Share

Bab 8 Wangi yang Familier

“Kita terlambat,” ucap Julian sembari melihat jam yang melingkari pergelangan tangannya. “Interview seharusnya sudah hampir selesai.” Pandangannya terangkat ke kaca mobil bagian depan, meratapi kemacetan ibu kota Nusantara.

“Tidak masalah,” balas pria yang terduduk di sebelah Julian dengan datar, tidak hentinya mengetukkan jari pada laptop di hadapan. “Hanya interview kecil, seharusnya HRD bisa mengurusnya. Tidak mungkin kulewatkan kesempatan kontrak dengan label musik ternama, bukan?” balasnya, begitu jelas dengan prioritasnya.

Lima belas menit kemudian, setelah keduanya baru saja melangkah masuk ke lobi kantor, sebuah dentingan notifikasi terdengar dari tablet yang dipegang Julian. Pria itu melirik notifikasi tersebut dan menghela napas seraya berkata, “Manajer HRD baru saja mengabarkan kalau wawancara telah selesai.”

“Hmm,” Adam membalas singkat, tidak menghentikan langkah untuk masuk ke dalam lift. “Suruh dia untuk persiapkan laporan kandidat yang lolos. Ketika sudah siap, langsung kirimkan ke ruangan.” Sedikit pun tidak juga dia pedulikan pandangan kagum dari beberapa karyawan di kantor.

“I-itu siapa? Artis baru?” tanya salah seorang karyawan kepada teman kerjanya. “Ganteng banget!”

Salah seorang karyawan senior cepat-cepat mendesis, “Sstt! Jangan gede-gede suaranya. Itu CEO kita! Pak Adam Dean!”

Penjelasan sang senior membuat karyawan junior itu terperangah. “Hah, iya!? Ya ampun, nggak cuma kaya dan punya posisi, gantengnya juga luar biasa! Udah punya pacar? Istri mungkin?”

“Istri dari mana? Pacar aja nggak ada. Rumor sih banyak, tapi semuanya hoax,” jawab seorang karyawan lain. “Sampai sekarang, belum pernah sih dengar Pak Adam benar-benar dekat sama perempuan. Kalau iya pun, biasanya klien atau rekan bisnis aja.”

Info tersebut membuat sang karyawan junior mengerutkan kening. Dia berbisik, “Pak Adam nggak … melenceng, ‘kan?”

Serentak, para karyawan di sekitar yang mendengar ucapannya langsung berucap, “Hush!”

Mendengar komentar-komentar di sekelilingnya, Adam tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Dia dengan dingin melangkah masuk ke dalam lift bersama asistennya dan menekan tombol lantai paling atas, tempat kantornya berada.

Di dalam lift, Adam pun berkata, “Kirimkan pesan ke manajer HRD untuk memperingatkan para karyawan, mereka yang menyebarkan rumor secara sembarangan akan langsung dipecat di tempat.”

Julian menganggukkan kepalanya dan membalas, “Baik, Pak.”

Dalam hatinya, Julian menghela napas. Tidaklah heran apabila rumor tidak sedap mulai tersebar tentang atasannya. Wajah, kekayaan, dan kekuasaan, tiga hal itu sudah cukup untuk menarik perhatian sebagian besar wanita di dunia ini. Namun, tidak ada satu pun yang berhasil bersanding dengan Adam.

Karena status Adam yang masih lajang, begitu banyak klien berusaha untuk menawarkan putri mereka kepada Adam. Beberapa bahkan mengira pria itu lebih senang hubungan semalam saja, jadi banyak pula yang mengirimkan wanita penghibur untuk menyenangkan hati Adam.

Tentunya, semua hal itu berakhir ditolak.

Ah, kecuali satu malam itu,’ batin Julian, teringat pada gadis Nusantara yang berhasil menghabiskan satu malam dengan sang atasan. ‘Yah, walau akhirnya dia menghilang seperti Upik Abu.

Tak lama, lift pun terbuka. Julian dan Adam mengangkat pandangan mereka. Ketika melihat sosok salah satu dari dua wanita di hadapannya, kedua alis Adam langsung menajam. ‘Wanita itu ….

