Share

Rental Perhiasan

"Ada di sini juga Mbak Asmi?"

"Lah iya atuh kan yang punya hajatan ibu mertua saya, Pak."

"Wah gak sangka kita jadi sodaraan dong, itu 'kan yang nikah sama Hanum adik sepupu saya," ucapnya lagi.

Oh ternyata pria ini calon sodaraku, tapi dari mana Asmi mengenal kakak sepupu Aldan-calon suami Hanum?

"Wah kebetulan atuh ya, Pak," seru Asmi semakin akrab.

"Udah lama Mbak Asmi gak cek permata ke lab saya nih, gak pindah ke tempat lain kan, Mbak?"

Aku terkejut, tak kecuali ibu dan dua saudaraku di sampingnya, mereka saling menatap satu sama lain dan semakin serius mendengarkan percakapan Asmi bersama Pak Amet.

"Ah engga atuh Pak, emang belum sempat ke sana aja karena saya juga baru selesai melangsungkan acara nikahan, ini baru pindah ke kota Tangerang sebulan lalu." Istriku tersenyum ramah.

Boleh juga istriku itu, gak sangka juga circlenya sampai ke pengusaha lab batu permata. Anjay, apalah aku yang hanya kurir ekspedisi. Ah tapi gak apa-apa, kata Asmi, pekerjaan tidak menentukan derajat seseorang di mata Tuhan, apapun pekerjaannya asal halal maka itulah yang pantas diacungi jempol karena Tuhan pun pasti meridhoi.

"Oh bagus dong ya sekarang jadi deket kalau mau mampir, sering-sering dateng ke tempat lab saya di Summarecon mall, di Tangcity mall juga ada, atau di AEON mall pokonya hampir semua mall ada lah," ucap Pak Amet lagi.

"Kapan-kapan deh kalau ada yang mau dichek lagi ya Pak, sekarang belum ada karena belum beli perhiasan permata lagi." Istriku tersenyum ramah.

Aku menoleh ke arah Kak Alfa dan Mbak Andin, aku tahu mereka orang yang paling akan syok jika mendengar ucapan Asmi kali ini, biarin rasain tuh dua kelinci eh dua sodaraku maksudnya.

Benar saja, mulut mereka terkatup-katup tak percaya mendengar ucapan Asmi, seraya tangannya saling menyikut satu sama lain, berkali-kali aku lihat Mbak Andin menelan ludah, pun dengan telinga Kak Alfa yang terus tegak seperti semakin serius menyimak obrolan istriku dan Pak Amet.

Aku pun berbisik.

"Siapa sih, Neng? Gak dikenali sama Aa emang?"

Asmi langsung tepok jidat.

"Eh iya, ini suami saya, Pak." Cepat Asmi berkata.

Disambutnya ramah oleh Pak Amet. "Oh ya, perkenalakan saya Slamet."

"Hasan, Pak." Kami pun bersalaman.

"Dan ini Ibu mertua saya," tunjuk Asmi pada Ibu dengan jempolnya.

"Selamat pagi Ibu, saya Slamet, kakak sepupunya Aldan," ucap Pak Amet pada Ibu seraya bersalaman.

"Dan ini kakak ipar saya, Kak Alfa dan Mbak Andin," lanjut Asmi.

Pak Amet menyalami mereka berdua juga satu persatu.

"Saya Amet, kakak sepupunya Aldan, selama ini Aldan yang mengurus bisnis cabang lab saya di summarecon mall, Mbak Asmi ini salah satu pelanggan saya, dulu dia rutin cek keaslian batu permata di lab saya saat dia baru mendapatkan atau membeli perhiasan baru, tapi rupanya dunia ini emang sempit ya Bu, Mbak, gak sangka kita bakal saudaraan," tutur Pak Amet.

Sontak saja Mbak Andin terkena serangan jantung, senyumnya tertahan melihat ke arah Pak Amet dan Asmi secara begantian sambil memegangi dadanya yang kembang-kempis.

Begitupun Kak Alfamaret yang tiba-tiba sibuk menggaruk kepala dengan jari telunjuk. Sementara kedua bola matanya mengerling ke arah perhiasan yang dipakai Asmi.

Ibuku? Ibuku hanya diam saja, menjebikan bibir dengan melipat kedua tangan di dada, seolah tak peduli dengan informasi yang didengarnya tentang Asmi, tapi bisa kulihat wajahnya kepo berat dengan obrolan mereka berdua.

"Kapan-kapan pada mampir ke lab saya ya, Mbak," ucap Pak Amet lagi pada Mbak Andin dan Kak Alfa.

"I-iya siap," sahut Mbak Andin tergagap.

Pria itu akan segera pergi ke tempat prasmanan tapi cepat kak Alfa berbisik.

"Pak, di tempat Bapak bisa rental perhiasan gak?"

Refleks Aku tertawa tapi Asmi cepat menyikutku.

"Rental perhiasan? Emang ada ya?"

