Share

Part 3

"Aw ...."

 

Bi Jum terkejut mendengar suara teriakan itu dan bergegas menuju sumber suara.

 

"Astagfirullah, non ...."

 

Bi Jum membantu Nilam yang sudah terduduk, Nilam meringis kesakitan.

 

"Ya Allah, non kenapa bisa jatuh kayak gini?" tanya Bi Jum.

 

"Nggak apa-apa bi, tadi mau bersihin kaca yang di atas itu tapi ternyata gak sampai." 

 

"Ya Allah, ada yang luka non?" 

 

"Nggak ada bi, tenang aja." 

 

Nilam mencoba menahan rasa sakitnya, apa yang dia rasakan belum seberapa dengan rasa penasaran yang menumpuk dalam dirinya. Bi Jum sudah lembali dengan minyak urut dan segelas air minum. Nilam menerima gelas yang diberikan Bi Jum.

 

"Terima kasih bi," ujar Nilam.

 

"Sama-sama non, sini saya pijit yang sakitnya non."

 

"Nggak usah bi, nanti juga baikan kok."

 

Bi Jum tetap mengangkat kaki Nilam ke atas kursi dan memijat kaki Nilam yang menurut Bi Jum pasti kesakitan, benar saja Nilam sesekali meringis dan menahan sakit. 

 

Selama dipijat Bi Jum, Nilam memperhatikan dengan seksama perempuan itu. Dia benar-benar perhatian dan sigap, sikapnya memang layaknya seorang ibu, 

 

"Bi, boleh tanya sesuatu?" tanya Nilam hati-hati.

 

"Tanya apa non?" 

 

"Bibi sudah lama kan ya bekerja dengan keluarga Mas Aksan, keluarga bibi sendiri di mana?" tanya Nilam.

 

Bi Jum mengangkat kepalanya lalu menunduk lagi, raut wajahnya tampak tidak suka dengan pertanyaan Nilam hingga Nilam merasa tak enak. 

 

"Maaf bi jika pertanyaannya gak sopan, gak perlu dijawab kok."

 

"Nggak apa-apa non, keluarga saya jauh di kampung non, saya seorang diri. Saya belum pernah menikah non, sejak gadis sudah bekerja di kota sampai akhirnya ...."

 

Bi Jum menggantung kalimatnya, ia tampak terasa berat melanjutkannya lagi. Nilam menjadi tak enak dan tak meminta Bi Jum untuk melanjutkannya. 

 

"Maaf ya non, bibi selalu gak bisa kalau harus bercerita tentang masa-masa itu." 

 

"Iya gak apa-apa bi. Oh ya bi, bisa minta tolong ambilkan ponsel saya kalau gak salah saya simpan di nakas dekat tv." 

 

"Baik non."

 

Bi Jum pun melakukan apa yang Nilam pinta, tanpa sepengetahuan Nilam ternyata Bi Jum mengirim sebuah pesan dulu pada Aksan dengan ponselnya. Selepas terkirkm, Bi Jum langsung menemui Nilam kembali.

 

Nilam asyik menscrool sosial media, Bi Jum kembali dengan pekerjaannya yang belum selesai. Sedang asyik berselancar di dunia maya, tetiba Nilam menajamkan pendengarannnya, terdengar sesuatu jatuh dari dalam ruang kerja suaminya. 

 

Dengan kaki yang masih terasa sakit, Nilan berjalan perlahan menuju ruangan itu, mengendap-endap dalam ruangan itu, hening senyap mendadak Nilam merasa merinding lama-lama berada di dalam ruangan itu. 

 

Dering ponsel miliknya membuatnya terperanjat, ia pun merogoh sakunya dan melihat nama yang tercantum dalam layar "My Lovely" Aksan yang meneleponnya, segera Nilam mengangkatnya.

 

"Hallo mas."

 

"Hallo sayang, kata Bi Jum kamu jatuh?" 

 

"Iya mas, tapi nggak apa-apa kok. Bi Jum ini suka ngadu, padahal gak apa-apa."

 

"Ya kan Bi Jum emang salah satu tugasnya buat jagain kamu, jadi mas minta dia mengabarkan kalau terjadi apa-apa sama kamu."

 

"Terima kasih mas."

 

Nilam mendadak mengarahkan pandangannya ketika terdengar kembali suara aneh di ruang kerja milik suaminya itu. Dia mendekati sumber suara, semakin dekat semakin yakin suara itu ada di dekatnya. 

