Share

Part 5

Aksan mempercepat langkahnya, ia segera memburu ruangan Bi Jum. Hatinya khawatir ketika menerima telepon dari Nilam mengabarkan Bu Jum pingsan. Nilam yang sejak tadi menemani Bi Jum yang sudah sadarkan diri tapi masih lemas.

 

"Mas ...."

 

"Gimana keadaannya dek? Bi, bibi gak apa-apa kan?"

 

Nilam terkejut, ia seolah dibuat terperangah oleh sikap suaminya yang begitu perhatian pada Bi Jum. Mengetahui terjadi sesuatu pada Bi Jum langsung datang bahkan perhatiannya sangat luar biasa.

 

"Tadi Mama Indri datang, aku gak tahu awalnya yang jelas ku dengar Mama seperti marah dan mengancam gitu sama Bi Jum," jelas Nilam.

 

"Dasar ... Dia lagi dia lagi, selalu saja menyakiti hati orang. Shit ...." 

 

Aksan emosi mendengar hal itu, ia terus memijat kaki Bi Jum sambil terus mencoba berkomunikasi dengan Bi Jum.

 

Nilam pamit pada suaminya, dia merasa keberadaannya hanya mengganggu saja. Melihat perhatian Aksan pada Bi Jum seperti melihat perhatian seorang anak pada ibunya, sebegitu dalam kah perasaan Aksan pada Bi Jum.

 

"Bi, bibi gak apa-apa kan?" 

 

"Nggak den, bibi gak apa-apa."

 

Nilam yang masih berdiri di depan pintu dan mengamati dengan celah pintu yang terbuka sedikit berharap ada titik terang soal perempuan yang dibahas Mama Indri tadi.

 

"Mama ngomong apa aja sama Bi Jum?" 

 

"Nggak den, hanya mengancam seperti biasa saja." 

 

"Perempuan itu memang bisanya cuma mengancam sejak dulu, aku heran kenapa Papa dulu bisa terjerat dengan perempuan itu hingga membiarkan mama pergi." 

 

Nada suara Aksan sangat mengkhawatirkan, Nilam mendengar hal itu terasa iba meski tak mengerti maksudnya apa, yang jelas yang dia tahu mama kandung Aksan menurut ceritanya pergi setelah Papa Aksan membawa pulang Mama Indri ke rumah. 

 

"Den, yang membuat bibi pingsan bukan perempuan itu." 

 

Aksan mengernyitkan dahinya, ia tak mengerti dengan ucapan Bi Jum.

 

"Lantas siapa bi?" 

 

"Non Nilam memaksa bibi bercerita tentang perempuan yang di maksud oleh perempuan itu, perempuan yang Den Aksan simpan di ruang kerja. Non Nilam memaksa bibi hingga bibi berpura-pura terjatuh pingsan." 

 

Nilam mendengar hal itu langsung menutup mulutnya, ia tak percaya pembantu kesayangan suaminya itu telah mengelabuinya bahkan tega membongkar kelakuan Nilam pada Aksan. 

 

Nilam memutuskan meninggalkan ruangan itu, lalu bergegas menuju kamarnya. Ia tak percaya kalau pembantu itu akan berbicara apa adanya, itu sih hal yang bagus, yang membuatnya terkejut adalah dia berpura-pura pingsan untuk menghindari pertanyaan Nilam soal perempuan yang dibahas oleh Mama Indri.

 

"Non Nilam sepertinya mulai curiga den," ucap Bi Jum.

 

Aksan terdiam, dia pun merasakan hal yang sama jika Nilam sudah mulai mencurigai semuanya. Bola mata Aksan berputar mencari cara untuk membuat Nilam tak mencurigainya lagi.

 

"Bibi istirahat dulu ya, aku mau menemui dulu Nilam."

 

"Jangan dimarahin den, Non Nilam wajar melakukan itu." 

 

Aksan tersenyum dan mengelus tangan Bi Jum dengan penuh kelembutan, memberika ketenangan pada Bi Jum.

