Share

MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU
MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU
Author: Nisa Noor

Part 1

Nilam menghentikan sapu yang dipegangnya, ia menempelkan telinga di dinding dekat ia sedang menyapu teras samping rumahnya.

 

"Benar deh, ada yang nangis di sini? Siapa ya?" 

 

Nilam terus mendengarkan dengan seksama, rintihan tangisan itu terdengar pilu. Dengan segera Nilam menyimpan sapu dan bergegas menuju ruang kerja suaminya. Ya, dinding tadi adalah ruang kerja suaminya-Aksan.

 

"Mas ... Mas ... Kamu di dalam?" tanya Nilam sambil mengetuk pintu ruang kerja suaminya.

 

Tak ada jawaban di dalam sana, Nilam memegang gagang pintu dan membukanya, tak ia dapati suaminya, Nilam masuk dengan perasaan tak menentu, detak jantungnya tiba-tiba merasa berdebar, Nilam mencari suaminya di setiap sudut ruangan itu, toilet yang ada di ruangan itu pun di buka tapi tak ada suaminya,  suara tangisan itu tak terdengar lagi, Nilam mengendap-endap mencari apa yang membuatnya penasaran tadi.

 

"Non ..."

 

"Astagfirullah ...."

 

Nilam terperanjat ketika mendengar Bi Jum memanggil namanya, Bi Jum menyembul dari pintu.

 

"Astagfirullah, Bibi bikin kaget aja."

 

"Maaf non, bibi penasaran aja siapa yang buka ruang kerja Den Aksan," jawab Bi Jum.

 

"Aku lagi cari Mas Aksan bi, bibi lihat?" tanya Nilam.

 

"Nggak non, mungkin di kamar atau di kamar mandi non." 

 

Bola mata Nilam berputar, ia sedang mengingat terakhir kali keberadaan suaminya sedang mandi, lalu terpikir mungkin sedang pakai baju di kamar.

 

"Ya sudah, ayo bi kita siapkan sarapan. Mas Aksan mungkin lagi di baju," ajak Nilam.

 

Mereka pun meninggalkan ruangan itu, rasa penasaran dalam diri Nilam belum juga hilang. Telinganya masih bisa mendengar dengan jelas, lalu ia pamit sebentar pada Bi Jum untuk memastikan suara itu lagi.

 

Nilam melangkahkan kakinya menuju samping rumahnya lalu mencoba mendengarkan lagi suara itu, tapi nihil usahanya sia-sia.

 

"Ah, mungkin aku salah dengar," gumamnya.

 

Nilam kembali ke dalam rumah bertepatan dengan Aksan yang keluar dari ruang kerjanya. Sontak Nilam dibuat terkejut dengan hal itu, bukan kah tadi tak ada siapapun di dalam ruangan itu? Atau mungkin saat Nilam keluar tadi Aksan masuk sebentar lalu keluar lagi.

 

"Lho, mas dari situ?" tanya Nilam.

 

"Iya, kan emang biasa kalau pagi-pagi suka ke sini menyiapkan barang yang mau dibawa ke kantor, iya kan?" ujarnya.

 

Wajah Nilam semakin terlihat kebingungan, ia bergelut dengan rasa penasaran yang berkecamuk dalam pikirannya. Apa ia bisa secepat itu, rasanya Nilam keluar sebentar. 

 

"Mari non sarapan dulu, non kayaknya capek. Bibi kan sudah bilang jangan mengerjakan apa-apa," ujar Bi Jum.

 

"Lho emang kamu habis ngapain sayang?" tanya Aksan.

 

"Habis sapu teras aja mas, kan suntuk juga pagi-pagi semua sudah beres. Nah, Bi Jum bilang teras belum di sapu, ya udah aku sapu aja tapi tadi pas aku lagi sapu teras samping kamu tahu gak mas?" 

 

Aksan menggelengkan kepalanya, Nilam menjeda kalimatnya. 

 

"Aku de ...."

