EndingAdi berlari sejauh mungkin ketika pria itu menyadari ada sebuah mobil yang sejak tadi mengikutinya dari belakang."Sial! Masa aku gagal lagi?!"Putri terlihat sangat ketakutan dan gadis kecil itu juga kelelahan karena sejak tadi ditarik dengan paksa oleh Adi. Mereka berdua terus berlari tanpa memperhatikan apapun.Handi menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya jauh lebih cepat dari biasanya ketika melihat sosok Adi. Kemarahan yang ada di dalam hatinya itu semakin memuncak ketika melihat pria itu menarik anaknya."Aku nggak akan pernah melepaskanmu Adi!" Dengan cepat, dia langsung mengerem mobilnya ketika berada tepat di hadapan Adi dan berhasil menghadangnya.Adi terjatuh karena terkejut. Begitu juga dengan Putri. Handi tanpa basa-basi langsung keluar dari mobilnya, dia berjalan mendekat dengan perasaan yang begitu marah."Kamu sudah sangat keterlaluan dan melewati batas dari kesabaranku, Adi. Kamu sudah berani mengusik keluargaku!"Adi tercengang dan merasakan nyalinya
Bab 1"Pergi kamu dari rumah ini, dasar wanita sialan!"Derai air mata menuruni wajah Siti selagi dirinya terjerembab ke tanah basah. Sakit hatinya mendengar makian sang suami yang juga begitu keji mendorong dirinya. "Bajingan kamu, Mas! Demi wanita lain kamu membuangku, istri yang sudah melahirkan anak dan darah dagingmu!" Siti berusaha menghentikan suaminya yang ingin berjalan pergi meninggalkannya dengan mencengkeram kaki pria tersebut."Ah, jangan banyak bicara kamu!" Adi yang telah kalap pun langsung menendang Siti sampai wanita itu melenguh kesakitan."Ibu!!" Seorang gadis kecil berlari dari dalam rumah menuju teras, ingin menghampiri Siti yang terlihat begitu menyedihkan di bawah hujan deras. "Ayah nggak boleh jahat sama Ibu! Ayah jahat! Ayah jahat!" Gadis kecil itu memukuli ayahnya tanpa tenaga berarti. "Anak sialan!" maki Adi seraya mendorong putri kecilnya sendiri, membuat gadis itu terjatuh di sebelah ibunya. "Sama aja kamu sama ibumu, nggak berguna. Bisanya cuma jadi beba
Bab 2Tok tok tok"Assalamualaikum!"Siti mengetuk pelan pintu sebuah rumah yang berada di kompleks perumahan mewah. Beberapa orang yang menangkap keberadaan wanita itu beserta anaknya mengernyitkan dahi, terlebih karena penampilan kotor dan basah kuyup Siti.Beberapa menit menunggu tak juga ada jawaban, Siti pun kembali mengetuk dan berucap salam, "Assalamualaikum!""Bu, ini rumah siapa?" Putri yang sudah terlihat sangat capek pun bertanya dengan lirih pada sang ibu."Ini rumah Tante Eva, Sayang?" jawab Siti sambil tersenyum.Eva merupakan sepupu Siti, keponakan dari mendiang ibu Siti yang telah wafat. Karena di kota hanya ada Eva yang merupakan sanak saudara Siti, maka dia hanya bisa menghubungi wanita tersebut."Waalaikumsalam!" seru seseorang dari dalam rumah yang diikuti langkah kaki mendekat.Pintu rumah berwarna coklat tua itu dibuka. Seorang perempuan dengan dandanan yang sangat cantik pun keluar. Terlihat di belakang perempuan tersebut ada lelaki berkacamata yang mengikuti.Aw
Bab 3Perlu waktu setidaknya beberapa jam bagi Dirga untukmenenangkan Eva. Kemudian, wanita itu pun akhirnya memutuskan untuk pergibersama temannya untuk menenangkan diri setelah diberikan uang jajan lebih olehsang suami. Untuk saat ini memang aman, tetapi Dirga pun takut jikananti hal seperti ini akan kembali mencuat."Siti, tolong jangan masukkan ke hati semua yangdikatakan Eva ya? Kamu sudah tahu kan bagaimana sifat sepupumu itu? Jadi harapmaklum ya," Dirga berkata dengan hati-hati.Karena Eva sedang pergi arisan dengan teman-temannya, jadiDirga pun berani mendekat pada Siti. Bukan untuk hal kurang ajar seperti yangsudah disangkakan oleh Eva, tetapi lebih pada simpati sesama manusia."Nggak apa-apa kok Mas Dirga, saya sudah paham dengansifat Mbak Eva. Dibolehin tinggal di sini saja saya sudah sangat senang kok,Mas. Jadi semua ini seperti balas budi. Insyaallah saya ikhlas," Sitiberucap lirih.Dirga menarik nafas dalam-dalam demi mendengar ucapan Sitiitu, "Aku nggak bis
Bab 4"Kamu kok kayaknya tegang banget gitu?" tanya seorang wanita paruh baya yang sekarang sedang berjalan masuk menunjukkan rumah bak istana itu. “S-sedikit grogi, Bi Yati,” jawab Siti jujur. Pertama kali menjadi seorang pembantu rumah tangga, ada rasa takut yang menderanya. Biasanya di sinetron, majikan yang mempunyai rumah semegah dan semewah ini jelas bukan orang biasa, dan mereka selalu memiliki sikap angkuh dan jahat!Melihat ekspresi Siti, wanita yang lebih sering dipanggil Bi Yati pun berujar, “Santai aja di sini. Pak Handi orangnya baik, dan di sini kamu juga nggak sendiri.” Wanita itu bak bisa membaca pikiran Siti dan hal itu justru membuat Siti semakin takut. Rasanya langkah kaki Siti begitu berat untuk melangkah masuk ke dalam rumah megah itu. Setelah masuk dan dipersilakan duduk, Bi Yati menanyakan beberapa hal kepada Siti. Mulai dari pengalaman kerja, latar belakang, dan juga rencana ke depannya.“Oh, kamu janda anak satu. Anakmu sekarang di mana? Ditinggal di rumah?”