“S-sore Pak Adam, Pak Julian!” sapa Rena sembari dengan cepat membungkuk di hadapan Adam dan Julian. 

Bagaimana bisa?’ batin Evelyn dengan sekujur tubuh yang mulai bergetar dan wajah memucat.

Menyadari Evelyn masih mematung di tempat, Rena langsung menarik tangan wanita itu. “B-Bu, itu Pak Adam Dean, CEO!”

Peringatan Rena membuat Evelyn langsung membungkuk, berusaha menutupi wajahnya. “Pak Adam, Pak Julian.” Dia berdoa dalam hati bahwa kedua pria itu akan mengabaikan mereka dan melanjutkan perjalanan mereka ke lantai tujuan.

Ketika Evelyn membungkuk, indera penciuman Adam kembali tergelitik. ‘Wangi ini lagi …,’ batinnya.

Melihat kedua wanita itu, Julian hanya terdiam. Semua orang tahu bahwa Adam tidak menyukai keramaian, dan itu juga alasan para karyawan tidak akan masuk ke dalam lift yang sama dengan pria tersebut.

Namun, siapa yang menyangka bahwa Adam akan secara mendadak berkata, “Cepat masuk.”

Bukan hanya Evelyn dan Rena, tapi Julian pun terkejut dengan ucapan pria tersebut. Tidak berani menolak, kedua wanita itu pun melangkah masuk ke dalam lift.

Dari lantai 20, lift mulai beranjak ke lantai 45, lantai tujuan Rena dan juga Evelyn. Keheningan mematikan menyelimuti tempat tersebut, ditambah tekanan menyesakkan akibat keberadaan pria bernama Adam Dean itu.

Evelyn yang berada di antara Adam dan juga Rena tertunduk, berharap bahwa dirinya bisa menghilang saat itu juga. Dirinya tidak pernah menyangka bahwa pria yang tidak ingin dia temui lagi seumur hidupnya ternyata merupakan pemilik perusahaan tempatnya bekerja!

Tuhan, semoga dia tidak mengenaliku,’ pinta Evelyn dalam hati. 

Dahulu, Evelyn sempat berpikiran ingin meminta pertanggungjawaban pria yang menghancurkan hidupnya itu. Akan tetapi, keberadaan sang kembar membuat dirinya bertekad untuk berjuang sendiri. Dia sadar bahwa mendapatkan pertanggungjawaban dari seorang pria yang tidak dikenal bisa jadi membuka lembaran masalah baru bagi dirinya.

Sekarang, setelah mengetahui status Adam sebagai pewaris utama keluarga Dean, Evelyn menjadi semakin takut terlibat dengan pria tersebut. Keluarga Dean merupakan keluarga bisnis terkaya di Capitol, bahkan di seluruh dunia. Kalau dirinya meminta pertanggungjawaban Adam dan berakhir dianggap sebagai ancaman, bukankah itu berarti dia dan kedua putra-putrinya bisa disingkirkan kapan saja!?

Di saat Evelyn sedang sibuk dengan benaknya sendiri, Adam yang berada di sebelah Evelyn memperhatikan wanita tersebut. Surai hitam bergelombang membingkai wajah cantik wanita itu, kepalanya yang tertunduk dan ekspresi khawatir yang terpasang membuatnya terlihat begitu rapuh dan lembut.

Hanya saja, wajah cantik dan ekspresi rapuh itu bukanlah hal utama yang menarik perhatian Adam. 

Tanpa mempedulikan keberadaan orang lain di dalam lift tersebut, Adam bertanya dengan suara rendah, “Kamu … wangimu begitu familier.”

LuciferAter

Bang Adaam!! Yang familier tuh biasanya mukaa, ini masa bau badan moon maap! Anyway, apa yang akan terjadi berikutnya gengs??? Read the next chapter! Jangan lupa follow IG author di @luciferater

| 13
Komen (76)
goodnovel comment avatar
Neneng Koswati
seru banget cuma syang koin nya ga cukup
goodnovel comment avatar
Entria
agak kecewa kenapa harus pakai koin
goodnovel comment avatar
RmbPatel
suka, sedikit drama it's ok
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status