Sontak wajah Kak Alfa berubah pucat saat Pak Amet balik bertanya dan sialnya malah mengeraskan suaranya itu, alhasil Pak Amet dan Kak Alfa jadi pusat perhatian orang-orang yang duduk di sekitar kami.

"Enggak, saya cuma tanya aja, soalnya ...," sahut Kak Alfa bingung, kemudian melirik ke kanan dan kiri seperti sedang mencari sesuatu yang akan dijadikan alasan.

"Ah iya, soalnya Andin adik ipar saya mau rental perhiasan katanya, iyah begitu, hehe," lanjut Kak Alfa cengengesan.

Aku ingin terbahak andai Asmi tidak terus-terusan menyikut dan mencubit perutku.

Astagfirullah, syukurin dah tuh sekarang Mbak Andin yang bakal malu sampe ke ubun-ubun.

"Lah kok aku sih, Kak? Mana ada, enak aja nuduh-nuduh aku, aku gak pernah rental perhiasan ya, Kakak kali tuh yang mau rental," sengit Mbak Andin tak terima, spontan ia juga berdiri untuk menolak keras tuduhan yang dilontarkan Kak Alfa padanya.

Kak Alfa tepok jidat, berkali-kali kakaku itu memberi Mbak Andin kode agar Mbak Andin tidak salah paham tapi yang terjadi malah sebaliknya, Mbak Andin semakin marah-marah di tempatnya.

"Asal Kak Alfa tahu ya, perhiasanku banyaaak, ada sekilo lebih di rumah, ngapain mesti rental?" Kata Mbak Andin lagi dengan sombongnya.

Waduh itu emas apa terigu? Hahaha. Lagi-lagi aku menahan tawa saat mendengar ucapan Mbak Andin yang makin ngawur didengar, tapi cepat Asmi menyikut lenganku lagi dengan kencangnya.

"Bisa diem gak Aa? Suasana lagi tegang juga ah," bisiknya.

"Lihat orang-orang di sekitar kita, bukannya melerai Kak Alfa sama Mbak Andin, Aa malah ketawa-ketawa begitu atuh ih heran," katanya lagi.

Spontan aku menormalkan diri lalu melirik sekitar, benar saja, orang-orang makin banyak yang tertuju pandang pada Mbak Andin yang tengah marah-marah, akhirnya aku memberi kode pada ibu agar buru-buru mengamankan artis emas terigu itu.

"Diam kamu!" Ibu setengah berbisik seraya menarik paksa tangan Mbak Andin dengan kencang. Seketika mbak Andin diam dan duduk kecut di samping Kak Alfa.

Rasain dah tuh kacang dua kelinci akhirnya musuhan juga. Hahahaha.

"Maaf ya Pak, ada aja emang kalau suasana lagi begini tuh," ucap istriku kemudian.

"Ah gak masalah Mbak Asmi, udah biasa, hanya kesalah pahaman," balas Pak Amet. Pria itu lalu pergi ke tempat prasmanan.

Acara pidato selesai, dilanjut dengan akad nikah setelah itu langsung acara resepsi sambil foto-foto dan organ tunggal.

Saat sesi foto ini aku sengaja tidak dekat-dekat pengantin, mau apa juga? Aku memang sudah niat tidak mau difoto gara-gara Asmi juga dilarang.

Benar saja, semua keluargaku tidak ada yang peduli meski kami hadir dan masih duduk di sana, mereka asik sendiri melakukan sesi foto-foto bersama keluarga.

Kecuali bapak, berkali-kali bapak mengajakku untuk naik ke pelaminan bersama Asmi tapi aku terpaksa menolak keinginan bapak itu karena Hanum yang melirik ke arahku tak suka.

"Kalau mau foto jangan bareng keluarga, Kak Hasan dan Kak Asmi 'kan gak pake seragam, biar gak jelek difotonya." Begitu kata Hanum saat tadi di dalam, aku iyakan saja karena aku memang tidak berminat juga.

"Bapak, ayo difoto, biarin aja itu si Hasan, siapa suruh gak pake seragamnya," sahut Ibu.

Bapak akhirnya kembali ke pelaminan meski dengan wajah kesal, aku tahu bapak sangat ingin marah pada istri dan anak-anaknya itu tapi sebisanya beliau tahan karena takut malu pada keluarga besannya.

Selesai foto bersama keluargaku, sekarang giliran foto bersama keluarga mempelai pria.

Mereka naik satu persatu, ah segala macam gayalah suka-suka mereka, aku dan Asmi tidak terlalu mempedulikan, aku hanya duduk saja di kursi yang tadi sambil membuka-buka galeri ponselku.

"Satu ... dua ...," kata sang juru kamera memberi aba-aba.

"Tunggu-tunggu," kata Pak Amet.

Aku mengangkat wajah, ada apa tuh pak Amet? Pak Amet lalu turun dari pelaminan dan berjalan menuju ke arah kami.

"Ayo Mbak Asmi sama Mas Hasan, kita foto bareng-bareng buat kenangan," pintanya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mynamey'S
Hahahahaaa,,,,kocak bener deh si Hasan alias author,,, kacang dua kelinci lah, artis emas terigu juga, hahaha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status