 

"Sayang ... Sayang ..."

 

Panggiln Aksan membuat Nilam kembali fokus pada panggilan telepon dari suaminya itu.

 

"Iya mas, maaf. Lagi nonton tv," cekikik Nilam.

 

Aksan pun ikut tertawa kecil, akhirnya panggilan terputus karena Aksan hanya ingin memastikan Nilam tidak apa-apa. 

 

"Aku yakin suaranya dari sini, tapi apa mungkin ada ruangan lain di dalam ruangan ini?" 

 

Nilam terus mengamati seisi ruangan itu dengan baik, rasanya ada yang gak beres di sini. Tetiba pikiran Nilam berprasangka buruk akan suaminya, jangan-jangan ada orang yang disembunyikan di dalam ruangan itu, tapi di mana Nilam belum bisa menemukan keberadaan orang itu. 

 

Merasa penelusurannya belum menghasilkan apapun akhirnya Nilam memutuskan keluar dari ruangan itu, saat pintu akan ditutup Nilam terkejut suara rintihan yang ia dengar kembali terdengar. 

 

Namun kali ini Nilam memilih membiarkannya, ia akan mencari cara lain untuk membongkar apa yang sebenarnya terjadi di rumah itu.

 

Nilam dan Aksan adalah pasangan suami istri yang baru menikah enam bulan yang lalu, Nilam tidak diperkenankan bekerja oleh Aksan karena Aksan tahu Nilam mudah lelah dan tak biasa bekera apa pun maklum Nilam adalah anak tunggal pemilik perusahaan Adi Jaya yang saat ini bekerjasama dengan perusahaan milik orang tua Aksan yang dikelola oleh Aksan, karena ayah Aksan telah meninggal. 

 

Atas dasar untuk meneruskan kerjasama yang lebih erat, Nilam dan Aksan menikah karena perjodohan antara keduanya. Amanat sebelum ayah Aksan meninggal di jalankan dengan baik, beruntung Aksan pun mencintai Nilam jadi pernikahan yang dilakukan atas perjodohan itu pum tak nampak seperti dijodohkan, keduanya saling mencintai dan saling mengasihi dengan sendirinya. 

 

Nilam memutuskan untuk masuk ke dalam kamar, dia mencoba berpikir untuk mencari tahu rintihan yang ia dengar di ruang suaminya itu. Rintihan kesakitan itu masih terniang di telinga Nilam, ia memasang handfree lalu memutar musil untuk menghilangkan suara itu.

 

Nilam tertidur dan terbangun mendengar suara adzan di ponselnya, ia pun beranjak dari tidurnya dan menunaikan kewajibannya. Selepas itu ia turun ke lantai bawah, lalu langkahnya ia perlahan ketika melihat Bi Jum memasukin ruang kerja suaminya dengan memperhatikan keadaan sekitar, tampak hati-hati bahkan sesekali melihat ke arah tangga, kecurigaan Nilam semakin menajam, setelah Bi Jum masuk, Nilam mencoba mengikutinya. Dipegang gagang pintu dan di buka perlahan. 

 

Nilam dibuat terkejut melihat apa yang terjadi, tak ada siapa pun di ruangan itu, bahkan Bi Jum yang jelas-jelas dia lihat masuk ke dalam ruangan itu pun tak ada, Nilam memeriksa semua isi ruangan itu sudah berkali-kali tapi tak ada Bi Jum. 

 

Bersembunyi di belakang meja kerja suaminya, Nilam merasa perlu mengetahui hal ini, cukup lama dia diam di sana hingga akhirnya mata Nilam dibuat tak berkedip saat lemari buku itu bergerak dan membuka sendiri tak lama keluar Bi Jum dengan membawa piring dan gelas, Nilam membungkam mulutnya, ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya, ternyata itu bukan rak buku biasa, itu bisa menjadi pintu untuk masuk ke sebuah ruangan rahasia. 

 

"Ya Tuhan, ruangan apa itu?" gumam Nilam.

 

Bi Jum tak mencurigai apapun, dia keluar dari ruangan itu. Dengan lutut yang terasa lemas Nilam mencoba berdiri lalu mendekati rak buku itu. Dia mencoba mendorongnya sekuat yang dia bisa tapi sama sekali tak terbuka. 

 

"Argh ...."

 

Nilam memukul rak itu, kesal tak bisa terbuka. Akhirnya dia keluar dan mencari Bi Jum.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status