 

Aksan menghampiri Nilam yang berada di dalam kamar, mengetahui ada langkah kaki menuju kamarnya. Nilam bergegas ke kamar mandi lalu menyalakan air keran, ia ingin berpura-pura sedang beraktifitas di dalam kamar mandi padahal ia hendak menenangkan dirinya. 

 

Cukup lama Aksan menunggu, hingga ia tak sabar lalu mengetuk pintu kamar mandi yang ada dalam kamar itu. 

 

"Sayang ... Kamu di dalam kan?" 

 

Tak ada jawaban, air keran sudah mati tak lama pintu terbuka. Nilam mengulum senyum.

 

"Ada apa mas? Aku lagi biasalah buang sesuatu."

 

Nilam cekikikan, Aksan mengusap kepala Nilam mungkin merasa gemas melihat Nilam tertawa kecil seperti itu. 

 

"Sini ...."

 

Aksan menarik tangan Nilam dan mengajaknya duduk di tepi ranjang, Nilam hanya mengikuti saja ajakan Aksan.

 

"Ada apa sih Mas? Kok kamu natap aku kayak gitu?" 

 

Nilam merasa heran dengan tatapan Aksan yang seolah akan menghakiminya. 

 

"Sayang ... Apa yang kamu lakukan pada Bi Jum?" 

 

"Aku? Bi Jum? Maksud mas?" 

 

Nilam pura-pura tak mengetahui soal itu, padahal ia tadi jelas mendengar Bi Jum mengadu pada Aksan.

 

"Kata Bi Jum setelah Mama Indri pulang, kamu menekannya untuk memberitahu soal perempuan yang Mama Indri ucapkan, iya?" 

 

Sorot mata Aksan tak lepas dari mata Nilam seolah memastikan Nilam tak akan berbohong. Nilam yang merasa terpojokan merasa ini saat yang tepat untuk menanyakan soal itu langsung pada suaminya itu.

 

"Jawab sayang, Mas gak akan marah." 

 

Nilam menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Ia pun kembali menatap suaminya.

 

"Bukan kah pernikahan kita di dasari cinta meski awalnya kita dijodohkan?" 

 

Aksan mengangguk tapi dia tak mengerti kenapa tiba-tiba Nilam berbicara hal itu.

 

"Dalam cinta tak boleh ada kebohongan kan Mas?" 

 

Aksan kembali mengangguk.

 

"Maka aku akan berkata jujur tentang apapun termasuk tentang sikapku pada Bi Jum."

 

"Ya memang harusnya seperti itu," sela Aksan.

 

Nilam semakin menatap mata suaminya dengan lekat.

 

"Mama Indri datang serta merta datang menemui Bi Jum, lalu berbicara berbisik-bisik meski samar tapi beruntung telingaku masih bagus untuk menguping semuanya. Mama Indri bicara soal perempuan, yang membuatku bertanya siapa itu? Selepas Mama Indri pulang aku mencoba mencari tahu siapa perempuan yang Mama Indri maksud tapi Bi Jum malah bergetar hebat lalu tak lama jatuh pingsan. Di mana letak salah aku mas?" tanya Nilam.

 

Aksan mengusap wajahnya kasar, lalu mengehla nafasnya. 

 

"Sayang ... Dengarkan Mas, jangan pernah percaya soal apapun yang keluar dari mulut Mama Indri, dia itu yang membuat keluargaku hancur." 

 

Nilam menyipitkan matanya, memandang Aksan penuh pertanyaan.

 

"Kata kamu kita harus jujur iya kan?" 

 

Nilam mengangguk.

 

"Baiklah, aku akan menceritakan sesuatu yang sebetulnya tak ingin aku ceritakan karena aku takut kamu tak bisa menerima kenyataan ini lalu memilih pergi dariku."

 

Tiba-tiba Nilam merasa denyut jantungnya berdetak lebih cepat, hatinya berdebar, ia mencoba mengumpulkan energi agar tak terlihat lemah ketika Aksan mencerita sebuah rahasia besar tentang apa yang sedang ia curigai. 

 

"Begini sayang, jadi saat itu ...."

 

Aksan menjeda ucapannya, terlihat tampak berat untuk dia bercerita. Nilam sudah menunggu dengan tak sabar penjelasan itu. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status