berpikir panjang lagi, Adam membalas, “Lima belas menit,” dan dia pun mematikan panggilan untuk bergegas turun dari tempat tidur.

Tepat ketika Adam menyibakkan selimut, aroma mawar samar tercium olehnya. Sekejap, dia mengingat aksi panasnya di malam yang lalu, juga dengan sosok menggoda bak siluman yang beradu dengannya.

Tersadar bahwa wanita yang menemani di malam sebelumnya menghilang tanpa mengatakan apa pun, Adam merasa sedikit bingung dan kesal. ‘Dia pergi tanpa menerima tips?’ ujar pria tersebut. Namun, dengan cepat Adam mengesampingkan pikiran itu selagi berjalan ke kamar mandi.

Adam melangkah ke dalam kamar mandi dan melihat pantulan dirinya di cermin. Bekas merah pada leher dan cakaran di beberapa sisi tubuhnya membuat pria itu mendengus.

Kucing kecil yang nakal.’ 

Ini baru pertama kalinya Adam melihat seorang penghibur yang bersikap begitu kasar dan tidak sopan kepada tamunya. Bukan hanya berusaha mendominasi, tapi juga telah melukai dirinya. Kalau bukan karena efek alkohol yang menguasai diri, Adam pastinya akan menolak kedatangan 'wanita kiriman' seperti biasa. 

Selesai mempersiapkan diri untuk meninggalkan hotel, Adam meraih ponsel yang ditinggalkannya di atas tempat tidur. Di saat tersebut, mata pria itu terarah pada bercak merah yang membekas di tempat tidur.

Darah?’ batin Adam dengan alis menekuk tajam, hatinya merasa dijerat sejuta pertanyaan. ‘Wanita penghibur macam apa yang berdarah seperti—!

Suara ketukan pintu membuat Adam terkejut. Dia pun mengesampingkan lamunannya dan berjalan cepat untuk membuka pintu.

“Pak, sudah waktunya berangkat,” ujar seorang pria berkaca mata, pria yang sama dengan orang yang mengganggu tidur nyenyak Adam—asistennya.

Adam mengangguk, lalu melangkah keluar dari kamar. Beberapa langkah menjauhi kamar, pria itu berkata dengan suara tegas, “Julian, cari tahu siapa wanita yang menemaniku tadi malam.”

Mendengar perintah Adam, asisten di sisinya itu terkejut, seakan tak menyangka sang majikan telah menghabiskan malamnya dengan seorang wanita. Akan tetapi, asisten tersebut tak berkata banyak dan hanya membalas dengan satu kata, “Baik.”

LuciferAter

Waduh duh duh, Evelyn dikira wanita penghibur dong .... gimana nih, guys?! Kira-kira apa yang menunggu Evelyn di rumah, dan apakah Adam akan menemukan info tentang Evelyn!? Leave a comment down below!

| 15
Comments (14)
goodnovel comment avatar
Nirwana Waton
semakin penasaran
goodnovel comment avatar
Nora Millu
pasti perbuatan adiknya
goodnovel comment avatar
Riza Hartati
nyimak dulu ah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status