Share

Part 7

Nilam benar-benar marah kali ini dia serius dengan ucapannya hingga pagi menjelang ia tak membukakan pintu kamar untuk Aksan, bahkan dia pun tak keluar kamar ketika pagi sudah datang.

 

Aksan kembali mencoba mengetuk pintu kamar dengan dalih mau mengambil baju, tapi tak ada suara atau respon apapun dari Nilam. Aksan dibuat khawatir dan dihantui rasa takut.

 

"Oke kalau kamu masih marah dan gak mau buka pintu, setidaknya kasih aku tanda kalau kamu di dalam baik-baik saja," teriak Aksan.

 

"Aku khawatir sama kamu, aku mohon kasih tanda kamu baik-baik saja." 

 

"Pergi ... Aku gak mau ketemu kamu, kamu jahat. Kamu selalu belain pembantu itu, kamu bohongi aku, kamu menyembunyikan sesuatu dariku. Jadi buat apa aku ada di dekat kamu, pergi ...." 

 

Nilam berteriak, lalu terdengar suara benda yang di lempar ke arah pintu hingga membuat Aksan terperanjat. 

 

"Oke, aku akan menemui kamu jika semua masalahku selesai. Aku pergi ke kantor dulu, kamu hati-hati di rumah. Di depan pintu sudah ku simpan makanan untuk sarapan." 

 

Nilam tak menggubrisnya lagi, dia merasa perlu membuat Aksan merasa bersalah pada dirinya. Kecurigaan Nilam atas sikap Bi Jum dan dia yang baru ia rasakan itu sungguh cukup mengganggu pikirannya. 

 

Aksan turun kembali ke bawah dengan wajah lesu.

 

"Gak berhasil ya den?" tanya Bi Jum.

 

"Ya begitulah bi," ucap Aksan lesu.

 

"Apa sebaiknya Den Aksan jujur saja, bibi yakin non Nilam bisa menerima semuanya."

 

"Aku belum yakin bi, aku takut Nilam meninggalkan aku. Aku gak bisa bi, dia perempuan yang pertama kali membuat jantungku berdebar kencang, tapi aku juga gak bisa buat melepaskan dia begitu saja karena hal itu ...."

 

"Bibi paham den, terus sekarang gimana?" tanya Bi Jum yang ikut bingung.

 

Aksan terdiam sejenak, bola matanya berputar mencari cara dan memang rasanya caranya hanya itu mewujudkan apa yang diinginkan Nilam.

 

"Bi, kalau aku tinggal seminggu. Bibi bisa jaga dia dengan baik kan?" tanya Aksan serius.

 

"Seminggu? Den Aksan mau kemana?" tanya Bi Jum heran.

 

"Aku dan Nilam belum mengambil jatah bulan madu, bibi tahu sendiri seminggu sebelum menikah aku disibukan dengan urusan itu. Lalu aku mendadak jadi pengganti papa di kantor, jadi aku saat itu belum mengajaknya bulan madu. Kemarin sore dia menagihnya," tutur Aksan.

 

"Jadi Den Aksan akan pergi dengan Non Nilam?" tanya Bi Jum.

 

"Tak ada cara lain bi, selain membuat Nilam merasa tenang dan damai, caranya ya dengan mengajaknya berlibur. Siapa tahu itu bisa membuatnya lupa sama kejadian yang sudah pernah ia lewati."

 

Bi Jum mengangguk-anggukan kepalanya, membenarkan apa yang dibicarakan majikannya itu. Ya, siapa tahu saja Nilam bisa tidak memikirkan soal misteri yang ada di ruang kerja suaminya itu. 

 

"Bibi setuju den, semoga setelah ini Non Nilam gak banyak tanya lagi bahkan lupa." 

 

"Baiklah, kalau bibi sudah setuju aku hari ini titip Nilam juga. Lihat piringnya sudah dimakan atau belum, ingatkan jika belum. Aku akan mengurus soal kantor dulu mempercayakan pada orang yang bisa dipercaya dan langsung mengurus keberangkatanku dengan Nilam."

 

Bi Jum hanya mengangguk. Aksan segera meraih tas yang biasa dia bawa dan bergegas menuju mobilnya.