Bab 5“Pagi, Pak Handi,” sapa Bi Yati yang langsung berdiri dari kursinya dan membungkuk sopan.Melihat respons Bi Yati atas kedatangan pria tersebut, Siti pun langsung tahu bahwa yang turun itu adalah majikannya. Siti bergegas mengikuti Bi Yati dan menunduk ke arah pria tersebut dengan hormat.“Pagi,” balas pria bernama Handi itu singkat, masih dengan tatapan dingin menelisik sosok Siti yang tertunduk.“Ini pembantu baru, Pak. Namanya Siti,” jawab Bi Yati, memperkenalkan Siti kepada Handi. Wanita paruh baya itu pun memberi kode kepada Siti untuk memperkenalkan dirinya.“Pagi, Pak Handi. Nama saya Siti, saya pembantu baru di rumah ini!” ujar Siti dengan suara yang begitu lantang karena terlalu gugup.Suara lantang Siti mengejutkan tak hanya Bi Yati, melainkan juga Handi. Hal tersebut membuat Siti memaki dirinya sendiri dalam hati karena sudah bertindak sangat memalukan.“He he ….”Suara terkekeh itu membuat Siti mengerjapkan mata dan mengangkat kepalanya, melihat sosok Handi yang tadi
Bab 6Masih dengan tatapan dinginnya, Handi berkata, “Bawa anakkamu dan tinggal di sini mulai sekarang. Besok kamu kerja." Tanpa menunggureaksi Siti, pria itu berdiri dari kursi dan berseru, “Bi Yati!”Tak perlu waktu lama bagi Bi Yati untuk muncul dari ruangbelakang. “Ya, Pak?” tanyanya, siap menerima perintah.“Siti dan putrinya akan tinggal di sini mulai hari ini,tolong bantu siapkan semuanya. Nanti minta Mang Tatang untuk bantu Siti jemputputrinya juga.” Handi kemudian melanjutkan, “Sumi mana? Saya mau ke kantor,tolong minta dia bukain pintu.”*“Ibu, rumahnya gede banget,” celetuk Putri yang baru sajadijemput Siti dengan bantuan Mang Tatang, salah satu pengurus rumah pria dirumah Handi. “Kita tinggal di sini sekarang, Bu?” tanya Putri, merasa tidakyakin.Sebelum Siti sempat menjawab, Bi Yati yang langsung menyahut,“Iya, Putri. Mulai hari ini, Putri tinggal di sini bareng Ibu, Bibi, dan MbakSumi.” Wanita paruh baya itu tersenyum lembut, mungkin merasa rindu denganmasa-
"Pak Handi?!" Siti membelalak.Ya, pria itu tak lain adalah majikan Siti.Kedua asisten rumah tangga yang berada di situ pun tak kalah kagetnya. Mereka tak menyangka jika sang majikan mengatakan hal seperti itu. Sumi langsung menyikut lengan Bi Yati, tetapi mereka berdua hanya saling diam saja tanpa ada yang berani mengatakan apapun.Pandangan Siti dan Handi tak sengaja bertabrakan. Ekspresi Siti menunjukan bahwa wanita itu saat ini tengah bertanya-tanya. Siti tak pernah berpikir kalau majikannya akan datang dan mengatakan hal yang cukup ambigu itu. Di sisi lain, Handi tetap dengan wajah datarnya. Di dalam hati, pria itu juga merasa sedikit menyesali kalimat yang terlontar dari bibirnya. Ucapan itu membuat semua orang bisa salah paham. Akan tetapi, entah kenapa rasanya Handi tak mampu menahan diri saat melihat Eva hendak menampar Siti. Tidak kunjung mendapatkan jawaban, Eva menatap tajam seraya menelisik sosok pria di hadapannya. Dia berusaha melepaskan diri dari Handi seraya berter