 

Ucapan Nilam terhenti dengan bunyi piring yang pecah ditangan Bi Jum. Bi Jum mendadak panik dan kelimpungan, Nilam merasa heran dengan sikapnya. Aksan yang melihat itu langsung memburu Bi Jum membantu membersihkan pecahan belingnya.

 

"Aduh, hati-hati dong bi." 

 

"Maaf Den, bibi gak sengaja. Maaf ya non," ujar Bi Jum menoleh ke arah Nilam.

 

"Nggak apa-apa bi, yang penting bibi gak kena pecahan piringnya," ucap Nilam.

 

Nilam memperhatikan dengan seksama sikap suaminya pada Bi Jum, pembantu yang kata Aksan sudah menemaninya sejak kecil, hingga sekarang sudah menua, Bi Jum tetap setia pada keluarga Aksan, Aksan yang memintanya untuk ikut tinggal bersamanya. 

 

Ada perasaan semakin mencurigakan dari sikap keduanya, Nilam terpasung dalam rasa curiga.

 

"Ayo dek, kita makan." 

 

Nilam tak berbicara dia menggeser kursi makan lalu duduk menikmati sarapan yang sudah disiapkan Bi Jum. 

 

Selama menikmati makanan, Nilam sesekali melihat ke arah Aksan, dia terlihat tak tenang dan tak fokus.

 

"Kenapa mas?" tanya Nilam.

 

"Hmm ... Apa?" ujar Aksan gugup.

 

"Mas Aksan kenapa? Ada yang dipikirkan?" tanya Nilam.

 

"Nggak dek. Oh ya, tadi kamu mau ngomong apa dek?" tanya Aksan.

 

"Oh itu, tadi ---" 

 

Nilam menghentikan kalimatnya, dia merasa tak yakin untuk menceritakannya, firasatnya mengatakan ada yang tak beres antara suami dan pembantunya itu. Mereka seakan menutupi sesuatu darinya. 

 

"Apa dek?" tanya Aksan kembali.

 

"Nggak mas, itu tadi aku kayak denger kucing kan aku takut kucing mas. Aku langsung cari mas buat minta tolong cariin eh aku kira mas sudah di ruang kerja ternyata nggak ada." 

 

"Oh ya, kenapa gak kamu cari ke kamar?" tanya Aksan.

 

"Sudah gak kedenger lagi kok, kayaknya Bi Jum benar aku kelelahan," ujar Nilam.

 

"Oh, syukurlah. Kirain mas ada apa?" 

 

Nilam membaca ada gurat tenang dalam wajah Aksan ketika ia bercerita seperti itu, tentu saja hal itu membuat Nilam semakin penasaran dan terpancing untuk membongkar misteri rintihan di ruang suaminya. Ia yakin ada yang disembunyikan oleh suaminya itu.

 

"Iya mas, aku kalau capek emang suka rese." 

 

Nilam mencoba mencairkan suasana pagi itu, Nilam melihat Bi Jum hendak pergi membawa sebuah piring lengkap dengan lauknya, langkahnya terhenti ketika Nilam memanggilnya.

 

"Bi Jum mau dibawa ke mana makanan itu?" tanya Nilam.

 

Seketika Bi Jum tampak gugup, tangannya gemetar hingga terlihat dari piring yang dipegangnya.

 

"Ma-maaf non, bi-bibi...."

 

"Sudahlah sayang, mungkin Bi Jum mau makan di belakang. Ya sudah bi, bawa aja gak apa-apa." 

 

"Tapi kan mas ...."

 

"Sutss ... Sudah gak apa-apa." 

 

Ada rasa kecewa dengan sikap Aksan padanya, Nilam semakin curiga dengan mereka berdua yang seolah saling melindungi. 

"Ada apa sebenarnya dengan kalian?" bisik hati Nilam.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rohayu
Lanjut kan aja
goodnovel comment avatar
Rambu Kareri
belum dilanjut critanya?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status