 

Dari rooptop Nilam memperhatikan kepergian Aksan yang sama sekali tak berniat seungguh-sungguh membujuknya. Nilam cukup kecewa dengan sikap Aksan.

***

"Kenapa gak coba kamu pasang cctv, lam?" ujar Sesil-sahabat Nilam melalui sambungan telepon saat Nilam menceritakan kecurigaan itu.

 

"Ah, bener juga. Kenapa gak kepikiran ya?" 

 

"Ya maklum aja, namanya juga lagi curiga besar. Pakai cctv yang bisa di akses dari ponsel jadi kamu bisa tetap mantau dari mana aja," tutur Sesil.

 

Nilam merasa mendapat cara yang tepat untuk mengetahui rahasia yang tengah disembunyikan suami dan pembantunya itu. Berulang kali Nilam selalu mencoba mencari tahu, menelisik ruang kerja Aksan tapi belum ada petunjuk yang bisa jadi bukti kuat.

 

"Nanti aku bawa rekan ayah yang suka pasang cctv, biar tetap aman kan." 

 

Nilam menyetujuinya, ia sudah tak sabar ingin mengetahui ada apa sebetulnya di ruang kerja suaminya itu. 

 

Setelah mengatur cara, Nilam keluar dari kamar. Tujuannya adalah membuat Bi Jum pergi dengan waktu yang cukup lama.

 

"Alhamdulillah, Non Nilam sudah mau keluar. Bibi khawatir lho non," tutur Bi Jum.

 

Nilam hanya tersenyum tipis, hatinya masih belum bisa menerima pengaduan Bi Jum pada Aksan soal dirinya yang mendesak Bi Jum untuk mengakui sesutu yang disembunyikannya.

 

"Bi, aku boleh minta tolong gak bi?" tanya Nilam.

 

"Minta tolong apa Non?" 

 

"Aku gak tahu kenapa kebayang jus strawbery tapi hasil blend sendiri. Kira-kira bibi bisa cariin strawbery sendiri, gimana bi? Aku males kalau harus ke pasar lagi bete, kalau beli online suka gak fresh. Gak tahu nih ada-ada aja." 

 

Di luar dugaan Nilam heran dengan sikap Bi Jum yang tersenyum mendengar ucapan Nilam.

 

"Wah-wah, kayaknya Non Nilam ngidam nih," ujar Bi Jum.

 

Nilam cukup kaget tapi dia dengan segera menguasai dirinya demi semuanya bisa berjalan lancar.

 

"Nggak tahu juga bi, tolong ya bi. Aku mohon!" 

 

Nilam menelengkupkan kedua tangannya di depan dada dengan sedikit badan membungkuk sehingga membuat Bi Jum tak tega dengan tingkah Nilam. 

 

"Boleh Non, bibi carikan. Bibi siap-siap dulu ya," pamit Bi Jum.

 

Nilam sorak gembira dalam hatinya, ia akan segera mengetahui semua kebohongan yang Bi Jum dan Aksan ketahui. 

 

Tak lama Bi Jum pamit dan Nilam segera menghubungi Sesil untuk segera membawa rekan ayahnya yang punya anak buah bekerja di bagian pemasangan cctv. 

 

Sambil menunggu Sesil datang, iseng Nilam memeriksan ruang kerja suaminya. Lalu ia mengamati setiap sudutnya secara perlahan, Nilam duduk di kursi kerja suaminya. Belum ada hal yang bisa dijadikan barang bukti. 

 

Nilam menggeser buku yang bertumpukan di atas meja kerja Aksan, lalu tanpa sengaja sebuah buku terjatuh. Nilam mengambilnya tanpa hati-hati hingga bertebaran kertas yang ada di dalam buku itu, sontak hal itu membuat Nilam panik dan segera bangkit lalu membereskan buku-buku itu.

 

Lembaran foto keluar dari buku itu, Nilam memperhatikannya satu per satu lembaran foto itu dan seketika mata Nilam terhenti pada sebuah foto, matanya terbelalak dan ia membungkam mulutnya sendiri. 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status